Share

Bab 2 - Dalam Perjalanan Pulang

“Kalau begitu talak aku sekarang!"

Arkana terdiam, memberi suasana hening yang cukup lama di antara mereka. Tampak lelaki itu memijit pelipis sambil berpikir keras hingga dia kembali angkat bicara dengan emosi yang masih sulit dikontrol.

"Dengar Naya, aku menikahimu karena keadaan yang tidak bisa kucegah. Akan tetapi, menceraikanmu juga hanya akan menimbulkan kemarahan para dewa alam yang menjadi kepercayaan orang-orang sekitar sini."

"Aku tidak peduli, ceraikan aku sekarang juga!" Kanaya terlanjur marah besar dan mungkin telah menganggap persetan dengan keadaan.

"Itu artinya akan ada malapetaka yang lebih besar lagi jika kau sampai melanggar aturan lain. Kau tahu apa?"

Kening Kanaya mengerut tajam. Hidung dan bibirnya ikut bergetar. Gadis itu cukup bingung dengan apa yang baru saja diucapkan Arkana. Memicu seringai miring dari lelaki tersebut sebelum dia kembali menjelaskan.

"Bencana alam, Naya. Badai besar dan tanah longsor akan terjadi jika kau sampai melepas ikatan pernikahan di sini. Aku tidak ingin terkena imbas dari kejadian itu. Jadi untuk sementara, kau hanya perlu menjalaninya, mengerti?"

Kanaya kembali bergeming. Hatinya cukup terpukul saat menyadari bahwa lelaki pecundang yang pergi dua tahun lalu, kini kembali mengacaukan hidupnya dan barangkali akan segera mengubah takdir kebahagiaan yang susah payah dia rintis.

"Tapi kau juga harus paham bahwa dalam hubungan ini, tidak ada cinta untukmu dan aku akan selamanya mencintai istriku," tegas Arkana dengan suara khasnya yang datar.

Kanaya masih tertegun mendengar kalimat berbau penolakan yang sama seperti dua tahun lalu. Kini, Arkana kembali melontarkan itu kepadanya. Jika dulu Naya masih berjuang mempertahankan si lelaki agar tetap bersama, maka tidak dengan saat ini.

"Dasar brengsek! Aku juga tidak pernah mengharapkan cinta darimu. Apa kau pikir aku serapuh itu, hah?"

Arkana tertawa kelakar. Dia bangkit dari duduk dan bergerak menuju jendela sambil melempar pandangan jauh. Mata elangnya jeli menelusur keindahan alam sore perkampungan Rosellie dari balik gorden yang dia singkap. 

Bentang alam pegunungan yang sebagiannya berbentuk lekuk kawah, tampak tertutup oleh gumpalan awan putih seakan membawa mereka bertamasya ke negeri kayangan. Namun, perasaannya saat itu tidak seindah ekspektasi.

"Jika bukan karena terjebak dalam petaka karma Rosellie, mana mungkin pernikahan bodoh ini terjadi, apalagi kamu wanitanya."

Arkana menekan pembicaraan membuat Naya seketika meringis mengenang runut peristiwa kelam dua tahun lalu saat musibah besar mengubah takdir keluarga mereka. Hingga membuat hidupnya menjadi sangat terpuruk. 

Lalu hari ini, takdir kelam itu seolah ingin kembali mempermainkan nasibnya.

"Dasar lelaki bejat! Aku tidak akan membiarkanmu mengacaukan hidupku sekali lagi."

Naya sudah muak dan benar-benar hendak membuang semua kenangan pahit tentang lelaki itu selama berada di tanah Etnik. Namun, kunjungan dinas pertamanya di perkampungan Rosellie justru membawa petaka besar bagi hidupnya.

"Kau pria terkutuk yang pernah kukenal, Arkana!" bentaknya dengan gigi gemelutuk dan suara yang memberat.

Masih teringat di kepala tentang momen menyakitkan ketika Arkana dengan tega mencampakkan dirinya tanpa ampun.

"Aku bahkan belum lupa pada pengkhianatan yang kau lakukan terhadap keluargaku," tekannya lagi dengan bibir kaku dan suara penuh getar amarah.

Entah bagaimana nasib buruk membuatnya kembali bertemu dengan Arkana. Lelaki yang dulu dianggap sebagai dewa penyelamat, kini berubah menjadi monster menjijikan di mata Kanaya.

"Itu musibah, Naya. Aku tidak pernah berniat mencelakai kedua orang tuamu. Toh, ayahku juga mengalami gangguan mental dalam peristiwa itu, kan?"

Naya menggeleng keras. Baginya Arkana hanya berlagak penguasa. Sejak pengkhianatan yang dilakukannya, dia tidak pernah lagi memercayai omong kosong pria jangkung berotot liat itu. 

Namun, emosi yang kini meluap seolah bercampur aduk antara sedih, marah, maupun merutuki getar halus yang tiba-tiba menyusup di sudut terdalam hatinya, entahlah.

"I-ini tidak mungkin. Memangnya kau siapa? Aku benci padamu." Kanaya bergumam lirih.

Serentak kedua tangannya naik memijit kepala yang terasa berdenyut, sangat nyeri.

"Sebenarnya apa salahku, Arkana? Kenapa kau tega melakukan ini kepadaku, hah?!"

Kanaya menggeram, sementara Arkana terlihat menyeringai kecil. Menatap nyalang wajah pucatnya dan kembali mengajak konfrontasi.

"Karena kau gadis bodoh yang sudah mengacaukan hidupku! Aku bisa saja melaporkanmu ke pihak berwajib dengan tuduhan kasus penipuan."

Naya terperanjat dan hampir melompat turun dari ranjang kalau bukan terhalang oleh kakinya yang masih terluka.

"Lelaki gila!" Bibir Naya kembali bersungut.

Serentak amarah gadis itu pecah, namun dia mencoba meredamnya saat melihat pria tidak punya hati itu pergi meninggalkan ruangan. Setidaknya dia bisa mengontrol kegilaannya dari meledak di ubun-ubun.

"Aku akan membalasmu, Brengsek!"

Kanaya berjuang bangkit dari kasur. Dia tidak ingin terus meratapi nasibnya. Keterpurukan yang diciptakan Arkana selama dua tahun sudah cukup menyiksa batin hingga muak rasanya.

"Aku tidak boleh lemah dan secepatnya harus kabur dari sini."

Ya, Ratu Kanaya akan membuktikan kalau dirinya bukan gadis bodoh seperti yang baru saja dikatakan Arkana. Hingga dia kembali merasa diperdaya oleh teriakan lantang pria itu dari balik pintu.

"Lekaslah bersiap! Malam ini juga kita harus meninggalkan penginapan karena besok kau harus berurusan dengan istriku di Kantor Polisi!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status