Beranda / CEO / Menjadi Istri Muda Mas Gani / Gani Setuju Menikah Lagi

Share

Gani Setuju Menikah Lagi

“Kamu nggak ketemu Maura di lift atau di loby, Ga?” tanya Wulan yang penasaran dan mengambil posisi duduk di seberang Gani yang baru saja memasuki ruangannya itu.“Nggak, Ma!” jawab Gani dengan santai dan singkat.

“Masa sih kamu nggak ketemu? Dia baru aja keluar dari ruangan Mama sebelum kamu datang,” desak Wulan seperti tak ingin menyerah dengan pertanyaannya itu. “Aku bahkan belum pernah bertemu dengan dia, Ma! Aku nggak tau wajahnya dan seperti apa orangnya. Mama kalau nanya tuh yang bener dong, Ma!” omel Gani yang membuat Wulan tercengang dan menatap putra semata wayangnya itu dengan tak berkedip.

Bukan tanpa alasan Wulan bereaksi seperti itu pada ucapan Gani. Selama ini, Gani selalu bicara dengan singkat dan tak pernah menggerutu panjang lebar. Baru kali ini Gani marah dengan menjabarkan semua hal itu kepada Wulan.

Gani duduk dengan menyilangkan kakinya dan tetap fokus pada benda pipih yang ada di tangan kanannya saat ini. Selalu seperti itu setiap kali Gani bertemu dengan Wulan di mana pun.

“Bisa nggak kalau pas lagi ngobrol sama Mama tuh, jangan kerja dulu?” tanya Wulan yang mengutarakan protesnya pada sikap Gani.

“Aku lagi mengurus proyek yang trouble, Ma!” jawabnya singkat tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang ditatapnya dengan fokus.

“Gimana dengan Sarah? Apa dia udah ada tanda-tanda mengandung bulan ini?” tanya Wulan yang mulai ketus juga mengikuti gaya putranya itu.

“Belum. Sabar aja, Ma.”

“Sabar sampai kapan, Ga? Mama udah sabar sampai tiga tahun usia pernikahan kalian. Mama nggak bisa sabar lagi sekarang. Kamu harus terima tawaran Mama kemarin.”

“Anak itu hanya titipan, Ma. Siapa sih yang nggak mau punya anak?”

“Tapi, Sarah juga terlalu sibuk wara wiri keluar negri sana sini tiap minggu. Gimana bisa hamil kalau seperti itu? Dia hanya foya-foya dan nggak memikirkan kesehatannya, Nak!” ungkap Wulan dengan nada kesal dan penuh penekanan pada beberapa kata-kata yang menyudutkan Sarah.

Sarah adalah istri yang sudah dinikahi Gani selama tiga tahun belakangan ini. Selama ini, rumah tangga mereka jauh dari kabar miring apalagi perselingkuhan. Meskipun Gani dan Sarah sendiri juga tidak sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Namun, Gani sangat menyayangi istrinya itu dan selalu berusaha menuruti semua yang Sarah mau.

Salah satunya adalah membiarkan Sarah melakukan apa saja yang dia suka dan membeli semua yang dia mau. Pergi ke mana saja yang dia inginkan, tanpa pernah mengeluh berapapun banyak uang yang sudah Sarah habiskan untuk foya-foya. Hanya saja ... rumah tangga itu memang hambar tanpa adanya seorang anak yang hadir di tengah mereka sebagai pemanis.

“Biarkan aja dia begitu, Ma. Mungkin dia bosan di rumah, karena aku kan juga selalu sibuk kerja,” ucap Gani masih saja membela Sarah di depan Wulan.

“Nggak bisa lagi sekarang, Ga! Waktu Mama nggak banyak lagi, dan Mama mau kamu cepet kasih Mama cucu. Kamu harus tetap menikah dengan Maura dan tadi dia udah setuju dengan permintaan Mama itu,” ungkap Wulan yang merasa sudah terlalu lama bersabar pada menantunya itu.

Gani sontak saja mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap lekat pada wajah Wulan. Dia melihat ibunya itu masih sangat cantik dan awet muda untuk wanita seusianya. 

“Maksud Mama apa ngomong seperti itu? Waktu Mama nggak banyak lagi? Nggak banyak lagi gimana maksudnya?” tanya Gani bertubi-tubi dengan tatapan yang tajam pada Wulan.

Sepertinya, Wulan menyadari bahwa dia sudah salah bicara di depan Gani. Dia langsung tampak gugup dan mengalihkan pandangannya dari tatapan sang putra. Gani tentu tidak melewatkan reaksi ibunya itu dan mendehem dengan tegas.

“Maksud Mama ... Mama kan udah tua, Ga. Mama takut nggak punya waktu banyak lagi untuk menunggu kamu punya anak,” bantah Wulan mencari alasan agar Gani tidak curiga.

“Mama masih muda dan cantik. Mama juga sehat banget, jadi sabar aja setahun atau dua tahun lagi, ya Ma.” Gani mencoba bicara lembut untuk menghibur ibu yang disayanginya itu.

“Nggak bisa, Ga! Mama udah janji sama Maura dan tadi Mama udah desak dia sampai dia setuju. Dia rela jadi istri kedua dan Mama yakin dia bisa kasih Mama cucu yang lucu,” jelas Wulan tetap tak mau mengalah.

“Kenapa Mama mengambil keputusan sepihak? Aku nggak mau menyakiti Sarah, Ma! Kita harus bicarakan dulu sama Sarah dan pastikan dia setuju,” ucap Gani yang mulai serius menanggapi permintaan Wulan yang memang tak pernah ada habisnya.

Jujur saja, Gani juga sudah mulai lelah mendengar desakan dari Wulan yang selalu saja meminta cucu darinya. Sementara, sebenarnya Sarah sendiri yang memutuskan untuk menunda memiliki momongan selama ini. Gani yang mencintai istrinya, berusaha untuk memenuhi keinginan Sarah dan tidak mengatakan hal itu kepada Wulan dengan jujur.

Saat ini, Wulan sepertinya juga sudah berada di ujung batas kesabarannya. Gani takut jika ibunya itu jatuh sakit kalau terlalu emosional dan juga terlalu banyak berpikir. Selama ini Gani hanya tahu bahwa Wulan mempunyai riwayat hipertensi dan jantungan.

“Nggak usah memikirkan aku, Mas!” suara seorang wanita datang dari arah pintu masuk.

“Sarah? Kamu kok ke sini, Sayang?” tanya Gani yang menatap Sarah dengan heran.

“Aku mau ke Tokyo dan mau izin sama kamu. Kata Amel – sekretaris kamu itu, kamu lagi ketemu sama mama.” Sarah menjawab pertanyaan Gani dan sepertinya tak ada niat untuk menyapa sang mertua sama sekali, walaupun Wulan sudah saling beradu tatap dengannya.

“Kamu pergi dengan siapa?” tanya Gani dingin.

“Sama Loli dan Yoga, Mas. Aku nemenin mereka belanja perlengkapan untuk tunangan mereka bulan depan doang. Sekalian, mau belanja buat aku juga.”

“Kamu nggak malu, Sarah? Menghamburkan uang Gani tanpa alasan yang jelas seperti itu tiap saat? Kamu mau membuat suamimu bangkrut?” tanya Wulan kesal.

“Mama mertuaku, Sayang. Tugas suami kan mencari nafkah untuk istrinya, dan tugas istri menghabiskannya. Jadi, wajar aja kalau aku yang menghabiskannya. Masa nunggu wanita lain yang menghabiskan uang suamiku?” tanya Sarah dengan sedikit menyindir Wulan.

“Sayang ... jaga ucapan kamu di depan mama!” tegur Gani dengan tegas.“Mama yang duluan, Mas!” bentak Sarah dengan kesal karena ini kali pertamanya Gani memarahinya di depan Wulan seperti itu.

“Berhubung kamu sendiri yang bilang, jadi Mama juga nggak perlu lagi meminta izin kamu kan? Minggu depan, Gani akan menikah lagi dengan gadis pilihan Mama!" Wulan berkata dengan sangat tegas dan penuh penekanan sambil memandang Sarah dengan tatapan kesal.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fandi Alfandi
bermakna amat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status