[Siapa wanita yang bermain dengan Dayana dalam video Misa tadi pagi?]
[Kau tidak mau membalas pesanu?]
[Baiklah. Aku tidak akan mengirimmu pesan lagi]
[Sepertinya gadis itu sangat cantik dan Dayana bisa langsng akrab dengannya]
[Semoga, kau juga bisa seakrab itu dengannya]
Di dalam kamarnya, Gerald kembali membaca rentetean pesan dari Zahra yang tidak ia abals satu pun. Gerald sengaja tidak merespons satu pun pesan itu. Bahkan membukanya pun tidak. Gerald hanya membacanya dari layar depan ponselnya itu. Ada sedikit seulas senyum yang tersungging di sudut bibir Gerald saat selesai membaca pesan-pesan itu.
Ia tahu, Zahra merasakan cemburu saat melihat Dayana dekat dengan pengasuh barunya itu. Gerald tahu sebesar apa cinta dan sayang Zahra pad putrinya itu. Dan Zahra juga menyebutkan tentang dirinya di dalam pesan itu. Gerald yakin, Zahra sedang dihantui perasaan yang tak menentu dan tak bisa membuatnya tenang saat ini. Mengingat bahwa pw
Posisi Gerald sangat dekat dengan Vallen saat ini, gadis itu terlihat sangat grogi dan salah tingkah. Meski pun Gerald tidak bermaksud apa-apa dan tidak melakukan hal lainnya, tetap saja Vallen merasa sedikit canggung. Pasalnya, Vallen pernah hampir melakukan hubungan terlarang dengan Andre, mantan majikannya dulu. Yang tak lain adalah rekan bisnis yang merekomendasikan dia pada Gerald. Setelah melihat dengan jelas nama pada name tag di baju Vallen, Gerald yang masih memegang ponsel yang menempel d telinganya berkata dengan suara nyarin. "Vallen. Namanya Vallen. Dan sepertinya, aku memang sedikit menyukainya." Gerald berkata sambil membalikkan badan dan kembali ke ranjangnya. Sementara Vallen masih terpaku berdiri di ambang pintu. Sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Gerald. "Sudah dulu, ya. Aku sibuk sekarang, Vallen datang membawakan jus buah pesananku," ucap Gerald dan langsung mematikan teleponnya. Entah bagaimana reaksi Zahra di
"Sayang, cepatlah. Semua sudah menunggu untuk bernagkat ke gereja," sorak Zacky dari ambang pintu. "Sabarlah. Kenapa kau sangat tidak sabaran sekali? Santai saja. Waktunya masih cukup bahkan untuk kita menyantap spagety hangat," jawab Bianca yang sedang duduk di depan meja rias sambil memoles pewarna pada kelopak matanya. "Aku merasa tidak tenang dan tidak sabar karena sebentar lagi kita akan menjadi sepasang suami istri yang sah. Aku bahkan langsung mendapatkan kado terbaik di hari pernikahan kita." Zacky berkata sambil meletakkan tangannya di pundak Bianca setelah meutuskan untuk melangkah masuk. "Kado terindah? Apa itu?" tanya Bianca heran dan menatap Zacky dari pantulan cermin. "Ini." Zacky menjawab sambil menunduk dan mengelus perut Bianca yang sudah membuncit dengan jelas. Bianca tersenyum dan meletakkan telapak tangannya di atas punggung tangan Zacky yang sedang mengelus bayi dalam rahimnya itu. Kemudian, Zacky mengecup mesra pipi
Albert bergegas mendekati Zacky dan Bianca, yang di belakangnya juga ada Steve. Suasana terasa dingin dan mencekam Semua orang terlihat tegang karena teriakan Zacky tadi terdengar cukup menggelegar dan mengejutkan semua orang yang ikut dalam rombongan antar pengantin. “Ada apa, Zack?” tanya Alberet saat berada tepat di sebelah Zacky. Mike yang ada di dalam rombongan itu pun bergegas mendekati dan langsung menggeser tubuh Steve dari belakang Bianca, hingga tubuh Steve mengenai mobil Zahra yang tadi ia kemudikan. “Dia menyentuh istriku!” jawab Zacky dengan tatapan mematikan. “Aku hanya membantunya. Dia hampir saja jatuh ke lantai jika aku tidak sigap memegangi tubuhnya. Jagalah istrimu dengan baik.” Steve membela dirinya di depan semua orang karena tidak terima di salahkan dan di pandang rendah seperti itu. “Jangan membantah. Kau hanya membela diri. Jelas-jelas kau sengaja memegang pinggang istriku. Kau memang pria mesum, sudah menyakiti adikku dengan sen
Setelah melakukan adegan penuh kasih sayang dengan anggota keluarganya, sesaat setelah pemberkatan pernikah Zacky dan Bianca, rombongan itu kembali menuju mansion. Bianca harau beristirahat sejenak, sebelum acara inti di mulai siang hingga malam hari nanti. Masih banyak waktu untuk melepas penat dan mengatur napas. Karena, dalam acara nanti sudah bisa dipastikan tamu akan banyak yang datang. Silih berganti tak akan habis-habisnya, mengingat seberapa pentingnya keluarga Camerrun di negara itu. Bahkan untuk seluruh penjuru dunia. Albert dan Zacky banyak mengundang kolega bisnis nya yang bahkan dari seluruh penjuru dunia itu. Akan menjadi sebuah kebanggan tersendiri bagi para undangan yang datang memenuhi undangan Albert dan Zacky itu. Karena, mereka termasuk pemilih dalam mengundang orang. Tidak semua yang akan di undang meski pernah bekerja sama dengan mereka. Begitu pula halnya dengan keluara Jason dan Liona. Mereka sama sekali tidak mendapatkan undangan. Awalnya Albert ak
"Apa kabarmu anak muda?" tanya Zacky saat menghampiri Gerald di ruangan yang cukup besar dan megah oleh dekorasi pesta itu. "Baik, Tuan Albert," jawab Gerald dengan sedikit membungkuk, memberi hormat pada Albert. "Apa kau terlalu cepat datang memenuhi undangan Zaacky?" Albert bertanya lagi. "Seprtinya begitu, Tuan." Gerald menjawab dengan memandang sekelilingnya yang masih sepi dari para tamu undangan. "Tidak apa-apa. Mungkin kau terlalu bersemangat bertemu dengan Zahra." "Ma-maksud, Anda?" "Tidak ada maksud apa-apa. Bersantai lah dulu. Kau bisa menikmati hidangan yang sudah tersaji di sudut sana. Sambil menunggu para tamu yang lain datang dan pengantinnya keluar." Albert menyarankan sambil menunjuk ke arah susunan hidangan ala-ala perancis yag tersaji di sepanjang sudut ruangan itu. "Baik. Terima kasih atas tawaran Anda, Tuan." Gerald berkata dengan sangat sopan dan lembut. Kemudian, Albert meninggalkan Gerald sendiri
Zahra memandang pria yang sudah mengisi hampir sebagian penuh relung hatinya itu dengan lekat. Kedua pasang mata itu saling beradu tatap dan seolah mencari sesuatu dari balik mata masing-masing pasangannya. Mencari tatapan cinta, rindu, dan mungkin saja menanti sebuah kata yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Namun, dari cara mereka saling memandang saja sudah cukup memberikan bukti, bahwa ada makna yang tersirat meski tak sanggup terucap. Perlahan, Zahra kembali mengayunkan langkahnya mendekati Gerald yang berdiri dengan memegang segelas minuman bersoda di sebelah tangannya. Gerald pun termangu dan sedikit terkesip takjub melihat pemandangan indah di depannya ini. Zahra yang memang sudah sangat cantik dengan penampilannya seperti biasa dan apa adanya, ternyata jauh lebih cantik saat dia memakai gaun panjang sebatas kaki dan memiliki belah di bagian dada dan dari mata kaki hingga paha di atas lutut sedikit. Gaun merah menyala itu membentuk tubuhnya dengan sangat
Di mansion yang mewah itu, tengah diadakan sebuah pernikahan spektakuler kedua setelah belasan tahun berlalu. Dulu, pernikahan Albert dan Olivia juga tak kalah mewahnya dengan yang sedang berlangsung saat ini. Pasangan yang berbahagia duduk menanti salam dari tamu undangan di kursi pelaminan yang sangat megah. Bianca dan Zacky terlihat sangat senang dan wajah mereka berseri-seri. Di sisi lainnya, Albert dan Olivia juga turut berkeliling menyapa para tamu-tamu penting yang hadir. Selebihnya, mereka yang akan berjalan menghampiri pasangan fenomenal itu. Tak ketinggalan, Zahra ada di bangku paling ujung duduk bersama Gerald. Ia tampak jauh lebih bersemangat dari sebelumnya. Wajahnya bersinar dan berseri. Tak lepas senyuman indah itu dari sudut bibirnya yang tipis. Zahra terlalu bahagia karena akhirnya bisa kembali lagi bersama Gerald. Pria yang sangat ia cintai dan mencintainya. Zahra berjanji tak akan melepaskan lagi pria itu pada wanita mana pun. Zahra akan menghadang s
DOR.... DOR.... Terdengar dua kali suara tembakan dan semua wanita menjerit ketakutan dan terkejut. Dengan tatapan sulit dipercaya, Zacky memandang ke arah Zahra yang berad tak jauh di depannya. Gerald segera berlari ke arah Zahra dan memeluknya dengan erat. "Sayang...," bisik Gerald dengan menetaskan air matanya. Satu ruangan menjadi panik dan sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Banyak di antara mereka yang memilih pergi keluar mansion, dan ada pula yang bertahan di posisinya berdiri atau duduk saat itu. Tidak ada yang menduga, di sebuah acara pernikahan spektakuler pewaris sulung keluarga Camerrun, akan terjadi insiden penembakan maut itu. Dalam keadaan panik, Bianca melepaskan dirinya dari pelukan Olivia dan segera berlari ke arah dimana Zacky sedang berdiri diam di posisinya. Tatapannya datar dan dingin. Tidak ada tanda-tanda bahwa ia terkejut dengan hal itu. Saat berada di dekatnya, Bianca memeluk Zacky erat. Rasanya seperti baru saja mendapa
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka