Yasir PovSeperti biasa aku akan melakukan chek up di Rumah Sakit untuk penyakit prostat yang pernah ku derita. Aku pernah melakukan operasi beberapa tahun yang lalu sehingga hari ini aku akan melakukan chek up untuk penyakitku itu.Ketika melewati ruang gawat darurat, kulihat Azhar menggandeng tangan Mita dan seorang anak kecil. Jika kuperhatikan wajahnya mirip Azhar. Aku sudah bisa menyimpulkan jika anak itu adalah cucuku.Aku sengaja tak menghampiri mereka, aku yakin Azhar pasti akan memberitahukan hal itu padaku cepat atau lambat. Dan benar saja, dia datang ke rumah untuk memberitahukan hal itu. Tapi aku mencegahnya untuk menceritakan hal itu pada Masyita isteriku. Aku sebenarnya tidak membenci Mita isterinya. Karena kulihat gadis itu wanita yang baik dan dari keturunan baik-baik. Hanya saja kami terlanjur menjodohkan Azhar dengan Alisha puteri tuan Permana dan ibu Sulis. Aku berhutang budi pada mereka, Permana adalah teman sekolahku dulu. Dan kami pernah berjanji untuk menjodohka
Azhar PovAku pulang ke rumah dengan sejuta harapan, Erwin lalu berpamitan pulang. Aku melongok ke kamar Tisa, kulihat dia sedang tidur nyenyak. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar.Mita sedang melipat pakaian dan menyusunnya dengan rapi di dalam lemari. Dia menengok saat melihatku masuk."Apa kata mama dan papa?"Aku tak menjawab pertanyaannya, aku membuka kemejaku dan menggantungnya di belakang pintu. Mita mengambil kaus dan celana pendek dari dalam lemari dan menyerahkannya padaku. Setelah memakai pakaian, aku menarik Mita ke atas ranjang."Pintunya belum terkunci."Aku tertawa dan segera berdiri mengunci pintu. Lalu kembali berbaring di sampingnya. Tiba-tiba ponselku berbunyi. Aku segera bangun kembali dan meraih ponsel di atas meja rias. Kulihat panggilan dari ibuku, aku menaruh telunjuk di bibir meminta Mita tak bersuara."Halo ma, aku baru saja tiba di kantor," bohongku. Tak mungkin aku mengatakan di rumah. Nanti ibu ku akan menanyakan dimana Alisha."Apa kau tak tahu jika papam
Alisha PovSebagai isteri pasti bisa merasakan apa yang dilakukan suaminya di luar sana. Aku terus menelpon Azhar namun tak juga dia mengangkat panggilanku. Kegelisahan ini tak bisa di lukiskan. Sudah berapa hari ini dia tak pernah menyentuhku.Aku duduk di depan cermin, wajah ini tidak terlalu buruk namun tak bisa di katakan cantik. Ku akui tubuhku tak seputih gadis-gadis di luar sana. Ayahku berkulit hitam sehingga kulit tubuhku menurun darinya.Enam tahun membina rumah tangga, namun kami tak juga di karuniai anak, Azhar bahkan pernah menemaniku ke dokter, menurut dokter kandunganku baik-baik saja. Atau apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan tentangku ?Tengah memikirkan kebersamaan kami, tiba-tiba Azhar masuk ke dalam kamar. Aku menyambutnya dengan gembira.Dia memeluk dan mengecup keningku. Kedatangan Azhar yang sangat tiba-tiba membuatku sedikit gugup. "Siapkan makan malam untukku."Bahagia rasanya ketika Azhar memintaku menyiapkan makan malam untuknya. Aku langsung berdiri
Azhar POVSejak keluar dari rumah, aku sudah membulatkan tekad untuk menjelaskan posisiku yang sebenarnya. Jika dibiarkan terus seperti ini maka kekhawatiran Erwin bisa saja terjadi."Aku malam ini kembali ke rumah ya ?" Mita tak mengatakan apapun dan hanya mengangguk. Dia menyadari akan posisinya sebagai isteri kedua, kulihat di wajahnya tergambar senyum kepasrahan. Aku memeluknya erat, jika di tanya maka aku ingin berdua selamanya dengan Mita. Aku tak boleh egois, ada seorang wanita lagi yang sedang menanti ke hadiranku di rumah yang lain. Dengan alasan yang masuk akal aku berpamitan pada Tisa. Anak semata wayangku memelukku erat."Papa cepat pulang ya ?"Aku mencium keningnya dan pergi menuju ke rumah Alisha. Saat aku datang, rumah dalam keadaan sepi, makanya aku langsung masuk begitu saja dan langsung ke kamar. Alisha menyambutku dengan gembira. Aku tahu dia merindukanku namun aku tak bisa membohongi diriku sendiri jika aku tak punya perasaan apapun pada isteri pertamaku ini. P
Hari ini aku bangun kesiangan, aku membuka ponselku berharap Mita menanyakan kabarku, tapi nyatanya Erwin yang mengirim pesan jika dia sudah di kantor. Aku buru-buru masuk ke kamar mandi, walau baru semalam aku meninggalkan Mita namun aku sudah merasakan perbedaannya. Bukan karena kecantikan wajahnya tetapi lebih ke hatinya yang sangat baik. Selama berapa malam aku tidur dengan Mita, biasanya dia akan membangunkan aku untuk sholat subuh.. Disini Alisha membiarkan aku tidur kesiangan, dia lebih senang melihatku tertidur dari pada bangun dan pergi meninggalkannya."Aku sudah menyiapkan sarapan di meja makan."Alisha masuk dan mengajakku sarapan, setelah aku mengganti baju, aku mengikuti langkahnya untuk sarapan. Melihat lengkapnya menu makanan di atas meja aku tak perlu bertanya siapa yang memasaknya. Sudah pasti yang masak adalah pembantu di rumah kami dan Alisha hanya membantu menyiapkan di meja saja."Bolehkah aku ikut denganmu ?" pinta Alisha."Untuk apa ?"Aku rnenatap wajah Alish
Mita POVAku meletakkan ponsel begitu saja di dalam kamar dan langsung pergi memasak di dapur. Aku tak pernah berharap jiķa Azhar menghubungiku Sebagai isteri kedua aku tau diri, di sana isteri pertamanya ĺebih berhak bersamanya di banding diriku."Mita, tuan Azhar memintamu untuķ menghùbunginya."Aku terkejut saat Salsa tiba-tiba nongol di pintu. Jantungku rasanya mau copot, karena Salsa mengatakan itu saat aku sedang menghayal."Iya nanti saja, makasih."Kulihat Salsa hendak mengatakan sesuatu, tapi urung karena Nabila memanggilnya. Aku merasa senang dengan keberadaan Salsa dan Nabila, walau aku sudah mulai mencurigai keberadaan mereka. Sepertinya mereka di bayar Azhar untuk menjaga kami.Aku bergegas masuk ke dalam kamar, ternyata terdapat lima kali panggilan tak terjawab dari Azhar. Aku melihat ke jam yang terpampang di dinding. Azhar sekarang pasti sedang di kantor.Aku menyadari tubuh ini masih bau amis sehingga aku meletakkan kembali ponselku dan masuk ke kamar mandi. Aku meren
Hati ini merasa sangat deg-degan karena hari ini Azhar akan mengajakku bertemu mertua. Masih terbayang olehku bagaimana penolakan ibu mertua padaku saat itu. Aku meringis membayangkannya, hari inipun aku menyiapkan hatiku untuk menerima penolakan untuk kali kedua, asalkan bukan Tisa yang mengalaminya. Walau bagaimanapun Tisa adalah bagian dari mereka."Aku sudah siap ma," Tisa melongokkan kepalanya di pintu kamar.Aku tersenyum melihatnya yang sudah berdandan dengan cantik. Kutatap Azhar yang saat itu pula melihat ke arah Tisa."Ayo kita pergi," ajaknya sambil menggandeng tanganku. Aku lalu menggandeng Tisa dengan tak lupa berpamitan pada ibu. Kulihat Salsa dan Nabila keluar dari dapur."Kami ikut tapi dengan mobil sendiri," ucap Salsa.Sekilas kulihat Azhar menganggukan kepalanya, hal ini membuatku semakin yakin, jika kehadiran mereka berdua di rumahku bukanlah kebetulan. Aku tak berkata apapun dan hanya ikut naik ke mobil. "Tisa mau ketemu kakek dan nenek ya ?""Iya !" jawabku sam
Aku sangat gelisah, pesan Salsa membuatku tidak tenang. Aku memencet ponselku berulang kali, sesekali kulongokkan kepalaku ke dapur."Ada apa nak ? Anggaplah seperti rumahmu sendiri," tanya ayah mertuaku di awal kalimatnya.Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala. Lalu terdengarlah salam seorang wanita. Aku tahu itu nyonya Alisha, kulihat mertuaku ikut tertegun karena mereka pasti sudah menghafal suaranya. Ibu mertuaku yang sedang memangku Tisa menatapku.Kami lalu menjawab salam secara serempak. Alisha nampak masuk dengan tersenyum bahagia, aku tahu senyumnya palsu."Hallo Tisa, ayo nak sini sama bunda."Aku menahan nafas, Tisa menatapku seakan meminta persetujuan. Aku menganggukkan kepala. Tisa turun dari pangkuan neneknya dan menghampiri Alisha. Tangan mungilnya terulur untuk menjabat, Tisa mencium tangan nyonya Alisha. Lalu Alisha menggendongnya."Umurnya berapa tahun sayang ?" tanya Alisha sambil mencium Tisa."Enam tahun.""Mulai sekarang panggil bunda ya ?"Walau masih tak