Di kediaman Gerald.
Gerald masih sibuk mencari informasi tentang Stela. Ia mencoba untuk mengumpulkan bukti-bukti tentang kematian Stela. Sejujurnya, Gerald mulai meragukan bahwa Stela benar-benar telah tiada setahun yang lalu. Apalagi hal itu didukung dengan tidak ikutnya Gerald mengantarkan Stela ke pemakaman dan melihat wajahnya di dalam peti mati untuk terakhir kalinya. Gerald mulai menyesali kebodohannya yang enggan hadir di pemakaman Stela hari itu.
Saat ini Gerald merasakan takut jika memang benar bahwa Stela masih hidup, karena itu bisa sangat berpengaruh besar pada hubungannya dengan Zahra. Gerald tak ingin berpisah lagi dari Zahra karena hatinya sudah yakin untuk menjadikan Zahra pendamping hidupnya untuk menggantikan Stela dan menjadi ibu sambung bagi Dayana. Gerald sudah tidak ingin lagi memiliki hubungan apapun dengan Stela, mengingat bagaimana selama ini ia sudah berusaha menahan dan bersabar pada sikap dan sifat Stela padanya. Gerald tak ingin lagi ber
Keduanya masih terlihat saling beradu tatap dan saling memandang dengan ekspresi yang Vallen sendiri tak bisa mengerti. Sebenarnya Vallen mengetahui sedikit tentang ibu kandung Dayana dari Misa. Dari yang Misa katakana, ibu kandung Dayana sudah meninggal. Tapi, Gerald sendiri tak pernah tahu menahu dan bahkan tidak hadir di acara pemakamannya. Entah apa yang terjadi di antara keduanya dulu. Padahal, menurut pengakuan Misa, Gerald sangat mencintai Stela dan bahkan sanggup melakukan dan memaafkan semua kesalahan yang Stela lakukan padanya. Vallen masih berdiri di belakang tubuh kekar Gerald dengan menenteng tas yang berisi barang-barang keperluan baby Dayana itu. Sementara Gerald memeluk Dayana dalam gendongannya dengan genggaman yang mulai mengendur karena takut Dayana akan merasa tidak nyaman dan menangis lagi seperti tadi. Gerald tak ingin lengah sedikit pun dan membiarkan wanita di depannya itu menyentuh apalagi mengambil Dayana dari dalam dekapannya. “Vallen! Cepa
Zahra tak menyangka bahwa dirinya akan bertemu dan meihat Gerald sedang bercumbu dengan seseorang dalam bilik toilet wanita. Sungguh perbuatan yang sangat memalukan sekali jika Zahra kembali mengingatnya. Saat ini Zahra sedang duduk di dalam mobilnya yang terparkir di parkiran bawah tanah sebuah rumah sakit elite tempat Olivia sedang di rawat. Awalnya Zahra di rumah sendirian dan menikmati jus buah yang ia minta Ge untuk membuatkannya. zahra bahkan sempat bercengkrama dengan Ge menganai rasa penasarannya saat melihat wajah dan senyum Ge yang mirip dengan Gerald, bahkan nama mereka pun terdengar hampir mirip. Ge untu Geovani dan Ger untuk Gerald. Bukan kah itu terlalu biasa untuk disebut sebuah kebetulan. Zahra menangis di dalam mobilnya dengan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Suara isak tangis tertahan tadi, ia lepaskan di dalam mobilnya itu. Siapa yang akan mendengar? Tidak ada yang bisa mendengar bahkan jika Zahra berteriak di dalam mobil itu, karena mobi
“Vallen, dimana kau?” tanya Gerald dari seberang telepon. Sementara saat ini Vallen sedang berada di dalam mobil Zahra dan dalam perjalanan pulang ke rumah Gerald.“Dalam perjalanan pulang, Tuan. Ada apa, Tuan?” tanya Vallen penasaran mengapa Gerald menelponnya.“Pulang? Apa kau memesan taxi online? Bagus lah kalau kau memang sudah pulang. Aku takut kau masih menungguku, karena itu tidak baik untuk kesehatan Dayana berada terlalu lama di ruangan Rumah Sakit ini.” Gerald berkata dengan tarikan napas lega.“Tidak, Tuan. Aku tidak pulang dengan taxi online. Tapi…,”“Sudah lah, itu tidak penting saat ini. Tolong jaga Dayana dengan baik, karena aku mungkin tidak akan pulan malam ini. Ada suatu urusan penting yang harus aku selesaikan. Tapi, jika terjadi sesuatu pada Dayana, kau harus langsung menelponku. Apa kau mengerti?” tanya Gerald dengan nada memerintah dan sikap arrogant nya itu.&
Tiga hari sudah berlalu dan kini Olivia sudah kembali lagi ke mansion. Sesungguhnya, hampir setiap hari Olivia merengek pada Albert untuk segera pulang. Akan tetapi, demi kesehatannya Olivia mengalah dan mendengarkan apa yang Albert katakana. Mungkin, ini adalah hal yang sangat langka dan jarang sekali bisa terjadi dalam kehidupan Albert dan Olivia. Itu karena, selama ini Albert lah yang akan lebih banyak mengalah dan menuruti semua yang Olivia katakan dan inginkan. Albert tak akan pernah bisa tega menolak semua perkataan dan permintaan Olivia. Hal itu berbanding terbalik dengan yang terjadi beberapa hari ini. Dengan senang hati, Olivia selalu menuruti yang Albert katakan dan perintahkan padanya. Makan yang banyak, minum obat yang rutin, dan istirahat yang cukup tanpa diperbolehkan menggunakan ponsel sedetik pun. Meski awalnya Olivia akan merajuk dan memasang aksi diam pada Albert, tapi ia akan mebali luluh saat melihat Albert juga enggan memakan dan meminum walau sebutir na
“Rencana apa yang kau maksud, Zahra?” tanya Zacky yang tiba-tiba saja muncul di kamar itu. Sepertinya, Zahra lupa mengunci pintu kamarnya. Sehingga saat Zacky mencoba untuk membuka, itu langsung berhasil. “Zack! Kau tidak sopan masuk ke kamarku tanpa permisi!” ucap Zahra yang terlihat gugup karena perkataannya baru saja dipergoki oleh Zacky. “Itu tidak masalah sebelumnya, kenapa sekarang kau mempermasalahkannya?” tanya Zacky dengan mata mendelik. “Sekarang kau sudah menikah, bukan? Jagalah sopan santunmu pada wanita, meski itu padaku yang adalah saudara kandungmu sendiri.” Zahra mengatakan hal itu dengan tegas. “Ternyata, Nona Muda Zahra sangat pintar mengalihkan pembicaraan. Kau tak ingin mengatakan rencana apa yang sedang kau rencanakan?” tanya Zacky sekali lagi yang langsung membuat Zahra terdiam dan bingung akan menjawab apa. Terutama, saat ini dia baru saja akan mengajak Bianca untuk bergabung pada misinya itu. “Sudah lah, Zack. Jan
“Apa yang tadi dikatakan anak manja itu padamu?” tanya Zacky saat mengetahui bahwa Bianca sudah masuk ke dalam kamar.“Bukan apa-apa,” jawab Bianca seraya masuk ke dalam kamar mandi dan segera mencuci muka, tangan dan kakinya.Zacky hanya diam tak lagi menanggapi apa pun, selain menanti sang istri kembali dari kamar mandi. Karena, Zacky harus memastikan bahwa Bianca meminum vitamin dan suplemen tambah darahnya, yang diberikan oleh Dokter saat melakukan pemeriksaan rutin. Meskipun ia kesal karena Bianca enggan mengatakan padanya tentang apa yang tadi mereka bicarakan, Zacky tetap harus memberikan perhatian dan menunjukkan kasih sayangnya pada Bianca. Ia tak ingin Bianca merasa sedih karena sikapnya, karena hal itu juga sangat berpengaruh pada janin dalam rahimnya itu.Setelah dirasa cukup, Bianca keluar dari kamar mandi dan mendapati Zacky sedang duduk di pinggir ranjang, dengan memegang sebuah piring kecil berisi beberapa butir obat. Di atas nakas, sudah ada segelas air
“Sayang, dimana Zahra?” tiba-tiba pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Albert.“Dia pasti di kamarnya. Kau seperti tidak mengenal putrimu itu saja,” jawab Olivia seraya tertawa ringan.Zacky menatap ke arah Bianca yang terlihat biasa saja. Seolah tidak ada apa pun yang terjadi. Ia bahkan terlihat lebih rileks dari biasanya. Sambil meminum setengah gelas susu hamil yang tersisa, Bianca memutar bola matanya ke arah Zacky dan mendapati pria itu masih menatapnya dengan lekat. Bianca menyadari ada sesuatu yang salah dan Zacky pasti curiga padanya. Pasalnya, sampai saat ini Bianca tidak memberi tahu pada Zacky tentang hal apa yang sudah direncanakan oleh Zahra.“Kenapa kau menatap istrimu seperti itu, Zack?” tanya Olivia yang memang memperhatikan hal itu sedari tadi.“Apa yang salah dengan tatapannya? Dia menatap istrinya dengan penuh cinta. Apa kau tidak pernah muda?” Suara Albert datang menyela pertanyaan Olivia.“Diamlah, Al. Aku tidak bert
Setelah Albert pergi dari ruang makan itu, tidak ada yang bersuara lagi. Semuanya terdiam dan tak bergeming. Hanya mata yang saling bertukar pandang. Tidak lama kemudian, Olivia pun beranjak dari kursinya dan mengatakan akan beristirahat. Tak lupa, ia berpesan pada Bianca atau Zacky, jika melihat Zahra agar segera menyuruhnya sarapan, dan meminta pelayan untuk membuatkan menu baru untuknya.Bianca dan Zacky mengangguk tanda mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Olivia. Jelas tampak raut kegelisahan di wajah sang ibu, tapi Zacky sama sekali tidak berani bertanya lebih lanjut. Sebab, Zacky sangat mengerti apa yang saat ini sedang dirasakan oleh Olivia.Sekarang, hanya tinggal sepasang suami istri itu yang masih jadi penghuni tetap di ruang makan. Karena enggan berlama-lama di sana, akhirnya Bianca memutuskan untuk kembali ke kamarnya agar bisa beristirahat dengan nyaman. Zacky mengikuti dari belakang, karena ia juga harus mengambil tas kerjanya di kamar. Zacky tentu ha
“King! Aku yakin dia bisa membawamu ke jalan yang seharusnya kau tempuh,” jawab Zahra dengan keyakinan penuh.“Jangan konyol, Moms. Dia tidak sebanding denganku! Aku ini kakaknya, meski kami tidak sedarah. Aku tidak akan pernah tertarik dengan bocah ingusan seperti dia,” bantah Dayana dengan sangat tegas di depan Zahra dan wajahnya tampak sangat kesal.Dia segera pergi dari hadapan Zahra dan tidak ingin lagi membahas masalah yang sensitif itu. Bagaimanapun juga, Dayana menyadari bahwa dia sudah salah jalan. Namun, dia juga tidak meminta dirinya menjadi seperti itu. Semuanya terjadi dan mengalir apa adanya tanpa diminta dan dipaksa. Jadi, apa yang harus dia lakukan selain pasrah dan menerima semua keadaan itu dengan hati luas?Dayana memang gadis yang berasal dari keluarga terpandang dan bisa dikatakan semua yang dia lakukan pasti akan menjadi konsumsi publik. Akan tetapi, dia juga tidak bisa berpura-pura demi membuat orang lain senang dan puas. Dia ingin tetap menjadi dirinya sendiri,
Zahra tidak bisa berkata-kata saat baru saja mendengar pengakuan dari putrinya itu. Dadanya terasa penuh dan sangat sesak sehingga tidak bisa bernapas dengan baik. Dia tidak menduga bahwa Dayana akan mengakui hal besar dan sangat mengejutkan itu padanya dan Gerald.Saat ini Zahra bisa melihat perubahan warna pada wajah Gerald. Pria itu jelas sedang marah besar pada Dayana dan dia masih diam saja berusaha menahannya. Hal itu tentu saja mengingat bahwa Dayana adalah putri mereka satu-satunya.“Sayang ... tolong ralat lagi kata-katamu itu. Katakan padaku kalau kau hanya bercanda dan semua itu mungkin hanya sebuah prank atau kejutan untuk kami. Kau ingin membuat daddy marah seperti saat Mami marah ketika kalian bersekongkol membuatku cemburu dan marah besar saat itu kan?” tanya Zahra dengan menguatkan hati dan mencoba tetap tenang.“Tidak. Kali ini aku sangat serius dan aku memiliki pacar wanita. Dia adalah Jeslyn yang sering datang ke sini dan aku sering menginap di apartemennya,” jawab
Zahra kembali ke kediamannya dengan perasaan yang bercampur aduk. Dia baru saja mengunjungi pemakaman keluarganya dan kemudian mendapati fakta bahwa King menaruh hati pada Dayana. Dia tidak akan mempermasalahkan hal itu jika memang sudah begitu takdirnya.“Ada apa, Sayang? Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Gerald yang menatap istrinya dengan pandangan heran.“Bukan apa-apa, Sayang. Aku hanya merasa lucu saat seorang pria menyukai gadis, tapi mereka selalu bertengkar tiap kali bertemu,” jawab Zahra kepada Gerald.“Siapa yang kau maksud? Apakah itu kisah kita dulu?” tanya Gerald dan langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dayana.“Tidak. Aku mengatakan tentang King. Eh ... tapi, ternyata kisah kita juga hampir sama seperti itu. Dulu aku dan kau juga selalu saja berdebat dan bertengkar tiap kali bertemu.”“Kau benar, Sayang. Kau tahu? Semua itu membuatku senang dan hidupku menjadi lebih berwarna.”“Jadi, kau suka bertengkar denganku?”“Hem ... sepertinya aku lebih suka berteng
“Apa benar kau tidak masalah sendirian, Nak?” tanya Zahra pada King dengan suara yang sangat lembut.“Aku tidak sendiri, Moms. Masih ada mamiku juga di sini,” jawab King saat melihat Auriel turun dari tangga.“Kakak. Kapan kau datang?” tanya Auriel yang langsung menyapa Zahra dengan sangat ramah.“Belum lama. Aku bahkan sudah mengunjungi Zacky, Mami, dan Daddy bersama King.” Zahra menjawab sopan dan kemudian keduanya bercium pipi kanan dan pipi kiri.Zahra memang sudah menerima kehadiran Auriel dan King sejak lama. Mereka sudah sangat baik satu sama yang lainnya. Jadi, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling berselisih lagi. Lagi pula, semuanya sudah cukup jelas dan tidak ada hal besar yang harus diperdebatkan lagi.“Silakan duduk, Kak. Aku akan membuatkanmu minum,” ucap Auriel dengan sangat ramah.“Tidak perlu, Sayang. Aku tidak tamu di sini dan jangan memperlakukanku seperti tamu,” tolak Zahra dengan senyum lebar.“Tapi, tidak ada salahnya seorang adik menjamu kakaknya yang datang
“Dad, aku dan Mami datang.”“Zack! Apa kau bahagia di sana bersama Bianca? Apa kau bertemu dengan Mami dan Daddy juga? Kalian pasti bahagia sudah berkumpul di sana bukan? Kenapa kalian semua meninggalkan aku sendiri di sini? Kalian tidak ingin mengajakku? Apakah aku masih begitu menyebalkan bagi kalian?”“Moms ...,” lirih King dengan nada pilu saat mendengar Zahra bertanya beruntun seperti itu di depan makam saudara kembarnya – Zacky.“Tuan Muda Zacky yang terhormat. Apa kau liat dengan siapa aku datang hari ini? Kau pasti senang melihatnya bukan? Lihatlah, dia begitu mirip denganmu saat kau masih muda. Aku bahkan merasa seperti usiaku baru dua puluh tahun saat berada di sampingnya,” ungkap Zahra yang sengaja menghibur diri dengan berkelakar seperti itu.King hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar candaan Zahra pada Zacky yang kini hanya bisa mereka temui dalam bentuk batu nisan yang indah dan elegan itu. Meskipun begitu, Zahra tampak sangat bahagia dan seperti dia memang sedang be
Auriel sangat bahagia saat melihat putranya sudah kembali tersenyum dan tertawa seperti itu. Sudah sejak lama dia tidak melihat tawa King yang begitu lepas, bahkan dulu dia nyaris tak pernah tersenyum sama sekali. Hal itu membuat hati Auriel merasa sedih dan juga merasa bersalah karena tidak bisa membayangkan apa yang terjadi dalam hati putranya itu.“Aku berpikir, Mami akan memberikan syarat yang luar biasa dan membuatku sedikit takut,” ucap King kepada Auriel yang masih menatap putranya yang dulu kecil itu tertawa bahagia.“Aku mana mungkin memberikan syarat yang membuatmu menderita, Nak. Kau adalah sumber kebahagiaanku dan kau adalah segalanya dalam hidupku. Karena kau ada, makanya aku masih ada dan berdiri di depanmu saat ini, Sayang.” Auriel mengungkapkan isi hatinya kepada King dengan sungguh-sungguh.“Oh, Moms. Jangan bicara seperti itu lagi dan membuat aku sedih.”“No, Sayang. Kau tidak boleh lagi bersedih setelah banyaknya kesedihan yang sudah kita lalui bersama dengan hebat.
“Apa kau benar-benar tidak akan datang, Sam?” tanya Queen yang saat ini masih membuka jendela kamarnya dan menunggu kedatangan sang kekasih.Dia berharap, Samuel bisa segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali menemui dirinya. Cinta baru saja bersemi di antara mereka. Tentu saja hati berbunga bunga dan masih tetap ingin bersama lebih lama. Akan tetapi, sepertinya semua itu tidak akan terjadi malam ini dan Queen tidak bisa lebih lama menunggu.Gadis itu terlelap setelah jam dinding berada di angka satu. Dia tidak bisa lagi menahan kantuknya dan dia sadar bahwa Samuel tidak akan datang malam ini.“Selamat malam, Sayang. Apa kau menungguku datang?” tanya sebuah suara yang berbisik di telinga Queen saat ini.Perlahan, Queen membuka matanya dan wajah seorang pria tampak samar-samar di hadapannya saat ini. Pria itu tersenyum dengan sangat manis padanya dan memberikan sebuah kecupan di bibirnya. Dari kecupan itu saja, Queen tahu bahwa Samuel telah datang malam ini.“Aku menun
Charlos tidak pernah menyangka jika hidupnya akan didatangi oleh seorang gadis ingusan seperti Thabita. Dia tidak hanya menyebalkan, tapi juga sangat menganggu sehingga Charlos kehilangan waktu istirahatnya karena gadis itu terus saja mengusik ketenangannya.“Berhentilah bermain-main, Thabita. Aku tidak suka bercanda untuk masalah pernikahan!” tegur Charlos sekali lagi kepada Thabita dengan wajah yang masam.“Aku juga tidak pernah main-main soal pernikahan. Bukankah pernikahan itu adalah impian semua orang? Aku selalu bermimpi mempunyai suami yang usianya lebih tua dariku,” sahut Thabita yang tidak mau kalah.“Kalau begitu, kau carilah sugar daddy yang mau mengurusmu! Aku belum terlalu tua asal kau tahu!”“Usiamu bahkan sudah menginjak kepala 4 bukan? Apa itu belum terlalu tua namanya?” tanya Thabita dan jelas ucapan gadis itu membuat Charlos kehilangan kendalinya saat ini.Bagaimanapun juga, Charlos adalah pria biasa yang masih memiliki emosi tak terkontrol. Dia sudah biasa dilatih d
Namun, meskipun Thabita senang mendengarnya dia tentu juga merasa bingung dengan pernyataan Charlos tadi. Apakah benar pria itu akan membawanya pulang bersama rombongan tuan besarnya? Bukankah Charlos hanyalah seorang ajudan dan semua itu pasti tidak mudah baginya untuk berhasil meyakinkan bos untuk membawa wanita asing bersama mereka pulang.“Apa lagi yang kau pikirkan? Jangan banyak bergerak dan tetaplah tenang di atas ranjang ini. Aku tidak akan mengobati lukamu lagi jika kau masih tidak mendengarkan aku!” ancam Charlos pada Thabita dengan tegas dan terdengar tidak main-main.“Baiklah, Sayang. Apapun yang kau katakan,” sahut Thabita sengaja menggoda Charlos dengan sebutan sayang.Benar saja, wajah Charlos langsung memerah seperti merasa malu dan tidak bisa tenang di depan Thabita. Bagaimana bisa dia menjadi tidak konsen saat Thabita memanggilnya sayang seperti tadi? Apa yang gadis itu pikirkan dan Charlos membalikkan badan untuk membuang kecanggungannya dengan alasan akan meletakka