Pertemuan dengan Nungki benar-benar merusak suasana hati Dania. Makan siang yang harusnya bisa untuk menambah tenaga, kini justru membuat Dania menjadi lemah tidak berdaya saat kembali ke kantornya. Setelah turun dari mobil Dania Melangkah dengan gontai memasuki lobi perusahaan Sari Pangan Andalan.
Hingga akhir pekan Sangga belum kembali dari perjalanan bisnisnya. Untuk mengisi hari selama menanti kedatangan sang suami, Dania pergi keluar bersama Chiara. Dua sahabat itu melakukan perawatan kecantikan bersama. Jika dahulu Chiara yang selalu membayar setiap pengeluaran saat mereka berjalan bers
Cantik, itulah yang terlihat pada Dania hari ini. Biaya mahal yang keluar untuk perawatan kecantikan paripurna yang dilakukan oleh Dania memberikan hasil yang maksimal. Wanita hamil itu bukan hanya menjadi lebih cantik dan glowing tapi juga lebih segar, terlihat sangat siap menyambut kedatangan suam
Pandangan Santi menyapu ke seluruh ruangan untuk memastikan tidak ada yang menguping pembicaraannya dengan Dania. “Mama rasa cukup jelas perbedaan di antara mereka. Mala adalah wanita terhormat, meskipun dia seorang janda tetapi anak yang dia lahirkan jelas asal usulnya. Sedangkan Nungki, dia mengg
Sangga membuka pintu dengan perlahan, dilihatnya Dania yang sedang tertidur pulas. Penuh hati-hati Sangga menghampiri, berusaha untuk tidak mengganggu istirahat istri kecilnya. Hanya kecupan kecil di pelipis yang Sangga harap dapat meredakan rasa rindu yang mendera. Sesaat Sangga menikmati hembusan
“Apa itu penting untukmu?” tanya Sangga dengan tatapan mata yang tajam tertuju pada Dania. “Setidaknya aku tahu apa yang harus aku lakukan saat bertemu dengan mereka.” “Lalu apa yang akan kamu lakukan?” Untuk pertanyaan kali ini terdengar sangat intimidatif. Dania terdiam karena memang tidak tahu
Sangga melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, kabar buruk yang menimpa Dania membuatnya seperti kehilangan setengah kewarasannya. Beruntung dia masih selamat dan bisa memarkirkan mobil mewahnya di area parkir rumah sakit. Dengan langkah yang tergesa-gesa dan setengah berlari, Sangga langsung me
Saat mata Dania terbuka, wajah Sangga adalah yang pertama kali dilihatnya. Ternyata suaminya juga tertidur bersamanya, sepertinya dia masih lelah setelah perjalanan bisnis kemarin. Dania menatap wajah Sangga dengan saksama, mencoba mencari kemiripan di antara mereka. Dania merasa apa yang diucapkan
Lima tahun telah berlalu, kini Pillar dan Pijar sudah sekolah, dan tentunya menambah kesibukan baru bagi Dania. Keinginannya untuk kembali ke perusahaan warisan kedua orang tuanya tampaknya memang harus dia urungkan demi menjaga tumbuh kembang anak-anaknya. “Kakak Pillar jagain adik, ya!” ucap Dani
Dania tampak ragu-ragu saat mengangkat panggilan dari nomor yang tidak dikenalnya, tetapi karena terus berulang akhirnya Dania pun menjawabnya. "Halo!" sapa Dania dengan suara lirih dan ragu-ragu. "Dengan Bu Dania Adityawarman?" Terdengar suara seorang pria dari ponsel Dania. "Ya, saya sendiri."
Hari bahagia Chiara dan Cyrus akhirnya datang juga. Meskipun tanpa kehadiran Dania, acara tersebut berjalan dengan khidmat dan penuh haru. Suasana hening tercipta kala penghulu yang duduk di hadapa Cyrus mulai menggenggam tangan pengacara muda itu dengan erat, seolah memberi tanda bahwa akad nikah
Dengan jemari yang masih saling bertautan Dion dan Reisa melangkah menuju ke poli kandungan seperti yang disarankan oleh dokter sebelumnya. Dion menoleh ke samping, menatap wajah sang istri yang terlihat sangat tegang “Bagaimana jika hasilnya negative?” tanya Reisa dengan suara lirih dan terdengar
Di bawah sinar matahari pagi, di taman yang dipenuhi dengan warna-warni bunga dan kupu-kupu yang berterbangan, Dania tampak sedang duduk di kursi taman sambil memangku si kecil, Pijar. Dania sengaja menjemur putrinya berharap mendapat manfaat dari sinar matahari pagi. Sementara itu di sudut yang be
Pagi ini Dion tampak berbeda, biasanya setelah menjalankan ibadah pagi dia akan berolahraga sebentar untuk menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat dan fit karena sebagai pimpinan di Sari Pangan Andalan aktivitasnya semakin padat. Namun pagi ini dia justru kembali tidur, dan terlihat tidak berseman
Jika saat masih di rumah Ina mengatakan agar Reisa memangku anak Dania agar diompoli dan bisa segera hamil, tetapi kenyataan berbeda terjadi saat mereka sudah berada ruang perawatan Dania. Ina justru terlihat memonopoli bayi mungil itu dan tidak memberi kesempatan kepada Reisa untuk memegangnya. Di
“Aku tidak mau ikut,” ucap Reisa yang justru meringkuk di atas kasur setelah Dion mengajaknya untuk menjenguk Dania yang baru saja melahirkan. “Kenapa?” tanya singkat Dion didahului oleh hembusan napas kasar. “Mama sudah siap di bawah, katanya mau ketemu sama cucunya,” sambung Dion mencoba merayu R
Lega rasanya hati Sangga, bukan hanya proses kelahiran anak keduanya yang berjalan lancar, tetapi juga karena keluarga kecilnya kini terasa lengkap dengan dua anak, lelaki dan perempuan. Setelah bayi mungil itu dibersihkan, kini sudah berada Bersama kedua orang tuanya. Tanpa Dania sadari air matany