“Apakah benar begitu? Mati lah kita jika itu benar terjadi!” bisik seorang rekannya lagi.“Jika itu benar, tamat lah dunia kita. Aku bahkan tidak akan bisa membiayai sekolah adik-adikku lagi.”“Ya Tuhan! Bagaimana ini?”“Apa yang harus kita lakukan sekarang?”“Tentu saja kita harus segera meminta maaf dan menyelesaikan masalah ini segera,” sahut bersahut suara bisikan itu dapat didengar oleh Estafani.Namun, wanita itu tentu saja serius dengan ucapannya kali ini. Dia tidak akan main-main jika sudah menyangkut keselamatan dan juga kehidupan Auriel dan kandungannya itu. Estafani akan membuat perhitungan dengan semua orang yang berusaha untuk memperlambat dan mempersulit persalinan Auriel.Auriel masih terbaring di atas ranjang itu dengan menahan rasa sakit. Dia masih bisa menahan rasa sakit itu karena sakitnya datang dengan rentang waktu sekian menit sekali. Hanya saja, Auriel sudah merasakan bahwa anaknya berada di jalan lahir dan seperti akan keluar dari terowongan tempat bayi itu aka
Sudah tiga hari Bianca dan Zacky berada di sebuah pedesaan yang sangat asri. Kesejukan desa itu membuat Bianca betah dan kemudian meminta Zacky untuk mencari villa agar mereka bisa menginap. Awalnya, mereka berdua hanya melakukan perjalanan singkat untuk melepaskan pikiran dan juga membuat Bianca menjadi lebih rileks menjelang hari persalinannya.Namun, pagi itu perut Bianca terasa sakit yang berbeda dari yang sebelumnya. Zacky yang merasa panik tentu saja langsung menyetir mobil menuju rumah sakit terdekat. Mereka tidak bisa lagi jika harus kembali ke kota karena jaraknya sangat jauh. Bisa memakan waktu seharian untuk sampai, dan itu sungguh tidak baik untuk keselamatan Bianca dan bayi dalam kandungannya.“Zack ... rasanya sakit sekali!” rintih Bianca sambil menggenggam erat tangan Zacky di ruang bersalin.“Pindahkan rasa sakit itu padaku, Sayang. Aku rela menerimanya agar kau tidak merasakan sakit itu. Andai saja semua itu bisa, Sayang.” Zacky berkata dengan wajah yang tampak pucat
Zacky masih mengenang masa tiga tahun yang lalu, di saat dia harus menemani Bianca berjuang di ruang operasi yang dingin dan menakutkan itu. Tentu saja dia takut, takut kehilangan Bianca dan takut juga tidak bisa lagi bersama istrinya itu. Namun, semua tetap saja tergantung takdir yang sudah Tuhan tentukan. Hidup dan mati, tidak bisa mereka tebak dan tidak ada yang bisa menghindarinya.“Daddy ... aku benci Brian!” rengek seorang gadis kecil berusia tiga tahunan dengan gaya yang sangat manja.Bocah perempuan itu berlari dan menghambur ke dalam pelukan Zacky yang sedang duduk di kursi kerjanya. Matanya yang tadi menatap sebuah potret wanita cantik yang menggandengnya dengan sangat mesra dan tertawa penuh kebahagiaan itu tampak begitu mencuri perhatiannya. Di sana, ia sedang duduk menatap foto pernikahannya yang kedua kali bersama Bianca, tepatnya tujuh bulan yang lalu.“Apa lagi yang dia lakukan padamu, Queen?” tanya Zacky dan langsung mengangkat tubuh anak perempuannya itu ke pangkuann
Brian terdiam mendengar pertanyaan Albert dan ia tidak bisa bersuara karena memang saat ini dia tidak punya bukti untuk bisa membuktikan semua ucapannya tadi. Namun, entah kenapa dia merasa tidak akan salah dengan ucapannya.“Kalau tidak bisa membuktikannya, maka jangan pernah bersikeras untuk mengatakan semua kebohongan itu,” ucap Albert dengan tegas dan kemudian membelai rambut Queen dengan lembut.Queen menyeringai penuh arti di balik senyumnya yang ia tujukan kepada Brian. Tentu saja pria yang baru saja beranjak dewasa itu dapat melihat dengan jelas seringai yang ditujukan oleh Queen kepadanya. Dia tidak bodoh untuk bisa menilai dan mengerti akan hal itu.“Maafkan aku, Kakek. Aku akan mendapatkan bukti untuk itu dan menunjukkannya padamu. Bersabar lah sedikit dan berikan aku waktu,” pinta Brian dengan tulus kepada Albert.“Baik. Aku akan memberikanmu waktu selama tiga hari dan kalau kau bisa menemukan bukti itu, aku akan memberikan 70% saham perusahaan induk atas namamu!” kata Alb
Tidak ada hari yang mereka lalui tanpa pertengkaran dan perdebatan, begitu lah yang selalu terjadi pada King dan Queen di sekolah yang khusus untuk anak para petinggi dan pesohor di negara itu. Sejak usia dua tahun, anak-anak dari golongan bangsawan dan konglomerat itu sudah dimasukkan ke sebuah sekolah yang akan mengasah skill dan ilmu mereka.Hal itu juga untuk melatih kemampuan otak mereka dalam hal bisnis dan dunia managemen keuangan. Bagaimana pun, sebagian besar dari mereka akan menjadi pewaris perusahaan dan bisnis orang tua mereka nanti. Jadi, sudah seharusnya mereka dididik sejak usia dini.Tak ubahnya dengan King dan Queen yang berada dalam satu kelas yang sama. Keduanya justru terkadang terlihat beradu debat untuk hal-hal yang tidak penting. King tidak menyukai Queen, begitu juga sebaliknya.“Aku tidak mau satu group dengan King, Bu Guru!” tolak Queen yang langsung mengacungkan tangannya ketika pembagian kelompok tugas.“Kenapa, Queen sayang?” tanya Imelda – guru yang menga
Bel pulang sekolah baru saja berbunyi dan anak-anak sudah mulai berkemas dibantu oleh guru pembimbing masing-masing. Tampak di luar kelas, Zacky sudah menantikan Queen dengan senyuman yang lebar. Zacky memang selalu menjemput Queen tepat waktu, bahkan lebih cepat dari jam kepulangannya.Hal itu dikarenakan Zacky tidak ingin ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada Queen di luar pengawasannya. Meski pun begitu, Zacky tidak memberikan pengawal khusus untuk putrinya karena dia tahu bagaimana rasanya hidup dalam pengawasan dan pengekangan itu sejak dia masih kecil dulu.Zacky tidak ingin jika Queen merasakan hal yang sama dengannya, dan memilih untuk lebih ekstra memperhatikan keselamatan Queen dibandingkan harus meminta pengawal pribadinya mengawasi dan memantau setiap pergerakan Queen dan sekitarnya.“Daddy ....”Queen berlari keluar kelas dan langsung menghambur ke dalam pelukan Zacky. Tentu saja tangan Zacky sudah terbuka lebar untuk menyambut kedatangan dan pelukan putrinya itu
“Mami ... apa kau mengenal daddy gadis menyebalkan itu?” tanya King saat berada di dalam mobil dan Auriel duduk di sampingnya memutar kendali setir dengan lihai dan santai.“Gadis mana yang kau maksud, Sayang?” tanya Auriel pula pura-pura tidak mengerti dengan pertanyaan King itu.“Queen!” jawabnya singkat, padat, dan jelas.“Oh ... gadis cantik yang dijemput daddy nya tadi? Itu yang kau panggil gadis menyebalkan? Mami justru suka kau berteman dengannya. Bukan kah sudah sering Mami katakan untuk mendekatinya dan akrab dengannya?” tanya Auriel lagi setelah menjelaskan sedikit kepada King.“Aku tidak suka dengan dia. Dia gadis pembawa sial, Mom! Bukan kah Maminya tiada saat melahirkan dia? Bagaimana kalau nanti aku ikut mendapatkan kesialan saat dekat dengannya?”“Itu tidak akan terjadi, Sayang. Justru, karena kau pembawa keberuntungan maka kau akan menghapus kesialan dalam hidupnya itu.”“Bagaimana caranya, Moms? Apa itu mungkin?”“Mungkin saja, Sayang! Aku akan membuatnya menjadi sang
“Di mana kau selama tiga tahunan ini?” tanya Zacky dengan suara yang sangat lembut dan sangat dirindukan oleh Auriel.Kalau saja Auriel tidak ingat bahwa Zacky pernah mencampakkannya dulu ... mungkin, saat ini Auriel sudah luluh karena mendengar kata-katanya itu. Terdengar sangat penuh perhatian dan mencemaskan keadaan Auriel selama ini. Namun, Auriel sadar bahwa semua itu tidak seperti yang dulu lagi. Zacky tidak lagi menganggapnya penting seperti dulu.Mereka tengah duduk di sebuah meja restoran dan menikmati segelas es krim yang masih membeku. Seperti hati dan suasana yang saat ini terjadi di antara mereka. Sementara King sudah dikirim pulang oleh Auriel dengan bantuan para algojonya, bersamaan dengan Queen juga tentunya.“Aku? Aku ada di tempat yang di mana aku dan putraku bisa hidup tenang dan nyaman,” jawab Auriel yang kemudian membuang napas kasar sembari mengaduk gelas es krimnya dengan sendok.“Di mana? Apakah di kota ini juga? Atau mungkin kau pindah jauh dari kota ini? Kapa
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka