"Mommy?" Disha yang tengah menyiapkan makan malam– menata meja makan, menoleh ke arah putranya. "Ada apa, Sayang?" tanya Disha dengan lembut, tersenyum manis ke arah putranya sembari menatap lembut juga. "Makan malamnya sudah selesai?" tanya Marc, berlari kecil ke meja makan dan langsung mengambil tempat di sana– duduk sembari memandangi menu makanan yang telah Mommynya masak dan sajikan. "Kue beras Marc mana?" tanya Marc ketika tak melihat kue beras yang Mommynya janjikan padanya. "Aduh, Sayang. Mommy tidak berani masak kue beras. Daddy masih di sini dan Mommy takut kena marah. Tadi saja-- pas Daddy marahin kita, jantung Mommy masih berdebar kencang," ucap Disha dengan meringis. "Tapi Daddy sedang tidur. Ayo, masak kue beras untuk Marc, Mommy. Kita jangan bangunkan Daddy dan kita makan sama-sama. Setelah kue berasnya selesai, baru kita bangunkan Daddy."Disha menatap tak percaya ke arah anaknya tersebut. Idenya jahat sekali! Marc mengajak Disha makan diam-diam, memanfaatkan Damo
"Tuan Damon tidak pulang?" tanya Disha, saat sudah jam tengah sebelas malam dan dia mendapati Damon masih di ruang tengah– sedang sibuk dengan handphone mahalnya. Damon menoleh ke arah Disha. "Aku menginap di sini," ucapnya singkat, langsung membuang muka dan fokus pada layar handphonenya. 'Dia tidur di sini?' batin Disha dengan perasaan campur aduk. Dia gugup, canggung dan juga tak percaya dengan hal ini. Namun, tak bisa dipungkiri Disha juga merasa senang dan bahagia. Setelah sekian lama, akhirnya suaminya mau menginap di rumahnya! Itu sebuah hal yang membahagiakan bagi Disha. Dengan semangat, Disha langsung beranjak dari sana. Perasaannya riang dan bahagia. Dia masuk ke kamar tamu di rumah ini, menyiapkan kasur– memasang sprei dan bantal. Serta, Disha juga membersihkan ruangan tersebut– memasang wewangian juga agar Damon nyaman. Setelah merasa kamar tersebut bersih dan rapi, Disha buru-buru menemui Damon. "Tuan, kamarnya sudah …-" Namun, ketika dia sampai di lantai bawah, Dam
"Senin depan adalah ulang tahun pernikahan kita. Kamu tidak lupakan, Sayang?" ucap Kinja, berbaring di ranjang sembari memeluk tubuh suaminya yang tak berbalut sehelai benangpun. Hanya selimut yang menutupi tubuh polos keduanya. "Humm. Tentu aku tidak lupa," jawab Damon, menggeser tubuh Kinja lalu mengambil posisi duduk. "Karena itu aku harus menyelesaikan pekerjaanku sekarang agar aku bisa merayakan ulang tahun pernikahan kita Senin ini." Damon meraih piyama kimono yang ia letakkan di atas meja nakas, menggunakannya kemudian beranjak dari sana– berjalan ke arah kamar mandi untuk menyegarkan dan membersihkan tubuhnya. Shit! Bercinta dengan Kinja seperti suatu hal yang memberatkan bagi Damon, dia tidak merasakan kesenangan seperti awal pernikahannya dengan perempuan itu. Jika bukan karena tidak membayangkan wajah Disha, mungkin hasrat Damon tak akan tersalurkan. Entahlah! Mungkin karena perselingkuhan yang Kinja lakukan sebelumnya, Damon jadi terbayang-bayang pada pengkhianatan Kinj
"Nanti malam di rumahku akan ada pesta ulang tahun pernikahan Kak Damon dan si Kinja," ucap Stella, sedang di pantry kantor dan tengah sarapan bersama Sera dan Disha. Stella semalam menginap di rumah Sera, alasannya selain karena ingin fokus menyelesaikan pekerjaan, juga karena dia lebih suka nebeng hidup dengan Sera. Padahal Sera hanya tinggal di kontrakan sederhana, dan mungkin sangat kecil bagi Stella. Namun, Stella memang sangat suka dengan yang namanya kesederhanaan. "Fungsinya kamu ngasih tahu kami untuk apa?" Sera berucap datar, menatap sinis dan tak suka pada Stella. Perempuan tomboy tersebut cukup tersinggung dengan informasi yang Stella bagi pada mereka. Bagaimanapun Disha istri kedua Damon dan mungkin Disha sakit hati mendengarnya, "hargai Disha, Kampret!" tambah Sera dengan nada ketus. "Ehh, nggak apa-apa, Sera." Disha membelalak dan menggeleng cepat ke arah Sera, takut kedua sahabatnya ini bertengkar hanya karena info yang Stella beri tahu tadi. "Ih, kamu jangan sala
Ketika mendongak dan menatap ke arah ranjangnya, mata Disha langsung membelalak. Jantungnya berdebar kencang dan tubuhnya menegang kaku. "Terlalu cepat untuk Cinderella pulang. Ini belum tengah malam, Darling." Damon berucap serak, menatap Disha yang berdiri kaku di ambang pintu sembari menyunggingkan devil smirk yang terlihat jelas tercetak di bibir Damon. "Tu--Tuan Damon kenapa di sini?" ucap Disha sembari celingak-celinguk, berpikir jika putranya juga ikut kemari. Namun, sayangnya Disha tak menemukan siapapun di sini. Kecuali dia dan Damon. Disha kembali menatap Damon, meneguk saliva secara kasar kemudian buru-buru membuka pintu untuk kabur dari kamar tersebut. Entah apa yang Disha pikirkan, tetapi dia merasa jika kedatangan Damon kemari untuk melakukan sesuatu padanya. Sesuatu yang berbahaya jelasnya! Ceklek' BrukKetika Disha akan keluar dari kamar tersebut, pintu lebih dulu tutup kembali oleh seseorang yang sudah berada tepat di belakang Disha. Tak lain orang tersebut adala
"Apa masih sakit?" tanya Damon pada Disha, mengacak lembut pucuk kepala istrinya yang saat ini tengah duduk di pinggir ranjang. Kepala Disha tertunduk, dan tangannya ia letakkan di atas pangkuan. Bukan hanya tadi malam yang membuatnya malu menatap Damon, tetapi sikap manis Damon pagi ini– di mana Damon memandikannya dan juga membantunya memakai pakaian. "Tidak, Pak," jawab Disha, masih tak berani menatap Damon. "Jangan Pak. Itu tak ada bedanya saat kau memanggilku Tuan." Damon meraih sebuah lipstik di depan meja rias Disha. Kemudian dia kembali mendekati Disha, menaikkan dagu Disha lalu memasang lipstik di bibir istrinya tersebut. Namun, karena menurut Damon lipstik tersebut terlalu berlebihan, Damon menghapusnya– dengan bibirnya sendiri, membuat Disha kembali terpana dan salah tingkah.Sikap Damon yang seperti ini, membuat hati Disha bergetar dan menghangat. Jika terus begini, Disha bisa berharap dsn berakhir jatuh cinta pada Damon. Tidak ada yang salah. Hanya saja, Disha hany
"A--ada Big bos dan dua dewa penjaganya," bisik Sera, mendekatkan wajahnya ke arah Disha. Disha menaikkan kedua alis, menatap Sera dengan aneh kemudian menoleh ke belakangnya. Buru-buru Disha mengalihkan pandangan. Benar! Damon dan dua tangan kanan kepercayaannya ada di sana. 'Pak--Tuan ah Mas Damon kenapa ke sini?' batin Disha dengan raut muka pias dan tegang. Dia tahu jika sekalipun dia dan Damon bersitatap, Damon tak akan menggubrisnya. Hanya, tetap saja Disha canggung dan merasa tak enak. Terlebih sekarang Stella maupun Sera tahu jika Damon adalah suaminya. "Selamat siang, Pak Damon."Diam-diam Disha menatap ke arah Damon, di mana suaminya tersebut sedang berjabat tangan dengan seorang pria ber-jas mahal– tak jauh dari meja Disha. Pria tersebut juga membawa dua orang bersamanya, hanya saja salah satu dari mereka ada yang perempuan. "Ouh, Kak Damon lagi meeting dengan Direktur perusahaan M.Cosmetik," ujar Stella yang ikut memperhatikan Kakak sepupunya tersebut. "Di--di sini?"
"Apa sih?" Disha seketika itu juga memasang wajah muram bercampur kaku. "Jorok banget sih bahasan kalian. Seperti nggak ada pembahasan lain saja."Stella dan Sera sontak saling bersitatap. Ouh, yang sudah menikah seperti risih membahasnya. Tetapi mereka yang belum menikah malah seperti pemain. Astaga! Stella dan Sera jadi malu sendiri. "I--iya, Ibu guru. Kita nggak akan bahas begituan lagi." Stella berucap hati-hati, "tapi tasnya jadi kan?""Nggak bisa." Disha menolak cepat. "Si monyet! Apa aku harus make toa di sini yah biar kamu paham kalau aku nggak ada uang segitu. Sialan lu! Gue jualan diri ajah belum tentu ada yang mau. Trus uangnya aku dapat dari mana? Kredit? Ya kali sekelas DSL bisa kredit kayak motor!" ketus Sera. "Tenang saja. Kalau bayarin kamu, aku bisa, Sayang." Stella mencolek dagu Sera. Kemudian dia menoleh ke arah Disha yang sudah menganga– merasa Stella tak adil padanya. "tapi kalau Disha mah aku nggak bisa. Dia kan punya suami tajir. Ya kali dia nggak punya uang
Beberapa bulan kemudian. "Namanya Davin Sbastian Lucas," ucap Daniel, memberikan nama pada cucunya yang baru lahir. Disha dan Damon sama-sama tersenyum mendengar nama tersebut. Nama yang bagus untuk putra mereka yang baru lahir. "Namanya indah dan bagus, Ayah," ucap Disha, tersenyum hangat ke arah ayahnya tersebut. "Humm, nama yang bagus." Damon ikut berkomentar, menggenggam tangan istrinya yang baru melahirkan dan terus menatap Disha dengan penuh cinta, hangat serta penuh kasih sayang. Istrinya ini baru saja melahirkan putra mereka. Damon sangat berterimakasih dan sangat bersyukur. Disha telah berjuang untuk sebuah kehidupan baru, dan Disha memang wanita yang hebat. Dia sangat hebat di mata Damon. "Arshila, sekarang kamu punya adik. Hihihi … adik yang tampan sekali," ucap Sera yang dengan menggendong bayi berusaha satu bulan, sembari memperlihatkan baby Davin pada bayi tersebut. Arshila Keyna Lucas. Bayi Sera dan Ben yang masih berusia satu bulan. Yah, Sera lebih dulu melah
Hingga tiba-tiba saja …."Aulia, bekalnya man--" Aulia spontan menoleh ke arah ambang pintu, menatap seorang pria yang terdiam di sana dengan raut muka yang sulit dijelaskan. Sadar akan keadaannya, Aulia buru-buru menyekat air mata yang sempat membasahi pipi. Dia berusaha untuk tersebut ke atas Ando, berdiri kemudian menghampiri suaminya tersebut. Dia memilih menunda untuk memakan bekal sarapan untuk suaminya tersebut. Ah, sepertinya Ando kembali karena ada hal penting. Mungkin handphone atau dokumennya tertinggal. "Ada apa, Tuan Ando? Ada yang ketinggalan yah?" tanya Aulia lembut dan hangat. Aulia selalu berusaha untuk menjadi istri yang baik pada suaminya. Meskipun Ando belum bisa menerima kehadirannya, tetapi Aulia akan tetap belajar menjadi istri yang baik. "Aku … meminta bekal sarapan dan makan siang," ucap Ando dengan pelan, menatap Aulia dengan pandangan yang sulit diartikan lalu menatap ke arah bekal yang sudah dimakan secara miris. Bukan! Ando bukan sedang marah karena
Setelah pernikahan mereka, Ando memilih memisah dari keluarganya– dia memutuskan untuk tinggal rumah miliknya sendiri dengan istrinya, Aulia. Dia menikahi perempuan ini karena perasaan iba dan tanggung jawab atas perbuatannya pada Aulia. Oleh sebab itu, setelah menikahi Aulia, sikap Ando pada perempuan itu terkesan cuek. Sebab dia tidak mencintai Aulia. "Tuan Ando, aku sudah memasak sarapan. A--apa Tuan tidak sarapan lagi?" tanya Aulia, gugup setengah mati ketika berhadapan dengan suaminya tersebut. Hidupnya jauh lebih baik setelah menikah dengan Ando. Hanya saja, suaminya ini sangat cuek padanya. Dari hari pertama mereka menikah, Ando belum pernah sekalipun mau menyentuh masakan yang dia buat. Mereka bahkan pisah kamar. "Tidak." Ando berkata datar, "maaf, aku sudah terlambat," lanjutnya dengan menoleh ke arah jam tangannya. 'Padahal masih jam setengah tujuh.' batin Aulia murung. "Kalau begitu Tuan Ando bawa saja bekal ke kantor. Aku sudah menyiapkan bekal untuk sarapan dan maka
"By the way, kau menangis karena apa? Cemburu-- atau … kau takut kehilanganku karena kau mulai mencintaiku, heh?"Sera mengerjab beberapa kali, mengatur wajah untuk tak terlihat gugup dan agar biasa saja. Meskipun sejujurnya pertanyaan Ben tersebut sudah membuat jantungnya dalam sana berdebar kencang. 'Asal jawab saja.' batin Sera, diam-diam meneguk saliva secara kasar. "Jangan kepedean!" Sera berkata ketus, "aku menangis karena aku … aku mengidam ingin menangis. Udah, aku nggak mau drama lagi," cerocos Sera sembari turun dari pangkuan Ben. "Aku ingin tidur," ucapnya kemudian, naik ke atas ranjang dengan langsung membaringkan tubuhnya di sana. Ben berdecis geli, ikut merebahkan tubunnya di sebelah Sera– menarik perempuan tersebut untuk tidur dalam pelukannya. "Caramu mencintaiku sangat unik, Sera. Dan aku sangat menyukainya.""Aku tidak mencintai Pak Ben. Jangan kepedean," bantah Sera, memutar bola mata dengan jengah. "Kalau begitu, katakan jika aku tidak mencintaiku sembari menat
"Kau sudah mengembalikan Marc dan Gebara pada Kak Damon dan Kakak ipar?" tanya Ben ketika melihat Sera masuk dalam kamar. Sera menganggukkan kepala, air mukanya terlihat datar dan tatapannya sedikit memicing dan malas; terkesan tengah marah dan kesal secara bersamaan. "Kenapa?" tanya Ben lagi saat menyadari raut muka Sera yang terlihat tengah menahan marah. "Ada yang mengganggumu, Humm?" "Ya, mantan istrimu menggangguku," ketus Sera, meraih bantal lalu melemparnya ke arah Ben yang duduk di ranjang. "Kau pernah menikah dan kau tidak mengatakannya padaku. Sebenarnya maumu apa, hah?"Mata Ben sedikit membulat, wajahnya mendadak kaku dan beberapa detik dia terlihat panik serta khawatir. Shit! Sera tengah hamil dan dia tak ingin masalah ini mempengaruhi kesehatan istri dan bayi dalam perut Sera. "Kau punya mantan istri. Kenapa kau menutup-nutupinya dariku? Apa yang kau rencanakan, Pak Ben yang terhormat? Jujur saja, sampai detik ini aku tidak tahu alasan kenapa kau melakukan semua ini
"Kau bilang apa?" dinginnya, membuat Sera mendadak pucat pias– menciut dengan raut muka gugup dan harap cemas. "Aku hanya bilang tolong buka pintunya," ujar Sera gugup dan kaku, mendongak sepenuhnya ketika Ben tiba-tiba sudah berada di tepatnya– menarik pinggang Zelda dengan menyentak kuat lalu mengalungkan tangannya secara possessive di sana.Cup'Dengan cepat, Ben mendaratkan bibirnya di atas bibir Sera– meraupnya lalu melumatnya lembut namun sedikit menuntut. Sera awalnya menolak, tetapi pada akhirnya dia menerimanya. Bagaimanapun Ben sangat mahir dan Sera sulit menolaknya. "Bibir sangat manis," ucap Ben sembari membelai bibir Sera, membersihkan sisa pergulatan mereka di sana, "tetapi sayang, suka mengatakan kata kotor. Bisa ubah?" Ben menatap Sera, tepat pada manik mata perempuan tersebut– melayangkan tatapan yang menghunus tajam serta penuh peringatan. "Cik! Itu karena aku kesal saja," dengkus Sera pelan. "Tolong buka pintunya dan lepaskan aku," ucapnya kemudian sembari meraih
"Benar anaknya begitu?" Disha mengganggukkan kepala, tersenyum simpul ke arah Neneknya untuk meyakinkan sang nenek jika Aulia adalah anak yang baik– tidak jahat sama sekali seperti kakaknya atau keluarganya. Tadi malam suaminya meminta bantuan padanya untuk berbicara pada neneknya agar Ando diizinkan untuk menikahi Aulia. Satu hal yang membuat Tiara tidak merestui, karena dia takut jika Aulia sama seperti kakaknya, Kalea. Sedangkan Daniel, dia tidak menyetujui pernikahan Ando dengan Aulia, karena dia takut jika Aulia hanyalah pion dari Arman. Namun, setelah Damon sendiri yang menjelaskan jika Aulia berbeda, bahkan korban kekerasan di rumahnya sendiri, Daniel akhirnya luluh. Dan sekarang giliran Disha yang membujuk sang nenek. "Aulia sangat baik, Nek. Selema di rumah, tinggal denganku dan Mas Damon, dia sangat-sangat baik. Masakannya juga enak dan … Marc serta Gebara suka dengannya. Aku rasa Aulia juga cocok dengan Pak Ando yang kaku. Soalnya Aulia kan manis dan ceria," ucap Disha,
"I'm sorry, Darling." Damon berkata lirih, tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya ke lantai– bertekuk lutut di hadapan Disha sembari memeluk kaki istrinya tersebut. "Ke-- kenapa, Mas Damon?" lirih dan cicit Disha, menunduk sembari menatap suaminya yang masih bersimpuh di lantai sembari memeluk kakinya. Ketika Damon tiba-tiba bertekuk lutut di lantai kemudian memeluk kakinya, ketakutan Disha seketika lenyap. Dia lega dan jauh lebih rileks. Disha mengulurkan tangan, menyentuh rambut Damon– menyisir dengan jemari tangannya yang lentik sembari sesekali mengelusnya. Tebakannya sudah mengarah ke sana. Namun, melihat Damon seperti ini rasanya Disha tidak sanggup untuk marah. Suaminya bersimpuh penuh penyesalan di hadapannya, sembari memeluk kakinya. Bagaimana Disha tidak tega?!"Aku melenyapkannya," ucap Damon dengan nada yang benar-benar pelan tetapi masih bisa didengar oleh Disha. Dia mendongak untuk menatap wajah cantik istrinya, masih memeluk kaki Disha sembari bersimpuh, "dia menantangku d
"Akhirnya aku menemukanmu, Disha sayang!" ucap seorang pria yang tiba-tiba mendatangi Disha dan Sera, berniat memeluk Disha namun Sera lebih dulu mendorong pria tersebut. "Kamu ini siapa sih?" ketus Sera, menatap tajam dan kesal pada pria yang hampir saja memeluk sahabatnya tersebut. Sera menatap pria itu dari atas hingga bawah, memperhatikan penampilan pria tersebut yang menurutnya sangat narsis– memakai setelah jas kebesaran dipadu dengan sneakers putih serta kaca mata hitam. "Saya calon suami dek Disha. Minggir, saya ingin bicara dengan calon istri saya," ucap pria itu, mendorong pundak Sera agar dia bisa lebih dekat dengan Disha. "Wah!" Sera yang didorong seketika menatap nyalang dan marah pada pria tersebut. "Sepertinya tinjuku perlu kenalan dengan Bapak-bapak Jamet satu ini."Sera mengepalkan tangan dengan kuat, kemudian langsung melayangkan tinjunya ke wajah pria tersebut. Bug'"Argk.""Astaga, Sera!" Disha memekik, langsung menarik sahabatnya tersebut untuk menjauh dari A