“Hallo, sayangg,” ucap Monika manja langsung memeluk Rafael membuat pria itu terkejut. Rafael yang merasa tak nyaman di peluk seperti itu di kantor langsung berusaha mendorong pelan pinggang istrinya, tapi Monika tetap memeluk erat Rafael.“Kenapa tiba-tiba datang?” tanya Rafael dengan suara dinginnya. Pria itu tak membalas pelukan Monika, tapi dia malah melihat Chalista yang berdiri dengan tak nyaman di sana.“Aku rindu sama kamu, udah gak tahan pengen cepet-cepet pulang,” ucapnya dengan centil. Chalista yang merasa dia tak seharusnya berada di sana, langsung hendak undur diri namun Monika menahannya.“Eh…ternyata ada Chalista di sini, maaf ya aku gak liat tadi soalnya cuma fokus nyari suamiku yang ganteng ini,” ucapnya entah kenapa terdengar seperti menyindir Chalista.Rafael pun berpikir demikian. Walaupun sudah menikah, Rafael tak sedekat itu dengan istrinya ini, apalagi untuk berpelukan saat pertama kali bertemu, apa Monika sengaja melakukannya di depan Chalista?“Iya….Kak Aku ha
Malam hari, Chalista tiba-tiba merasa seluruh tubuhnya nyeri. “Arghhh….kenapa ini?” lirih gadis itu dengan gelisah di tempat tidurnya. Setelah membeli obat untuk menghilangkan mual yang dia rasakan, Chalista kini malah demam.Gadis itu perlahan menghidupkan lampu kamarnya dan duduk di ujung kasur. Rasanya semakin memaksakan tidur, kepalanya semakin sakit.Saat hendak mengambil air yang biasanya ada di meja samping tempat tidurnya, Chalista menghembuskan napasnya kasar karena gelas itu kosong.“Aduh, males banget ke bawah ngambil air,” lirih Chalista, tapi dia sangat haus saat ini. Mau tidak mau gadis itu perlahan membuka pintu dan turun ke lantai 1 untuk ke dapur.Ini sudah pukul 1 pagi, dan semua anggota keluarga pasti sudah tertidur pulas kecuali Chalista tentunya yang sedang hamil dan banyak pikiran. Sudah beberapa hari dia tak melihat Rafael karena pria itu harus pergi dinar ke luar kota dan Mayang tak mengizinkan Chalista ikut karena dia sakit. Dengan langkah gontai, Chalista be
Plak!!! Chalista memegang pipinya yang ditampar oleh papanya sendiri. ”Kamu sungguh kurang ajar!” Suara berat dan bentakan dari Abimanyu itu membuat seluruh tubuh Chalista bergetar. Dia ingin menangis sejadi-jadinya karena kini riwayatnya akan tamat, papanya pasti sudah tau semua perbuatannya dan Rafael dibelakang semua orang. ”Pa, aku—”Diam! Saya belum selesai berbicara,” sela Abimanyu sambil mengacungkan telunjuknya ke arah wajah Chalista, keadaannya yang memang sakit sejak awal membuat Chalista semakin tak berdaya. Apalagi, tidak ada siapapun lagi di rumah ini, Rafael pergi dinas dan Mayang seperti biasa mengurus butiknya jadi tak akan ada yang bisa menyelamatkan Chalista dari kemarahan Abimanyu sekarang. ”Chalista, apa kamu paham kata-kata manusia? Sudah untung saya mau memungutmu dari jalanan, tapi ini balasanmu pada saya, hah?” bentaknya lagi membuat Chalista seketika menutup matanya, takut-takut Abimanyu menamparnya lagi kali ini. ”Pa, aku akan menggu—Sebelum Chalista be
”Kak, ini udangnya,” ucap Chalista sambil membawakan sebuah nampan berisi udang saus yang dia buat sendiri lengkap dengan nasi dan juga sendok garpunya.Monika tak langsung membalas ucapan adik iparnya itu. Tapi gadis itu masih sibuk memainkan hpnya dengan kaki disilangkan, bak seorang ratu di rumah ini.Tapi benar. Monika memang ratu di rumah ini dan Chalista hampir mirip seperti pembantu, hanya saja dia terbungkus identitas ’anak angkat’ padahal bagi Abimanyu Chalista lebih rendah dari pembantu di rumah ini.”Ohh, udah mateng? Kok cepet, sih,” ucap Monika dengan nada terkejutnya yang dibuat-buat. Tangannya kemudian meraih sendok yang ada di nampan itu dan mencicipinya secara perlahan.Chalista masih berdiri di sana menunggu respon Monika hingga wajahnya berubah masam. ”Huek........Apa ini? Kau mau meracuniku hah?” bentak Monika sambil membanting sendok yang di pakai. Dia terlihat sangat marah.”Kenapa, Kak?” tanya Chalista dengan bingung. Dia sangat takut jika suara teriakan Monika
“Loh, kok bisa tumpah, Cha?” tanya Mayang saat melihat rok menantunya sudah kotor kejatuhan udang saus. Sebelum Chalista sempat menjawab, Monika buru-buru menyela agar gadis itu tak sempat membela dirinya. “Ma, tadi aku sama Chalista masak udang saus terus Cha gak sengaja jatuhin pas bawa nampannya ke meja,” bohong Monika karena panik saat melihat mama mertuanya dan suaminya tiba-tiba datang saat dia tengah memperbudak Chalista. “Ya ampun kok bisa sih sampai jatuh rok kamu jadi kotor kayak gitu,” ucap Mayang terkejut tapi kemudian wanita itu menatap heran kea rah menantunya. “Loh sejak kapan kamu bisa masak, Mon?” Deg! Monika langsung mematung saat menyadari kalau mertuanya ini tau dia tak bisa masak. Ah, pasti mamanya yang mewanti-wanti mertuanya agar tidak membiarkan Monika masuk ke dapur karena dia pernah hampir terbakar kulitnya gara-gara tidak bisa masak dan jika sampai ada lecet sedikit saja maka akan mengganggu karirnya sebagai seorang model, Monika langsung nyengir. “Maks
“Cha, kamu akan tinggal di sini mulai sekarang,” ucap Rafael pada Chalista ketika mereka sudah sampai di sebuah apartement luas yang ada di kawasan elit di Jakarta. “Kamu duduk di sana, aku yang akan merapikan ini,” pinta Rafael langsung mengambil koper dan tas yang berisi pakaian gadis itu. Chalista masih mencengkeram erat kopernya membuat Rafael bingung sehingga keadaan menjadi hening karena Chalista hanya mematung di sana. “Raf…..Aku akan menggugurkannya!” Hening! Rafael langsung mematung saat Chalista mengucapkannya, “Apa maksudmu, Cha?” tanya Rafael dengan nada beratnya saat mendengar Chalista mengucapkan itu lagi. “Bukankah kita sudah membicarakan ini kemarin? Kenapa kamu tiba-tiba ingin menggugurkan anak kita?” tanya Rafael bingung, sungguh dia tak tau apa yang terjadi dengan gadis ini. Chalista hanya menggeleng tak mau mengucapkan apapun, padahal pikirannya sangat dipenuhi oleh ucapan Abimanyu yang megancamnya untuk tidak merusak pernikahan Rafael dan Monika tapi sekarang
“Mon, tolong suruh Cha buatin madu lemon di dapur ya, Nina lagi sakit jadi dia gak bisa bantu hari ini,” ucap Mayang pada menantunya yang tengah berjalan menuju ke area ruang tamu tempat Abimanyu tengah menerima tamu penting yang akan berinvestasi di perusahaan mereka.Monika langsung mengangguk saat Mayang mengatakannya karena sejujurnya Monika sudah lama tidak melihat di anak angkat kesayangan itu, hidupnya sangat tenanh di rumah ini semenjak Chalista pindah dari sini, tapi hanya satu yang membuatnya merasa aneh yaitu Rafael.Malah semenjak Chalista pindah dia jadi lebih sering lembur di kantor, apa mungkin hanya perasaannya atau tidak tapi Monika sangat frustasi memikirkan takut perutnya semakin membesar dan rencana yang telah dia rancang menjadi gagal.Monika menemukan adik iparnya di dapur tengah berkutat dengan gelas untuk the yang akan dia buat, dia memperhatikan lekuk tubuh gadis itu dan mengernyit. “Kamu gendutan, ya, Cha?” celutuk Monika tiba-tiba membuat Chalista menjadi ge
“Cha, perasaan kamu kok gendutan ya setelah pindah ke apartement baru,” celetuk Mayang saat dia sedang ada di bandara untuk liburan keluarga ke Bali.Chalista yang merasa sangat tegang karena tiba-tiba mamanya membahas itu hanya tersenyum palsu sebisa mungkin dia menyembunyikan kegelisahannya karena perutnya semakin membesar. Chalista langsung melihat ke arah Monika yang juga menatapnya dengan tatapan aneh. Anehnya perut Monika tak sebesar Chalista walaupun dia tau Monika juga sedang hamil, apa mungkin karena usia kandungan Chalista lebih besar daripada Monika?Kenapa Mayang hanya memperhatikan perubahan tubuh Chalista dibanding menantunya, Monika?“Ehm, iya Ma soalnya aku sekarang sering lembur jadinya pas subuh makan lagi deh, kayaknya aku bakal gendutan tapi gak papa yang penting aku gak setres Ma,” jawab Chalista sambil terawa cengengesan, dia sengaja mengatakan kalau dia akan menjadi gendut kedepannya agar Mayang bisa mempersiapkan diri jika melihat dia berubah nanti.“Tapi kok k