Queen sudah menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan dan kedamaian selama tiga belas tahun ini. Namun, dia tentu tidak akan pernah lupa dari mana dia berasal. Di mana keluarga kandungnya dan siapa-siapa saja yang masih tersisa di dunia ini.Memang, Albert sudah lima tahun yang lalu meninggal dunia, dan saat itu pun Queen datang ke acara pemakaman Albert. Mana mungkin dia tidak menghadiri pemakaman kakek yang sangat menyayangi dirinya dan melakukan segalanya demi menyelamatkan nyawanya dari ancaman seseorang.Gadis yang sebentar lagi menginjak usia dewasa itu sudah tahu siapa saja yang dulu sempat berniat melenyapkannya dan itu semua hanya demi kekuasaan. Jabatan dan harta tentu saja. Queen tidak pernah melewatkan satu pun informasi yang diterimanya dari Leo.Yup, benar! Leo selalu mengirim informasi itu kepada Queen karena tidak ingin Queen hidup dalam kehampaan dan juga kesepian seperti yang dulu pernah dirasakan oleh beberapa orang dalam keluarga Albert. Termasuk pada Leo sendiri
“Bukannya ini ponsel Queen? Kenapa bisa tertinggal di sini?” tanya Paulina yang melihat sebuah ponsel keluaran terkini dan termahal itu tergeletak begitu saja di atas meja cermin hias.Paulina langsung mengambil ponsel itu dan menatapnya dengan heran. Sekilas tidak ada yang aneh di ponsel itu dan Paulina juga tidak ingin mengganggu privasi putrinya itu. Selama ini, Paulina tidak pernah memeriksa ponsel Queen karena dia percaya pada Queen. Apalagi, Queen memang selalu menghabiskan waktunya di rumah.Semua kegiatannya dia lakukan di rumah, dan itu membuat Paulina bisa sedikit bernapas lega karena hal buruk biasanya terjadi di rumah. Apalagi pada usia remaja beranjak dewasa seperti Queen. Biasanya, pergaulan dari teman-teman akan sangat berpengaruh.“Siapa ini yang mengirimkan pesan pada Queen dan memanggilnya dengan sebutan ‘Nak’? Kakek Leo? Siapa dia?” tanya Paulina saat tidak sengaja melihat notif yang baru saja masuk ke ponsel Queen.Paulina tidak bisa menghilangkan rasa penasarannya
“Tidak, Sayang. Kau tidak pernah berbuat salah pada Mami, Nak. Kau adalah anak tersayangku dan tidak pernah membuat kesalahan. Mami yang salah karena terlalu serakah dengan keadaan ini,” balas Paulina kepada Queen dengan sisa isak tertahan.“Maafkan aku, Mami. Aku udah buat Mami nangis,” sesal Queen sekali lagi.Queen membawa Paulina ke kamarnya dan berusaha untuk bersikap tegar di depan wanita paruh abad itu. Selama mereka tinggal bersama, kali ini lah Paulina menangis dan merasa hancur seperti ini. Bagaimana mungkin Queen tidak merasa bersalah karena sudah membuat ibunya itu bersedih dan merasa bahwa perpisahan sudah semakin dekat antara mereka berdua.“Mami tenang lah di rumah. Aku akan pergi menemui daddy ku. Aku pasti tidak akan pernah meninggalkan Mami apa pun keadaannya,” ungkap Queen pada Paulina dengan suara yang sangat lembut dan mencoba untuk menenangkan Paulina dari kegelisahannya itu.“Mana mungkin Mami bisa tenang, Sayang. Mami tidak bisa tenang lagi sekarang. Rasanya, s
Di ambang pintu, Queen berdiri dengan sangat elegant tapi tatapannya tajam menghunus ke jantung hati Zacky yang tengah menatapnya dengan tatapan teduh. Tatapan khas seorang ayah yang mencintai dan merindukan putrinya tersayang.“Sayang ... mendekat lah. Ayahmu sudah menunggu sejak tadi,” panggil Leo dengan lembut kepada Queen.“Ayahku? Siapa itu? Apakah aku masih punya ayah?” tanya Queen yang kemudian membuat hati Zacky menjadi sangat hancur.“Sayang ... jangan terlalu kejam pada ayahmu, Nak. Dia sudah menahan kerinduan belasan tahun hanya untuk bisa bertemu denganmu seperti ini. Apa kau tidak lagi merindukan ayahmu? Apa kau tidak lagi menyayanginya? Bukan kah kau dulu adalah Princess Queen baginya?” tanya Leo beruntun kepada Queen yang masih diam saja di ambang pintu.Zacky tidak berani beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Queen. Dia takut mendapatkan penolakan dari gadis yang sekarang sudah tumbuh sangat tinggi dan cantik itu. Queen tumbuh sangat cepat dan wajahnya mengin
Seorang wanita yang tampak berusia hampir setengah abad itu berdiri di ambang pintu masuk dan tidak bisa lagi bersuara saat menatap wajah Queen yang menoleh padanya. Queen mendengar namanya disebut langsung menoleh untuk melihat siapa yang datang. Suaranya terdengar sangat tidak asing di telinga Queen, meski sudah lama tidak dia dengar. Namun, Queen tidak mungkin bisa melupakan suara khas itu.“I-Ibu? Ibu di sini?” tanya Queen yang justru tidak bisa menduga bahwa di rumah ini ada Imelda – wanita yang pernah sangat menyayanginya dulu saat Queen masih bersekolah.“Sayang ... itu benar kau? Queen ...,” ucap Imelda yang langsung berlari ke dalam dan berdiri tepat di depan gadis cantik itu.“Iya. Aku Queen. Ibu masih mengenaliku setelah belasan tahun berlalu? Sungguh luar biasa!” ucap Queen takjub.Bagaimana orang-orang masih bisa mengenali dirinya setelah mereka sudah tidak saling bertemu selama belasan tahun. Tiga belas tahun bukan lah waktu yang singkat tentu saja, dan banyak hal yang b
“Ada seseorang yang memang mengincar nyawa Queen sejak dia lahir, bahkan dia terlalu dekat dengan Queen tanpa kalian sadari.” Leo berkata dengan nada serius dan sangat meyakinkan.“Siapa orangnya?” tanya Queen yang tidak sabar ingin tahu.“Apa itu baik untuk kau ketahui sekarang, Queen? Sepertinya, kau tidak harus tahu siapa orangnya. Hanya saja, kau harus terus berhati-hati pada semua orang yang terlihat baik padamu. Apalagi yang berpeluang besar merebut posisimu di keluarga ini,” ungkap Leo menjawab pertanyaan Queen.“Aku tidak sedang dalam bercanda, Kakek! Katakan padaku semuanya. Aku ingin tahu segalanya dan siapa yang sedang mengincar nyawaku?” tanyanya lagi dengan mendesak.“Sudah lah, Nak! Jangan kau pikirkan itu sekarang. Lebih baik, kau turuti saja keinginan kami semua dan kembali ke rumah ini. Itu lebih baik untukmu, Sayang. Kami juga bisa mengawasi dan juga menjaga keamananmu.”“Tidak, Bu! Aku tidak bisa meninggalkan mamiku sendirian di sana. Aku sudah mencintainya bahkan l
Tatapan Queen tajam menghunus pada sepasang mata Brian yang memandangnya dengan tatapan teduh dan juga santai. Brian tidak terlihat gentar sedikit pun meski Queen memandangnya dengan tatapan penuh kebencian dan kemarahan saat ini.“Kau jangan membuat Queen berpikir bahwa semua itu benar, Brian!” ucap Leo dengan suara yang terdengar sangat tegas.“Apanya, Kakek? Biarkan dia berpikir sesuai dengan yang ada di dalam hatinya. Aku tidak akan menyangkal dan tidak membenarkan. Biarkan saja seperti apa yang dia katakan,” ungkap Brian lagi.“Tidak baik kau berbicara seperti itu kepada adikmu, Brian. Bukan kah kalian sudah lama tidak saling bertemu? Apakah kau tidak ingin saling meluapkan kerinduan?”“Rindu? Sepertinya aku suda salah merindukan seseorang, Kakek. Orang yang aku rindukan, bahkan tidak sudi mengenal kata rindu itu!”Queen mendengar dengan sangat jelas dan saat ini pikirannya masih mencoba mencerna segala ucapan Brian. Queen memang tidak pernah membenci Brian sebelumnya, dan bahkan
Perdebatan antara Queen dan Brian akhirnya mengusik ketenangan Zacky. Dia ingin mengadu semua masalahnya pada Bianca. Dia juga ingin meminta maaf kepada Bianca karena dirinya semua masalah di masa kini terjadi. Anak-anaknya juga ikut menanggung akibat dari kesalahannya di masa lalu.Zacky merasa sangat bersalah dan berdosa untuk semua kesalahannya itu. Dia tidak menduga bahwa semua itu akan berdampak sangat buruk di masa kini. Meski semua yang dulu terjadi di luar kesadaran dan keinginan Zacky sendiri, tetap saja dia merasa sebagai yang paling bertanggung jawab sekarang untuk masalah anak-anakanya.Bahkan Brian dan Queen saja tidak bisa akur satu sama lainnya, padahal mereka lahir dari satu rahim yang sama. Bagaimana dengan hubungan mereka nantinya jika bertemu dengan putra Zacky hasil hubungannya dulu dengan Auriel.Entah bagaimana pula respon dan tanggapan putranya itu ketika berhadapan dengan Zacky nantinya. Pasti tidak akan ada yang bisa menebak segalanya karena selama ini juga Za
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka