Bab202Saat ketiganya masih asik makan dalam kecanggungan, ponsel Kevin berbunyi.Lelaki itu dengan cepat meraihnya dan melihat nama Zurnal."Ya, ada Apa, Nal?""Vin, di dekat apartemen Lu ada dua orang pemotor, masing- masing bawa boncengan, yang berlalu lalang, sepertinya mencurigakan sekali dari gelagatnya. Mereka sudah 4 kali memutari tempat ini.""Awasi terus, aku sudah duga sih masalah ini tidak mungkin selesai begitu saja. Apalagi yang di lawan juga bukan orang biasa," sahut Kevin.Elea dan Arya menyimak obrolan Kevin."Ada dua lagi yang datang, memberikan sajam, Vin. Kedua pemotor lainnya nampak menuju di ujung jalan buntu itu. Kamu dimana? Di apartemen atau dimana?""Aku lagi di restoran sih ini," jawab Kevin."Nah Vin, mereka memasuki area parkir apartemen, kamu cek cctv sana."Kevin memandangi Arya, dengan ponsel yang masih menempel di telinganya."Arya, cek cctv."Arya gegas membuka kunci ponselnya dan melihat cctv yang sudah di setting tersambung ke ponsel."Mereka menuju
Bab203Akhirnya, salah seorang dari mereka menangis keras, membuat mereka semua bingung.Plakkk.Zurnal memukul kepala lelaki yang menangis itu dengan buku tipis."Tadi aja gaya Lu kayak seorang pembunuh berdarah dingin, nah sekarang malah menangis tidak jelas," bentak Zurnal, merasa kesal.Nyaris sudah 1 jam mereka bereempat ini diintrogasi, namun tetap saja tidak ada yang mau bicara.Mendapatkan pukulan di kepala, lelaki yang menangis tadi itu pun akhirnya buka suara."Anakku bersama mereka!" lirihnya. "Mereka mengancamku, jika misiku gagal, maka anakku yang menjadi gantinya," ungkap lelaki itu. Tangisannya terdengar pilu dan membuat Elea kasihan."Siapa orang itu? Katakan pada kami.""Nggak bisa, jika mereka tahu aku mengatakannya, maka anakku akan mati di tangan mereka. Kasihan dia, dari kecil hingga besar tidak hidup bersama Ibunya. Dan kini, malah terancam nyawanya," lirih lelaki itu."Biarlah anakmu mati di sana, percuma juga punya Ayah bodoh macam kamu. Bagaimana kami bisa men
Bab204Di dalam apartemen, Arya duduk bersama Kevin di ruang keluarga. Sedangkan Elea ke dalam kamarnya untuk beristirahat."Sebaiknya lu ikut bergabung saja di perusahaan, Bro," ucap Kevin memberi saran."Aku nggak enak, ntar di kira mengambil kesempatan.""Emang Lu mau istri Lu yang mimpin perusahaan raksasa itu? Nggak bakal sanggup dia. Seharusnya dia kuliah lagi, bahkan kalau perlu memang harus mendalami dunia bisnis. Jika tidak, para Dewan Direksi tidak akan menganggap dia ada."Arya terdiam sejenak, menimbang segalanya."Kita juga harus beri efek jera keluarga istrimu itu! Jika terus dibiarkan, nasib kalian akan semakin tidak tenang.""Apa yang harus kita lakukan?""Besok kita usir mereka secara paksa! Aku akan bawa anak buah, tidak perduli bagaimana pun juga mereka melawan, aku bahkan berniat melengserkan Ayah Elea secepat mungkin, agar mereka semakin terhimpit sekalian.""Gue nggak enak sama bini gue.""Dari pada bini Lu mati konyol, Lu pilih mana? Makin kita diam, mereka akan
Bab205Wanita itu tersenyum dan mendekati mereka. "Asmara kan?" Elea bertanya, untuk mematahkan rasa ragu dalam hatinya."Iya, kamu ...." Wanita yang bernama Asmara itu menatap Elea penuh tanya."Aku Elea! Masa lupa, kan kita waktu sekolah di SMA 6 duduk di Kelas IPA sebelahan."Elea, yang sering di ledekin Ele?" "Haha, iya." "Wah. Kamu berubah banget, cantik sekali sekarang ini. Kamu, pacarnya Kevin?" tanya Asmara.Mata Elea dan Kevin membulat."Mana ada!!" Jawab keduanya bersamaan. Asmara mengulum senyum, melihat keduanya nampak lucu."Bukan, bukan." Kini Kevin lagi bersuara."Kamu ngapain di sini?" tanya Elea, penasaran."Aku barusan interview kerja.""Oh ya? Melamar jadi apa?" tanya Kevin antusias."Sekertaris dong!" sahut Asmara.Wanita itu melirik jam tangan. "Wah maaf, nggak bisa lama! Aku ada urusan," ucap wanita itu terburu- buru usai berpamitan pada Elea dan Kevin.Mereka kembali melajukan langkah, ke ruangan CEO, ruangan yang di tempati Erlan saat ini.Keduanya masuk, us
Bab206 Di dalam taksi, Elea terus menangis. Dia tidak perduli, meskipun supir taksi berulang kali mengintipnya dari kaca mobil. Elea meratapi kekurangannya, ketidaktahuannya dalam ilmu bisnis. Elea bertekad dalam hati kecilnya, dia harus mengusai seluruh buku- buku yang Kevin berikan padanya. Sementara di tempat lain, Kevin melajukan mobil dengan arrogan, menemui markas, dimana wanita itu anak buahnya culik. "Keluarkan saya!! Berapapun kalian minta, akan saya berikan. Saya orang kaya, nyawa kalian saja, mampu saya beli," teriak Sarah. "Haha, kami tidak mungkin menukar nyawa kami dengan uang. Uang gampang di cari, tapi nyawa, nggak ada gantinya." "Sepengecut itukah kalian? Sehebat apa Bos kalian itu? Sehingga kalian begitu takut." "Nanti juga Anda akan tahu, segila apa kelakuannya," sahut salah satu anak buah Kevin. Bunyi mobil Kevin terdengar memasuki markas mereka di tengah hutan rimbun. Hutan yang tinggi menjulang, banyak nyamuk dan binatang melata lainnya ada di sana. "Cep
Bab207"Non Elea," sapa Bi Inah ketika membukakan pintu apartemen.Elea tidak bersuara, hanya tersenyum kecil dan bergegas masuk, serta melepaskan sepatunya.Elea setengah berlari, memasuki kamarnya. Bi Inah tercenung, melihat tingkah Elea yang tidak biasa tersebut."Wanita itu biasanya sangat manis dan periang. Meskipun nyaris setiap hari mengungkapkan rasa rindunya pada sang anak. Tapi dia tidak pernah menangis seperti tadi, ada apa?" gumam Bi Inah, yang sempat melihat mata Elea yang masih basah.Elea membuka kamar dengan kasar, mengejutkan Arya yang masih sibuk mengerjakan beberapa file laporan di laptopnya."El," sapa Arya, wanita itu menutup pintu, menguncinya kemudian berlari mencium bantal.Elea menutup wajahnya dengan bantal sembari bertiarap. Dia menangis sesegukkan.Melihat hal itu, Arya menghentikan aktivitasnya, menunggu dengan diam, hingga istrinya puas menangis.Wanita itu benar- benar merasakan patah hatinya, dihina dan di remehkan Kevin, juga Ayahnya.Sudah sering dia
Bab208Sarapan pagi ini, Kevin bergabung bersama dengan Arya dan Elea."Buru- buru banget, mau kemana?" tanya Kevin."Jemput Erina sama anaknya, mereka bentar lagi nyampe. Aku nggak mau mereka nunggu, kasihan si kecil.""Tinggal dimana dia nanti, Mas?" tanya Elea.Meskipun sarapan pagi ini tidak nyaman bagi Elea, karena kedatangan Kevin yang tidak tahu diri itu.Tapi Elea tetap sarapan, tanpa menghindari lelaki itu."Disini dulu, soalnya Erina nggak mau ke rumah Paman.""Baguslah, aku tidak pernah melihat langsung wajah anaknya," sahut Elea sembari tersenyum."Namanya anak kecil mah sama, mau di foto, video bahkan berhadapan langsung pun sama," timpal Kevin, menyela ucapan Elea.Wanita itu mendengkus. "Nggak ngomong sama kamu," gerutu Elea. "Kan aku nyahut doang! Sensi amat," sahut Kevin enteng."Dasar nggak jelas.""Di depan rezeki saja kalian bertengkar! Bentar lagi kalian satu kantor, mau sampe kapan ribut melulu?" tanya Arya, kemudian bangkit dari duduknya usai menghabiskan minum
Bab209Kevin beranjak dari duduknya setelah Bi Inah pergi.Kevin mengusap kasar wajahnya sembari menghidupkan tivi. Bayangan wajah Elea cemberut, tersenyum dan menangis kembali menari ke dalam pikirannya."Astaga gila, ini kenapa sih?" gumam Kevin, kesal dengan pikirannya kini.Kevin memandangi sekeliling, di sebuah restoran mewah, hanya terdapat 1 kursi dan 2 bangku di tengah ruangan. Dengan dekorasi bunga mawar menghiasi setiap sudutnya, juga lilin yang menambah keromantisan.Di atas meja, terdapat beberapa hidangan lezat dan mahal. Juga, dilengkapi 1 lilin di tengahnya."Kevin," panggil wanita bergaun merah menyala seperti warna bunga mawar tersebut. Rambutnya di gelung cantik, dengan jepitan bunga yang tersemat indah. Make upnya natural, senyumnya menawan mampu menghipnotis mata Kevin."Aku sudah lama menunggu kamu!" serunya, setengah berlari dan mendekap Kevin dengan erat."Aku mencintaimu, Vin," bisiknya, kemudian melepaskan pelukan, memandangi lekat manik hitam Kevin yang cera
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond