Bab465"Mau kemana kamu, Cha?" tanya Erina, ketika melihat anak perempuannya itu keluar dari kamarnya dan menarik koper."Aku mau pergi, Mah. Aku nggak bisa tetap di sini, karena aku bukan anak Papah," jawab Echa dengan wajah terlihat tegar."Mereka tidak akan paham dengan semua masalahku. Aku tidak bisa tetap di sini, jika aku tetap di sini, aku bisa saja membuat rumah tangga mereka hancur," batin Echa."Aku nggak sanggup menanggung hidup Mamah dan adik tiriku," lanjut Echa bergumam dalam hatinya."Memangnya kamu mau pergi kemana? Keadaan ekonomi kita lagi tidak baik- baik saja, Cha. Jika kamu tinggal di Hotel lagi, Mamah nggak akan mampu untuk biayain kamu," jelas Erina."Loh, selama Echa belum menikah, Mamah wajib ongkosin Echa. Jika Mamah tidak mampu, Echa akan jual diri," jawab anak perempuan Erina itu dengan angkuh."Jual diri? Dasar gila kamu, Cha. Kamu mau menekan Mamah?" Erina bingung dengan pola pikir Echa."Tidak ada pilihan lain. Tinggal di sini juga percuma, dianggap beba
Bab466"Vin, tolonglah bantu aku kali ini. Kita lama bersahabat. Aku tahu kami salah, tapi tolong jangan setega ini. Aku dan Erina sudah mendapatkan balasannya, dibenci Elea saja rasanya kami sangat menderita.""Seharusnya kamu dan Erina dengarkan kami saat itu. Tapi kenapa, kamu lebih percaya pada Echa? Aku tahu dia anak kalian, tapi penting bagi kita menyelidikinya terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.""Erina terus mendesak aku, Vin. Entahlah, sebagai kepala rumah tangga, aku jelas merasa gagal. Karena terus mengalah pada Erina, membuat dia terbiasa memaksakan kehendaknya," lirih Zurnal sembari menyugar kasar rambutnya."Aku tidak tahu harus bagaimana, Nal. Elea masih sangat marah pada kalian, apalagi yang terjadi sama Cinta cukup serius, bahkan menelan korban jiwa. Dan apakah kamu tahu, Cinta nyaris depresi. Jika mertuanya tidak sabar mengurus Cinta, kami tidak yakin dia akan baik- baik saja.""Astagfirullah, aku benar- benar menyesal atas kejadian itu, Vin. Sumpah demi Allah
Bab467"Apa kabar? Sibuk nggak?" Sebuah pesan masuk dari Kevin membuat Elea tersenyum."Alhamdulilah kabarku baik. Kebetulan aku lagi santai, nih. Ada apa?" Elea dengan cepat mengirim pesan balasan.Kevin pun merasa senang, karena Elea begitu cepat membalas pesannya."Mau makan siang bareng nggak? Makan sendiri terus rasanya sepi," balas Kevin dan pesan lelaki itu langsung centang dua. Ah, Kevin lagi- lagi tersenyum sendiri, ketika berbalas pesan dengan Elea."Astagfirullah, apakah ini yang di namakan puber di masa tua?" batin Kevin."Ah, beginilah nasib cinta yang tidak kesampaian, rasanya aku benar- benar gila dibuatnya," kekeh Kevin lagi seorang diri."Ayo, diresto biasa ya, aku suka makan di sana.""Baiklah! Aku jemput sekarang, oke.""Oke deh."Pesan singkat itu pun berakhir. Kevin begitu kegirangan, seakan dia tengah melakukan kencan dengan Elea. Lelaki itu menjadi nampak lebay. Dia sibuk memilih pakain yang cocok untuknya, dan berkali- kali menggantinya, seakan semua pakaian
Bab468Sesampainya mereka di parkiran, Elea dan Kevin pun berjalan menuju restoran tujuan."Hei, Bu Elea ...." tiba- tiba seorang lelaki seumuran mereka menyapa Elea.Lelaki itu cukup tampan diusianya, persis seperti wajah aktor ternama Tom Cruise diusia 60 tahunan. Apalagi lelaki itu mengenakan balutan tuxedo hitam lengkap senada dengan warna celananya, penampilannya sangat rapi."Wah, Pak Hendi, apa kabar?" ujar Elea dengan wajah sumringah menyapa lelaki yang dia sebut pak Hendi itu."Saya baik, Ibu. Mau makan siang di sini juga ya? Apakah saya boleh bergabung?" tanya lelaki itu dengan ramah. Kebetulan si Hendi ini juga baru datang dan berniat makan siang di tempat yang sama dengan Kevin dan Elea.Apalagi si Hendi datang seorang diri."Oh tentu saja, perkenalkan ini Kevin, sepupu saya. Vin, kenalkan ini pak Hendi, klien di perusahaan kita," jelas Elea.Kevin merasa kikuk dan tidak nyaman dengan perkenalan ini. Apalagi Elea memperkenalkan dia sebagai sepupu, bukan teman, apalagi pa
Bab469"Andai waktu bisa berhenti berputar, dan semua yang ada di sekitarku ini menjadi terdiam, aku ingin sekali memegang tangan wanita di sampingku ini, memeluk dan mengatakan kepadanya. Aku, aku sangat menyukainya, dan ingin sekali memiliki hati, serta jiwa raganya seutuhnya. Ah, andai saja. Arya terlalu beruntung," batin Kevin. Sesekali dia tersenyum melirik Elea yang begitu sibuk memilih beberapa dekorasi unik dan cantik untuk kamar Jelita."Dia Ibu yang cocok untuk kamu, Jelita," gumam Kevin lagi sambil tersenyum memandangi Elea.Merasa mata Kevin selalu tertuju kepadanya, Elea pun menghentikkan aktivitasnya memilih pernak- pernik tersebut dan kini menatap Kevin dengan heran."Kamu bukannya bantuin, malah sibuk senyum- senyum liatin aku, memangnya aku lucu ya?" tanya Elea dengan wajah keheranan.Kevin menjadi salah tingkah, karena ketahuan mencuri pandang ke Elea terus."Ah tidak, masa kamu lucu sih, bayi bukan boneka bukan, badut juga bukan," kekeh Kevin, membuat wajah Elea ma
Bab470Elea menoleh ke Erina."Kamu bisa nggak sih jangan kesini lagi? Anakku masih kecewa sama kamu. Dan kamu pikir aku nggak kecewa? Meskipun kamu tidak sengaja, tetap saja kamu bersalah!!" tekan Elea, dengan wajah yang sangat kesal pada Erina."Ya maaf. Tapi mau gimana lagi? Setiap yang bernyawa pasti mati, kejadian itu sungguh aku tidak sengaja," jawab Erina."Dan aku kesini juga terpaksa, aku sangat perlu uang. Aku harus kemana lagi? Keluargaku selama ini cuma kalian," lanjut Erina dengan wajah memelas."Vin, tolong aku ...." Kini Erina menatap Kevin dengan memohon."Ya sudah, nanti kami kirim sejumlah uang. Gunakan itu untuk mencari pekerjaan baru, atau kamu buka usaha sendiri. Tapi ingat, bantuan ini tidak gratis, anggap saja kompensasi untuk kamu menjaga jarak dengan keluarga Elea. Demi kebaikan bersama, karena Cinta masih sangat marah dan benci sama kamu ....""Iya, Vin. Makasih." Usai berkata sesingkat itu, Erina pun pergi meninggalkan rumah Elea dengan menaiki taksi.______
Bab471"Kevin, akhirnya kamu datang ...." Erina berdiri sambil tersenyum penuh harapan di matanya.Kevin pun masuk, Zurnal masih diam di tempatnya, dia pun tidak tahu harus berbuat apa dengan kasus yang dialami Echa saat ini."Video anak kalian menjadi viral di sosial media, dan Echa juga di tahan di kantor polisi. Tapi kalian berdua malah sibuk berdebat sedari tadi, bahkan kedatanganku saja, kalian tidak menyadarinya."Kevin mulai mengoceh, dan memilih tempat duduknya."Ini Vin, Zurnal terus nyalahin Echa dan bahkan mau lepas tanggung jawab. Aku yakin ini fitnah, Echa pasti dijebak. Anakku itu, dia tidak mungkin melakukan hal yang dituduhkan para wanita itu. Tapi Zurnal sebagai Ayahnya malah tidak percaya dan menganggap anakku bersalah.""Memang jelas dia bersalah! Lihat baik- baik video itu, anakmu tidak mengenakan busana apapun di tubuhnya. Dan di dalam kamar Hotel bersama laki- laki beristri. Bagian mana dia dijebaknya?" ujar Zurnal mulai jengah dengan pembelaan Erina pada Echa."
Bab472"Aku juga bingung, Vin. Jujur saja, aku bukannya tidak sayang sama Echa. Aku sayang, sayang banget malah. Gara- gara saking sayangnya, aku sempat percaya aja dia bilang saat itu, bahwa dia di perkosa Aldo. Tapi semenjak kejadian itu, semakin hari aku semakin mikir. Echa ini kenapa? Kenapa dia selalu membuat cerita yang tidak mengenakkan. Hal itu semakin aku sadari, ketika dia bersikap tidak mau di salahkan dan tidak memiliki rasa penyesalan sama sekali. Entah siapa yang benar- benar salah diantara aku dan Erina dalam mendidiknya. Yang jelas, aku tidak mau terus- menerus membela Echa.""Kamu benar, Nal. Menurutku pribadi, masalah dalam mendidik ini jelas salah kalian berdua yang kurang memperhatikan lingkungannya, pergaulannya dan tingkah lakunya. Terutama pada Erina, kamu tidak tegas dari awal. Umur Echa sudah 20 tahunan kan? Seumur segitu sudah sangat sulit di kendalikannya, Nal. Dia sudah membentuk karakter dan pemahamannya sendiri," tutur Kevin, menanggapi cerita Zurnal."Ki
Bab689"Selamat malam," ujar Abizar lagi."Ngapain kamu kemari? Setelah kamu membuat anak saya menderita, berani- beraninya kamu menampakkan batang hidung seolah tanpa dosa," bentak Kevin, yang langsung berdiri dengan emosi."Papah, sabar," pinta Elea, sambil memegang tangan Kevin."Manusia tidak tahu malu ini, dia datang ke rumah Galih dengan nyali besar, setelah menyia- nyiakan anak- anakku, aku tidak akan mengampuninya," pekik Kevin."Maaf, Pah. Saya datang kemari, hanya ingin kalian tahu, saya dan Cinta saling mencintai, kami ingin kalian restui hubungan kami lagi dan jangan menentang hubungan kami, cuma itu ...." "Apa?" Seluruh keluarga memekik.Cinta pun sangat syok, mendengar ucapan berani Abizar. Tiba- tiba Jelita tersandar, mendengar ucapan Abizar. "Jelita," pekik Abel. Wanita yang biasanya membenci Jelita itu, langsung memeluk Jelita yang nampak syok sekali."Brengsek!!" Cinta bangkit dari duduknya, menghampiri Abizar dan menampar keras wajah lelaki tidak tahu malu itu."D
Bab688Melihat begitu banyak panggilan telepon dari Bagus, Cinta pun memutuskan, untuk menghubungi balik nomor Bagus.Dan lelaki itu dengan cepat menjawab telepon Cinta."Assalamualaikum, Tante ....""Wa'alaikumsallam, Gus.""Maaf Tan, saya mau tanya, Tante ada bicara apa sama Ibu? Sampai- sampai Ibu pingsan.""Maafkan Tante, Gus. Tadi ada berita buruk, yang sempat mengguncang perasaan kami semua. Kejadian siang tadi cukup mengejutkan, pesawat menuju Bandung mengalami kecelakaan. Dan Nenek, juga Kakek ke Bandung hari ini, itu yang Tante sampaikan sama Ibu kamu ....""Inalillahi, jadi bagaimana kabarnya, Tan. Maaf Bagus tidak tahu apa- apa.""Kuasa Allah, Gus. Rupanya mereka selamat, karena Kakek pingsan, sebelum mereka naik pesawat. Nenek membawa Kakek ke rumah sakit, dan mereka ketinggalan pesawat, Gus. Luar biasa, diluar dugaan kami semua, Allah masih memberi kita kesempatan, untuk berbakti kepada mereka berdua," jelas Cinta."Alhamdulilah, Allahu akbar, masya Allah, luar biasa, Tan
Bab687"Allahu akbar, Abel, Kak Cinta ...." Galih menjerit, membuat orang yang kini di depannya jadi bingung.Mendengar jeritan Galih, mereka yang duduk di ruang keluarga pun berhamburan keluar menyusul Galih."Astagfirullah ...." pekikkan mereka semua terdengar bersamaan. Galih terlalu syok, membuatnya nyarus pingsan."Kalian jangan mengira Mamah setan ya," bentak Elea dengan kesal."Ini Mamah beneran?" Abel bertanya. Semua menjadi bingung, bahkan beberapa dari mereka terus- menerus mengusap mata dan wajah, memastikan yang di lihatnya adalah nyata, bukan halusinasi."Mamah sudah tahu, apa yang ada di dalam otak kalian. Jangan heran, jika Mamah datang dengan wajah acak- acakkan begini, bahkan tanpa menggunakan tas sama sekali. Mending bayarin taksi Mamah sana, orangnya dah nunggu," titah Elea."Ini Mamah kita," pekik Cinta yang langsung menghambur ke pelukan Elea, disusul Raisa dan lainnya memeluk Elea."Aduh ...." Elea pun memekik, melihat tingkah mereka semua yang langsung memelukny
Bab686"Jelita belum tahu kabar duka ini, tadi aku sudah coba hubungi, tapi belum juga dia jawab panggilan teleponku," lirih Cinta."Aku juga bingung, Kak. Apa yang harus aku katakan sama dia, entah bagaimana reaksi Jelita, jika tahu Mamah dan Papah sudah tiada. Pesawat itu terbakar, sebelum benar- benar jatuh," ujar Galih kembali menangis. Bayangan wajah tua kedua orang tuanya menari- nari di pikiran mereka semua."Pantas Mamah memelukku berulang kali, mengingatkan kita terus- menerus, bahwa sesama keluarga harus saling menyayangi dan tolong- menolong. Mereka juga selalu berbicara tentang kematian, yang aku sendiri tidak tahu, bahwa itu adalah pertanda, mereka berdua akan pulang bersama- sama, untuk selamanya."Cinta menangis kuat, Kamila memeluk Ibunya dengan erat, begitu juga Raisa, memeluk Abel dan menangis di pelukan Ibunya."Rasanya tidak pernah sesakit ini, kehilangan yang begitu mengejutkan, membuat hati ini tidak siap. Berpuluh tahun hidup bersama dengan keduanya, hingga Rai
Bab685"Nanti saja ah, malas. Lagian kita lagi makan gini, masa di gangguin hal- hal yang tidak jelas begitu," ujar Cinta, mengabaikan ucapan Galih tadi."Cinta, sudah 1 tahun kita bersama, tapi kenapa, kamu nggak pernah mau pertemukan aku dengan anak kita, Kamila?" tanya lelaki itu."Mas, tidak semudah itu. Kamila akan tahu segalanya, bahwa kamu pernah menikahi Jelita juga. Dan Enggar, juga Bagus, bagaimana tanggapan mereka pada kita? Kamu meninggalkan mereka, lepas tanggung jawab, dan malah bersamaku. Tentu saja, bukan cuma mereka yang akan kecewa sama kita, tapi Kamila juga.""Kemudian Mamah dan Papah, bisa- bisa aku mereka kutuk, Mas ....""Tapi mau sampai kapan, kita kucing- kucingan seperti ini? Aku juga ingin diakui, dan dianggap bagian keluarga kamu, Cin.""Belum waktunya, Mas.""Kapan waktunya, Ta? Aku dan Jelita, itu hanyalah kesalahan. Sedangkan aku sama kamu, itu cinta yang tulus. Aku mohon, pikirkan ini baik- baik, aku hanya ingin di akui, dan Kamila juga harus tahu, bahw
Bab684Perjalanan panjang Bagus lalui bersama Jelita, Ibu yang kini sangat dia sayangi, dan dia utamakan kebahagiaannya."Pulang dari umrah, kita ke rumah Nenek saja ya, Gus.""Terserah Ibu saja, Bagus ngikut saja. Bagus tidak punya siapa- siapa untuk di bahagiakan, jadi segala waktu dan apapun yang Ibu mau, asal Ibu bahagia, Bagus akan selalu turuti, insya Allah," ujarnya.Jelita terharu dan menatap penuh kasih sayang pada Bagus. Sementara Bagus dan Jelita melaksanakan ibadah umrah, rupanya rumah mewah Elea, sudah terjual sesuai kesepakatan dengan pembelinya.Penjualan rumah, di saksikan Galih, karena hasil dari penjualan rumah mewah tersebut, 50% milik Galih, 30% milik Cinta dan sisanya barulah milik Elea dan Kevin.Setelah semua beres, Elea dan Kevin, memutuskan untuk tinggal di hotel. Sebelum rumah impian mereka di desa selesai di bangun.Hanya sisa 10% saja, rumah di desa itu akan selesai dan bisa mereka tempati.Galih sudah menyarankan, agar Elea dan Kevin mau tinggal di rumah m
Bab683"Kenapa kamu terlambat?" tanya atasan Bagus, yang ada dibagian divisinya."Maaf pak Rahmat, saya menabrak orang tadi di jalan."Pak Rahmat, yang merupakan pengawas divisi pemasaran, tidak begitu berani bersikap keras pada Bagus, tapi dia tetap berusaha profesional, agar tidak terlalu nampak membeda- bedakan karyawan."Lain kali berhati- hati di jalan, Gus. Dan tolong jangan ulangi lagi, keterlambatan datang seperti ini. Hari ini saya maklumi, tapi kalau terulang lagi, saya akan berikan sangsi pemotongan gaji," jelas pak Rahmat memberi peringatan."Baik, Pak." Hanya itu jawaban Bagus. Sadar diri akan kesalahannya, Bagus tidak berani banyak bicara.Pak Rahmat meninggalkan divisi pemasaran, menuju ruangannya, untuk memeriksa laporan penjualan kemarin.Sementara Bagus duduk di meja kerjanya, dengan pikiran yang mulai tidak fokus. Bagus mulai memikirkan wanita yang di tolongnya tadi, dan itu sangat mengganggu kerjaannya.Tiba- tiba, HRD memasuki ruangan divisi pemasaran, bersama den
Bab682"Bu ...."Jelita menatap Bagus."Bagaimana kalau kita pergi umrah?"Jelita terpaku sejenak, mendengar usulan Bagus."Gimana, Bu?" tanya Bagus lagi, membuat Jelita tersadar dari keterkejutannya.Anak yang biasanya cuek, hanya memikirkan kesenangannya sendiri, kini mengajaknya pergi umrah. "Kamu serius pengen umrah, Gus?" tanya Jelita balik, memastikan keinginan Bagus."Iya, Bu. Mumpung kita ada rezeki lebih. Kita ajak Enggar dan Lina juga, mana tau mereka mau. Tapi jika mereka menolak juga tidak apa- apa, kita berdua saja yang pergi ke sana, Ibu mau kan?""Tentu saja Ibu mau, Gus. Masya Allah, niat kamu baik sekali anakku, mana mungkin Ibu menolak."Bagus tersenyum. Dan niat mereka pun, di sampaikan kepada Enggar dan Lina, ketika mereka makan malam bersama."Dalam waktu dekat ini belum bisa, Bu, Mas. Enggar masih harus fokus ke perusahaan," jawab Enggar.Wajar sih, belum ada 1 tahun dia bekerja, masih tidak enak hati jika terus izin libur, untuk urusan pribadi.Sebagai calon pe
Bab681"Tugas kita sudah selesai, nampaknya anak, cucu dan cicit tidak ada masalah, dengan pembagian harta warisan kita," ujar Elea, ketika dia dan Kevin merebahkan diri di atas kasur mereka."Kuharap juga begitu, agar kita berdua bisa menjalani kehidupan yang tenang," jawab Kevin."Kulihat Abel juga tidak membuat masalah lagi." Elea merasa lega, melihat sikap menantunya itu, yang semakin baik dari sebelumnya.Galih membelikan rumah yang cukup mewah, untuk dia tempati dan istrinya. Galih tidak ingin menyatukan istrinya lagi sama Ibunya. Karena bagi Galih, jika keadaan sudah tidak nyaman, dan terus di paksakan, maka mereka akan saling menyakiti.Demi menjaga rumah tangga dan hati orang tuanya, Galih memutuskan untuk memiliki rumah sendiri.Tetapi dia tetap memperhatikan kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak satu rumah.______>_______Karena perjalanan yang cukup jauh, Jelita mulai jatuh sakit. Badannya meriang, nyaris semalaman, Lina tidak bisa tidur, karena khawatir dengan kond