Bab300"Kevin melakukan itu, demi melindungi Asmara," lirih suamiku lagi. Aku terkejut, kupikir semua murni karna aku."Maksudnya?""Asmara diam- diam memegang pisau kecil sekali, dan saat ada kesempatan itu, dia menusukkan pisau itu ke perut preman itu. Kan tangan Asmara diiket kebelakang, nah saat itu siapa yang tahu dia menyimpan senjata tajamnya di kantong celana jeansnya."Aku menutup mulutku dengan tangan."Beneran ini?""Ya, Kevin tidak ingin Asmara dipenjara, akhirnya dia menembak preman itu dan mencabut pisau kecil, kemudian pergi bersama pisau itu.""Astagfirullah, bagaimana jika Jelita tahu hal ini," lirihku."Asmara ke Kalimantan, dia tinggal di sana menemani Jelita, sesuai permintaan Kevin. Lagi pula, tidak ada alasannya lagi bertahan di sini, Bramasta pun sudah resmi di tahan.""Ya Allah, semoga mereka bisa bersatu lagi dan Kevin bagaimana?" tanyaku.Suamiku menghela napas berat."Zurnal sudah berhasil melarikan Kevin keluar negeri, dan sudahlah, Kevin tahu apa yang haru
Bab301Pov Asmara.Aku berusaha meyakinkan diriku sendiri, bahwa semuanya akan selalu baik- baik saja, terlepas dari semua kejadian yang aku lakukan, aku hanya ingin melepaskan diri dari tekanan orang itu.Aku tidak punya pilihan, selain membunuhnya. Tapi 1 hal yang aku lupakan, di depanku ada Kevin, lelaki yang penuh emosi. Kupikir dia tidak begitu perduli pada nyawaku, persis seperti kata yang keluar dari bibirnya. Namun ketika dia tahu, lelaki itu tertusuk pisau tajam yang aku sembunyikan, Kevin langsung panik. Beberapa orang- orang itu tumbang dia hajar. Lelaki itu mati, tepat setelah Kevin menembakkan senjata apinya tepat ditusukkan pisau yang aku tancapkan.9 orang itu pingsan dan babak belur. Kevin memandangku dengan sendu."Pergilah ke Kalimantan, kamu akan aman di sana! Dan, jagalah Jelita, berikan dia kasih sayang, dia merindukan dan membutuhkanmu!" ucapnya saat itu.Aku menggeleng, "aku bukan ibu yang baik, aku tidak sanggup bertemu dengannya, aku akan menyerahkan diri k
Bab302Pov Asmara.Hari- hari aku lalui, menatap sendu wajah anakku yang terlelap. Tak bisa kupungkiri, wajah kami sangat mirip sekali.Andai Kevin di sini, melihat pertumbuhannya yang semakin sehat, tambah cantik dan pinter. Ah, pasti Kevin akan sangat senang.Entah kenapa, aku semakin merindukan dia. Perpisahan malam itu, sungguh menyesakkan hati.Aku sadar, aku tidak pernah bisa melupakan dia, aku terlalu mencintainya. Ponselku berdering, aku tersenyum ketika melihat nama itu dilayar ponsel.Annisa, temanku itu rupanya mengajak reuni. Katanya akan diadakan di kota kami ini.Senang sih rasanya, Annisa yang merupakan anak dari bos batu bara itu, mengadakan reuni itu di Kalimantan ini, padahal aku dan dia sekolahnya dulu di Jakarta."Aku yang biayain teman- teman kita dulu untuk datang ke Kalimantan, kamu harus datang juga, jangan tidak datang, oke.""Baiklah, karena di Kalimantan acaranya, aku bisa datang. Kalau di Jakarta, aku jelas tidak bisa."Annisa ini, merupakan teman dekatku s
Bab303Pov Asmara."El, mana Arya?" tanyaku, yang mulai jengah lihat tingkahnya yang sok polos itu.Apakah Arya bangkrut? Masa, nggak mungkin perusahaan sebesar itu cepaft bangkrut."Ada di Hotel," jawabnya ramah, sembari tersenyum padaku. "Di Hotel? Gaya banget suami lu, El." Ningsih kembali mencibir."Kan Elea tidak tinggal di Kalimantan, wajar kali. Emm, pasti Annisa nih yang biayain, baik banget sih kamu, beb." Ningsih menatap bangga pada Annisa.Annisa mengernyit."Kata siapa? Elea ke Kalimantan aja biaya sendiri, dia mana mau aku tawarin bantuan," jawab Annisa cepat."Masa sih? Emangnya Elea punya uang, lihat saja penampilannya, masih sama seperti dulu," cibir Ane. Trio resek ini memang dari jaman sekolah, selalu suka mencibir Elea."Sudah jangan begitu, kita kemari untuk reuni, temu kangen sama teman sekolah, bukan saling cibir. Lagian sudah pada tua, masa masih nggak berubah," ujar Akbar, menengahi."Maaf ya, Bar. Ini bukan masalah umur, ini masalah keprihatinan sesama wanita.
Bab304 Pov Asmara "Tandain? Memangnya kamu siapa?" ujar Elza tertawa."Katanya suaminya kerja di PT. Erlangga, tapi sama aku dan suamiku tidak tahu?"Elza dan Ningsih kembali saling pandang."Kamu kenapa sih, El? Kesambet apa ya?" ejek Ningsih."Tanyain deh ke suami kalian, tau nggak sama Arya Zubair Wiharja, kalau tau tanyakan nama istrinya," ucap Elea."Cih, penting gitu kami dengarin ucapan kamu," sahut Elza. Wanita itu memang tidak pernah berubah, begitu benci pada Elea.Entahlah, kupikir jaman sekolah telah berakhir, dan rasa benci pun harusnya ikut berakhir.Tapi tingkah mereka ini, benar- benar kekanak'an sekali."Elza, Ningsih, ikuti saja ucapan Elea, sebelum kalian menyesal," kataku. Elza mengernyit."Menyesal gimana sih, Ra?""Coba deh tanyain dulu, biar kalian tau selanjutnya," jawabku."Biar aku yang tanyain deh, aneh banget," gumam Ningsih.Elza memutar bola mata malas, dia memang selalu angkuh, padahal hanya seorang istri Manager, coba kalau istri pengusaha, makin son
Bab305Pov Asmara."El," lirih Elza.Elea melihat ke arah wanita itu, kemudian dia tersenyum menyeringai."Kenapa, panik ya," ejek Elea."Lo kok tega sih, El?" lirih Ningsih, yang kini terlihat sangat sedih."Kok aku?" Elea menampakkan wajah begonya lagi, rese memang nih wanita."Kan tadi sudah kuperingatkan sayang ... sesuatu yang berlebihan itu memang nggak pernah berakhir baik. Ah, seharusnya kalian cerdaslah, kalian kuliah, aku tidak. Kok malah kalian yang keliatannya nggak punya otak begitu, uppss, maaf."Elea terkekeh."Aku sengaja berpenampilan begini, karena tidak ingin dijadikan saingan, atau membuat kalian iri. Tapi, malah jadi bahan bully, apes banget nasibku," ujarnya lagi. Banyak gaya memang nih orang, jijik banget aku lihat gayanya. Tadi sok polos, sekarang malah angkuh banget."Kadang berurusan sama orang gila, kita harus lebih gila," gumam Elea lagi, sambil meraih gelas minumnya, dan meneguk habis isi dalamnya."Annisa, terimakasih reuninya, sebaiknya aku pulang saja,
Bab306Elea pulang ke Hotel dengan perasaan yang tidak karuan. Bukan dia ingin sok polos, atau sengaja berpenampipan sederhana agar dihina. Semua diluar dugaannya, karena bertemu dengan teman- teman lama, Elea tidak ingin terlihat mewah dan membuat mereka iri padanya. Berpenampilan sederhana, dia pikir adalah pilihan yang tepat. Sungguh Elea tidak menyangka, akan bertemu 3 orang itu, teman 1 kelasnya yang memang dari dulu suka membullynya.Arya menyambut kedatangan istrinya di dalam kamar, lelaki itu memang akan selalu menemani Elea, kemana pun wanitanya akan pergi. Hanya saja, dia tidak ikut datang ke reuni itu, karena ada pekerjaan mendesak.Jadi, Arya tinggal di Hotel untuk mengerjakan pekerjaannya."Kamu kenapa? Kudengar dari pak Handoko, kamu meminta kedua Manager itu dipecat, apa ada masalah serius?" tanya Arya, ketika Elea sudah duduk disisi ranjang.Elea menghembuskan napas kasar. "Mereka menghinaku, hanya karena melihat penampilanku yang sederhana. Pakaian yang aku kenakan
Bab307 "Jelita, kok nggak sopan sekali dia, Bu?" Azzura protes pada Helen. "Ini pasti didikan Asmara, seharusnya diusir saja wanita ini," lanjut Azzura dengan kesal. "Jangan! Nggak ada yang boleh usir Mamah Jelita. Jika Mamah Jelita diusir, Jelita akan ikut," ancam gadis kecil itu. Azzura melotot, tidak senang dengan pembelaan Jelita. "Azzura cukup!" pinta Helen dengan tegas. Kemudian wanita paru baya itu tersenyum pada Jelita. "Cucu Nenek, mending pergi tidur ya, maafin Tante Azzura yang tidak sengaja." "Tidak sengaja?" Jelita nampak bingung. "Asmara, bawa Jelita ke kamarnya, jangan cuci otak cucuku," ujar Helen dengan lembut dan penuh tekanan. Asmara mengangguk dan membawa anak perempuannya itu pergi meninggalkan ruang tamu. Azzura mendengkus, tidak puas menyakiti hati Asmara. "Bu, sampai kapan wanita itu kalian tampung? Bikin sakit mata saja melihatnya," keluh Azzura. "Sudah deh! Jangan berlebihan, kamu mau Kevin tahu tentang hal ini, dan dia akan semakin murka sama kam
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond