Bab499"Galih," lirih Elea, ketika melihat putra kesayangannya itu memegang bunga. Di belakangnya terpampang foto pernikahan Arya dan Elea di sebuah figura raksasa."Mamah suka?" tanya Galih sambil tersenyum manis ke Ibunya. Lelaki tampan itu pun berjalan cepat menuju Elea yang masih terpana, dengan kejutan dari anaknya itu.Tiba- tiba Cinta memeluk Elea dari belakangnya. "Selamat hari jadi pernikahan, Mah. Maaf, jika beberapa hari ini, Cinta sangat bertingkah konyol dan tidak baik."Elea tersenyum sambil mengacak sayang rambut panjang Cinta yang terikat rapi."Dasar anak nakal," ujar Elea sambil menarik lagi hidung Cinta. Cinta terkekeh dan lebih erat memeluk Ibunya."Sudah dong gantian," protes Galih dengan wajah kesal.Cinta pun hanya terkekeh dan langsung melepaskan pelukannya dari belakang Elea."Ini untuk Mamah," ujar Galih sambil menyodorkan bunga yang ada di tangannya."Terimakasih, Nak." Elea menerima bunga itu."Dan ini untuk Mamah," ujar Cinta tak mau kalah. Cinta menyodor
Bab500"Cinta ...." Elea berbalik dan menatap Cinta dengan bahagia."Hehe ...."Cinta terkekeh."Selamat anakku ...." Elea kembali memeluk Cinta, membuat Galih manyun."Beginilah nasib anak lelaki, jarang sekali dapat pelukan dari Ibunya ketika dewasa," keluh Galih, membuat yang lainnya tertawa."Sudah tua woy, masih saja pengen di peluk Mamahnya, malu sama kejantanan," ejek Erina."Ah tante Erina nggak asik," sahut Galih masih dengan wajah masamnya."Aku yang ngasih Mamah kejutan, tapi kak Cinta terus yang di peluk- peluk. Ketidakadilan mulai terlihat sejak dini," ujar Galih lagi sambil berjalan menuju sofa dan duduk."Haha, malu sama bulu," ejek Kevin juga, yang ikut terkekeh melihat tingkah Galih yang merajuk."Om, jangan sampe aku balas ya," kata Galih sambil tersenyum penuh arti."Wah jangan dong." Kevin mulai was- was dengan tatapan Galih yang mengisyaratkan sesuatu yang akan membuat Kevin malu.Galih terkekeh, "Aku masih punya kartu as nya Om Kevin loh.""Kamu macam- macam, Om b
Bab501"Ibu kenapa diam terus? Kenapa Ibu tadi bersikap begitu pada keluarga Cinta?" tanya Aldo pada sang Ibu yang menjadi pendiam tersebut."Entahlah, Do. Ada perasaan tidak nyaman saja, melihat kondisi kita yang bukan orang kaya, bagaikan langit dan bumi rasanya, Ibu mendadak kehilangan rasa percaya diri."Tatapan wanita paru baya itu begitu sayu, memandangi jalan raya."Bu, bukankah kita dan mereka sudah menjadi satu keluarga, untuk apa Ibu merasa tidak percaya diri. Bukankah harta bukan ukuran sebuah kebahagiaan."Wanita paru baya yang Aldo panggil ibu itu pun menghela napas berat."Mungkin itu hanya perasaan Ibu saja," lirihnya. Jauh di dalam hati terdalamnya, wanita paru baya itu sangat sedih dengan hadiah yang Cinta berikan untuk Elea.Biar bagaimana pun juga, yang diberikan Cinta adalah sesuatu yang begitu mahal bagi wanita yang melahirkan Aldo tersebut."Do, dua hari yang lalu merupakan ulang tahun Ibu. Tapi kenapa, kalian merayakannya tidak semewah tadi?""Ibu, pesta yang m
Bab502"Cinta," tegur Elea."Mah, aku nggak mau ya, Mamah di repotkan siapapun, termasuk tante Erina."Ucapan Cinta sukses menyakiti hati Erina, sorot mata wanita muda itu masih memancarkan luka."Tapi aku hanya punya kalian, Ta." Erina menatap Cinta penuh permohonan."Aku tetap nggak mau Mamahku Tante repotkan. Ingat ya, Tan. Tante punya keluarga sendiri, jadi tolong jangan libatkan keluargaku dengan masalah Tante, apalagi masalah itu gara- gara Echa lagi, biang masalah!!""Cinta jangan begitu! Biar bagaimana pun juga, tante Erina ini orang tua yang harus kamu hormati.""Aku selalu hormati dia, Mah. Sampai tante Erina sendiri yang menghilangkan rasa hormat itu.""Cinta ...." Elea sedikit berteriak."Sudah Kak, nggak apa- apa, mungkin Cinta belum maafin semua kesalahan aku.""Aku maafin Tante, tapi bukan berarti aku lupa dengan kesalahan Tante. Ingat, Tan. Korbannya nyawa anakku, bukan anak Tante. Dan masalah berawal dari anak Tante, bukan dariku. Dan gara- gara anak Tante lagi, Tante
Bab503"Astaga, anaknya saja belum ketemu, ini Mamahnya lagi yang dicari," gumam Kevin sambil menggeleng kepala."Maksudnya, Om?" tanya Galih, dia memang tidak tahu apa- apa."Echa kabur dari rumah suaminya, dan sekarang Mamahnya lagi yang kabur dari rumah ini, dua wanita itu benar- benar mengesalkan, bikin repot.""Kevin, jangan begitu! Biar bagaimana pun juga, dia itu sepupu kamu," timpal Elea. "Beneran kah ini? Echa sudah menikah, kok kita pada nggak tau?" ujar Galih lagi kebingungan."Panjang ceritanya, intinya Echa sudah menikah dan kabur dari rumah suaminya. Mereka tinggal di Kalimantan, dan aku sudah meminta orang- orangku untuk mencari Echa. Nah sekarang kita dapat tugas baru lagi nyari Mamahnya, apa nggak pusing?""Iya aku tahu! Ini juga bagian dari kesalahan aku. Tadi pas acara makan- makan, Erina curhat mengenai hal ini. Dia ingin tinggal di rumah ini, tapi Cinta nggak terima, jika Erina ada di sini, Vin. Makanya dari itu, Erina pergi.""Aku sempat dengar sih tadi, cuma ku
Bab504Seakan ditelan bumi, jejak Echa tidak dapat di temukan Galih mau pun orang- orang yang sudah Kevin kerahkan."Jangankan jejak tante Erina, jejak Echa yang sempat Galih lihat saja malah menghilang begitu saja," keluh Galih ketika dia pulang kembali ke rumahnya."Aduh, Mamah jadi khawatir banget ini, Galih." Elea terlihat sangat tidak tenang."Ada- ada saja sih mereka ini, bikin rumit saja," gumam Galih yang ikut duduk di samping Ibunya sambil mengusap kasar wajahnya."Kemana mereka pergi, Galih. Ya Allah, Papah kamu akan sedih dan kecewa sama kita, karena gagal menjaga Tante kamu!""Sudahlah, besok kita pikirkan lagi. Malam ini, kita istirahat dulu," ujar Galih.Elea hanya terdiam, namun air mata terus- menerus turun bebas membasahi wajah cantiknya._____
Bab505"Pelan- pelan dong! Sakit.""Sakit? Tadi pas kamu ninju tuh kaca memangnya nggak sakit? Untung saja itu kaca, bukan manusia.""Iya iya, nggak lagi.""Emang aku percaya? Dari dulu kamu selalu suka main kekerasan." "Yang penting aku nggak suka main perempuan," jawab Kevin sambil terkekeh."Nggak main perempuan, tapi sudah gagal dua kali.""Itu karena perasaan aku masih sama perempuan lain.""Sama ajakan, main perempuan juga.""Aku gagal dengan dua wanita, tapi aku tidak pernah gagal dalam mencintai 1 wanita.""Kamu mulai berbicara, seakan- akan kamu laki- laki yang setia. Tetapi kamu lupa, bahwa kamu pernah menyakiti hati dua wanita.""Itu bagian dari dosaku di masa lalu. Aku labil dan aku terlalu menganggap semua begitu mudah aku atasi. Seiring berjalannya waktu, kini aku sadar. Aku tidak ingin mengecewakan siapapun dalam hal mencintai.""Oh ya, manis sekali.""Kamu kenapa begitu sinis padaku, apakah menurutmu aku begitu buruk?""Tidak juga.""Terus?""Nggak ada terusan." Elea
Bab506"Menurutmu bagaimana? Apakah kamu yakin aku akan datang?" tanya Elea balik."Kurasa tidak.""Setiap orang memiliki bakat dalam hal mengecewakan orang lain, jadi kamu jangan terlalu banyak berharap pada manusia, termasuk aku.""Mungkin kita di takdirkan hanya untuk menjadi teman, sekaligus keluarga," lanjut Elea dengan tenang."Setelah gagal untuk kesekian kalinya, sepertinya aku harus sadar diri," ujar Kevin dengan wajah yang sedikit menunduk.Hati Jelita mencelos, melihat raut kesedihan di wajah Ayah kesayangannya itu."Vin, come on, buka mata kamu! Wanita diluar sana banyak yang luar biasa, cerdas, muda dan cantik.""Peduli apa aku sama wanita diluar sana? Jika hati ini telah kau curi selama puluhan tahun? Apakah kamu ingin aku menjadi seorang pecundang yang selalu pandai mengukir luka nestapa dihati wanita lain?"Elea terdiam, melihat mata lelaki itu yang terlihat mulai berkaca."Entahlah, mungkin Tuhan sedang menghukumku, karena telah kurang ajar mencintai istri sepupuku se
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond