Keputusan sudah diambil oleh Bianca dan Zacky dan mereka memutuskan untuk memberikan Elsa kebebasan dan tidak akan memberi hukuman penjara atau hukuman seperti biasa yang ayahnya lakukan pada orang-orang jahat yang menyakiti keluarga Camerrun. Bianca berbesar hati karena mengingat Elsa masih di bawah umur dan menenggang hubungan keluarga yang mereka jalin bersama Mike selama ini juga tentunya.“Sayang, apa kau sudah yakin dengan keputusanmu itu?” tanya Zacky sekali lagi pada Bianca, sesaat sebelum mereka keluar dari kamar dan menemui semua angota keluarga yang lainnya. Mereka sudah menunggu Zacky dan Bianca di ruang keluarga untuk mendengar keputusan sepasang suami istri itu."Ya. Aku sangat yakin, Sayang. Aku rasa itu adalah keputusan yang terbaik untuk dia,” jawab Bianca dengan yakin.“Baik lah kalau begitu. Ayo kita temui semua anggota keluarga. Aku yakin Paman Mike, Bibi Mona, dan juga Elsa sudah menunggu kita di sana,” balas Zacky lagi dengan tersenyum pada Bianca.Bianca mengang
“Aku sudah memutuskan bahwa kau harus bertaubat dan merenungi kesalahanmu dengan menjadi biarawati,” jelas Bianca dan sontak ucapannya itu membuat kaget semua orang yang berada di meja bundar saat ini.Terlebih lagi Elsa. Ia bahkan menggeleng tidak percaya dan menutup mulut dengan kedua tangannya. Hal yang tak akan pernah bisa Elsa bayangkan. Sementara, Mike menunduk pasrah dan terlihat sedikit bersedih. Mona semakin menjadi dalam tangisannya. Zahra hanya menghela napas kasar dan Olivia sempat menitikkan air matanya juga. Hanya Albert dan Zacky yang akhirnya memasang raut wajah datar. Bagi kedua lelaki dingin itu, itu adalah hukuman yang paling pantas meski memang sangat berat bagi mereka semua. Di bandingkan dengan hukuman yang seharusnya Elsa jalani, tentu saja itu masih jauh lebih baik.“Tidak! Aku tidak mau jadi biarawati,” pekik Elsa menolak hukuman yang sudah ditetapkan oleh Elsa untuknya itu.“Elsa! Itu adalah pilihan terbaik dan teringan yang bisa aku berikan padamu. Meningat
Satu bulan sudah berlalu dengan sangat cepat, dan ini adalah hari pernikahan Zahra bersama kekasih hatinya Gerald. Tidak ada yang lebih mendebarkan dari pada menanti saat-saat pengucapan janji suci pernikahannya itu bagi Zahra. Zahra sendiri masih berada dalam kamarnya bersama beberapa orang perias pengantin terkenal dan terbaik. Di sana juga ada Bianca dan Olivia yang menemani calon ratu sehari ini berias diri agar terlihat cantik maksimal di depan semua para tamu undangan dan juga di depan Gerald khususnya. Zahra sangat gugup hingga telapak tangannya terasa basah oleh keringat. Zahra bahkan merasakan bahwa jantungnya berdebar kencang dan tak karuan saat ini. Bagaimana ia bisa percaya bahwa pada akhirnya dia akan menikah dengan Gerald. Setelah semua rintangan yang menghadang berhasil mereka lewati dengan keteguhan cinta di hati mereka masing-masing tentunya. Zahra merasa gugup dan bahagia dalam waktu bersamaan. Baginya, ini lah momen yang sangat ia tunggu sepanjang hidupnya. Apa la
Zahra dan Gerald mengucapkan janji suci di depan semua para saksi dan tamu undangan yang datang. Di tepi laut dan ditemani dengan hembusan angin laut yang sepoy-sepoy, Zahra dan Gerald saling berciuman setelah mereka selesai mengucapkan janji suci itu dengan penuh kehikmatan. Bahkan Olivia dan Albert pun menitikkan air mata saat pendeta mengatakan Zahra dan Gerald sudah resmi menjadi sepasang suami istri dan itu sah di mata hukum.Albert merasa bahwa anak perempuan kesayangannya sudah resmi menjadi milik pria lain dan tentu saja Zahra akan pergi mengikuti dimana suaminya itu tinggal. Untuk pertama kalinya dalam hidup Albert ia menangis seakan merasa tidak merelakan bahwa saat ini Zahra sudah tumbuh dewasa dan sudah dipersunting oleh seorang pria pula. Yang mana itu artinya Zahra akan menempatkan Gerald di atas segalanya. Ia akan berbagi segala suka duka pada lelaki yang baru ia kenal dan sayangi belum lama ini.“Selamat menyandang status baru, Sayang.” Bianca memberikan ucapan selamat
“Hmmpp … Aaakhh ….” “Desahkan lah namaku, Sayang. Jangan tahan suaramu dan keluarkan semua dengan lepas,” bisik Gerald di telinga Zahra yang kini berada di atas pangkuannya. Kedua insan itu sudah separuh telanjang dan sedang menikmati malam pengantin mereka di sebuah kamar VVIP yang ada di dalam kapal pesiar. Selesai mengadakan resepsi pesta pantai, ternyata Gerald sudah menyiapkan kejutan lainnya untuk Zahra. Mereka berlayar keliling lautan untuk waktu yang belum bisa ditentukan. Untuk pertama kalinya pula, di kamar itu Zahra dan Gerald saling bercumbu dengan panas. Gerald yang sudah menunggu lama untuk momen ini sungguh tidak dapat lagi menahan hasratnya untuk mencumbui Zahra. Saat baru masuk ke dalam kamar, Gerald dengan beringas menarik tubuh Zahra menuju ranjang mewah yang sudah dihiasi dengan seribu kelopak mawar dan beberapa lilin kecil di sekelilingnya membentuk sebuah lambing love. Gerald langsung melumat bibir Zahra dan dibalas Zahra tanpa menunggu aba-aba lagi. Zahra juga
“Sayang … apa kau sedih? Akhirnya hanya kita berdua saja yang tersisa di mansion besar dan mewah ini,” ungkap Albert sambil mengecup puncak kepala Olivia. Wanita paruh baya itu sedang duduk di depan cermin meja riasnya dan tampak melamun sejak tadi. Tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang, karena jujur saja dia merasa kesepian setelah anak-anaknya menjadi istri dan suami orang lain. “Tidak. Tentu aku tidak sedih!” bantah Olivia dan berusaha untuk mengulas senyumannya pada pantulan cermin. “Kau tidak bisa berbohong padaku, Sayang. Aku bisa tahu segala yang kau pikirkan,” kata Albert dan melatakkan dagunya di atas kepala Olivia dengan sangat manja. “Kau dukun?” tanya Olivia bercanda. “Hmm … mantan dukun. Tapi aku masih punya ilmunya, jadi tetap lah waspada dengan apa yang kau pikirkan tentangku.” “Kalau begitu, apa yang sedang aku pikirkan sekarang? Ayo tebak!” Albert memejamkan matanya seolah-olah dia memang sedang berpikir saat ini. Namun, Olivia tahu bahwa itu hanya gaya-gaya
“Sayang … di mana kau letakkan baju putih yang baru aku beli semalam?” tanya Gerald kepada Zahra. “Ada di dalam lemarimu. Kau buka lah lemarimu itu sebelum bertanya,” jawab Zahra dengan ketus dan juga tampak tidak sehat di tempat tidurnya. “Biasanya kau menyiapkan semuanya untukku. Apa kau bosan?” tanya Gerald yang masih tidak tahu bahwa Zahra sedang sakit. “Hmm … aku sedang tidak enak badan, Ger!” keluh Zahra dengan suara yang terdengar sangat parau. Seketika itu juga Gerald langsung menoleh ke belakang dan melihat Zahra yang masih bergelung dalam selimut tebalnya. Memang tidak biasanya Zahra pagi-pagi seperti ini masih tidur dan tidak mempersiapkan seragam kantor dan juga sarapan untuk Gerald. Apalagi mengabaikan Danaya yang memang sudah jamnya untuk mandi dan makan. Hal yang biasanya selalu ingin Zahra lakukan sendiri meski pun ada Nina yang mengurus segala keperluan baby Dayana. Namun, sejak awal memang Zahra sudah senang melakukan yang dia bisa sendiri. Jadi, tugas Nina hanya
Kebahagiaan yang dirasakan oleh Gerald itu tentu saja membuat suasana hatinya menjadi sangat baik. Ia bahkan merasa selalu ingin berada di samping Zahra saat ini. Akan tetapi, Gerald ada pekerjaan yang mengharuskan dia untuk hadir pagi ini.“Nina, jagalah Dayana dengan baik dan perhatikan juga Nyonya. Jika dia sudah bangun, segera minta dia untuk makan dan minum obat yang sudah aku sediakan di atas nakas. Jangan mengatakan apa pun padanya karena suasana hatinya sedang tidak baik saat ini.” Gerald memberikan perintah kepada baby siter yang selalu membantu Zahra menjaga Dayana.“Baik, Tuan. Jika Nyonya bertanya ke mana Anda bagaimana?” tanya Nina dengan polosnya.“Katakan saja aku pergi ke kantor sebentar. Aku hanya akan pergi dalam dua atau tiga jam saja,” jawab Gerald lagi dan kemudian diangguki oleh Nina.Baby sister yang dipilih langsung oleh Zahra itu memang selama ini selalu bersikap baik dan tidak pernah membuat Zahra marah. Itu sebabnya dia menjadi kesayangan Zahra dan mereka ta
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka