Tidak tahu kemana lagi harus mengadu atas ketidakadilan yang dia terima di dalam hidup ini. Kini Ari sedang berada depan makam sang ayah, entah sedang apa dia di sana, tetapi yang pasti pria itu tidak sedang berdoa. Menjadi anak Arman Hirawan seorang direktur utama sebuah perusahaan besar tidak ser
Aktifitas Sangga akhir-akhir ini terasa sangat tidak efektif. Bagaimana tidak, Sangga harus mempercepat jam pulang kantornya hanya agar bisa menjemput Dania. Lela yang mendera tidak dia rasa, asalkan bisa menjamin keamanan dan keselamatan sang istri yang sedang mengandung anaknya. Memasuki lobi, Sa
Kini Reisa, Ina dan juga Nungki sedang berada di food court, menikmati makanan sambil berbincang. Karena tidak ingin Leo mendengar saat mereka membicarakan Sangga, Nungki membiarkan Leo bermain game di sana. “Dania adalah keponakan saya, sebelum menikah dia tinggal bersama kami. Tetapi setelah bisa
Berbicara tentang warisan tentu adalah sesuatu yang sangat sensitive. Oleh karena itu Dania dan Ari sepakat untuk membicarakan hanya berdua saja. Dan kini paman dan keponakan itu duduk saling berhadapan di ruang kerja Ari. “Perjuanganku selama lima belas tahun ini hanya kau hargai dengan sepuluh pe
Seharusnya informasi yang didapat Sangga pagi hari ini adalah informasi yang sangat menggembirakan. Sangga akan menandatangani sebuah proyek besar yang diperkirakan akan memberi keuntungan berlimpah pada perusahaan, tetapi semua itu harus dilakukan di luar kota. Dan Sangga harus melukan perjalanan b
“Setahuku mama dan Om Sangga sudah berteman sejak dahulu. Kata Om Sangga mereka berteman sejak masih SMA.” Dania mengatakan seperti apa yang pernah Sangga ceritakan kepada dirirnya. Saat itu Sangga sedang meyakinkan Dania untuk menerima lamaran dan bersedia menikah dengannya dengan mengatakan kepad
Pertemuan dengan Nungki benar-benar merusak suasana hati Dania. Makan siang yang harusnya bisa untuk menambah tenaga, kini justru membuat Dania menjadi lemah tidak berdaya saat kembali ke kantornya. Setelah turun dari mobil Dania Melangkah dengan gontai memasuki lobi perusahaan Sari Pangan Andalan.
Hingga akhir pekan Sangga belum kembali dari perjalanan bisnisnya. Untuk mengisi hari selama menanti kedatangan sang suami, Dania pergi keluar bersama Chiara. Dua sahabat itu melakukan perawatan kecantikan bersama. Jika dahulu Chiara yang selalu membayar setiap pengeluaran saat mereka berjalan bers
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany