Emily mengepang rambut coklat terangnya dengan senang. Besok adalah hari pertunangan Kakaknya dan seorang wanita cantik bernama Alyssa. Meski mereka sudah matang mempersiapkan hari itu. Tapi entah kenapa Emily gugup. Dia takut calon kakak iparnya itu tidak diterima oleh keluarganya, terutama oleh ibunya Amretha. Emily takut Alyssa tau kalau keluarganya tidak seharmonis yang orang-orang pikirkan. Emily takut wanita cantik itu menjauh seperti teman-temannya yang lain. Emily takut sendirian lagi di dunia yang menakutkan ini. Dia punya Emilio, tapi entah kenapa dia selalu merasa ada batas-batas yang harus dia jaga dengan kakak laki-lakinya itu. Karena faktanya, Emilio tak bisa selalu ada di sisinya. Emily menarik sweeternya pelan. Dia mengambil kapas yang sudah dibasahi air dan menyapukannya ke leher dan sikut juga beberapa bagian lengannya sendiri. Bekas ungu kemerahan mulai terlihat diantara lekuk-lekuk cantik dan beberapa bagian tubuh gadis itu
"Showroom mobil?" Naya dan Zavier sama-sama mengerutkan alis begitu mobil Kayasaka terparkir di garasi bawah tanah sebuah showroom mobil. "Bukankah mobilmu sudah banyak? Untuk apa lagi?" Tanya Naya heran, turun setelah Kayasaka membukakan pintu mobil untuknya. "Bukan untukku. Untuk bocah menyebalkan itu!" Tunjuk Kayasaka pada Zavier yang baru saja keluar dengan boneka kelincinya. "A-apa? Hyung kau tak bercanda!?" Tanya Zavier setengah tak percaya. Matanya berbinar begitu mendengar perkataan Hyungnya sendiri yang akan memberikannya sebuah mobil. Kayasaka tak merespons antusiasme pemuda itu. Tanpa kata mengambil boneka kelinci dari pangkuan Zavier dan membuka wortel kelinci yang memang punya resleting itu. Kayasaka lalu melemparkan satu benda kecil dari sana yang dengan sigap langsung ditangkap oleh Zavier. "Kunci mobil? Kau sudah memilihkan mobilnya untukku?""Cari saja di dalam." Kata Kayasaka masih misterius.
"ARRANAYA!!!" Kayasaka menangkap tubuh Naya yang hampir tersungkur ke lantai setelah tertembak tepat di dada kirinya. Cairan merah langsung mengalir dari sana. Napas wanita itu tersengal-sengal, seiring oksigen yang menipis di antara kedua paru-parunya. Semuanya terjadi begitu cepat. Kayasaka bahkan tak sempat menyelamatkan wanitanya itu. Dengan penuh amarah, Kayasaka meraih pelatuk pistolnya. Tangannya sedikit bergetar karena bahu kanannya yang terluka. Dia mengarahkan pistol itu pada penembak yang baru saja menembak istrinya, dan dengan sekali tembakan Kayasaka bisa melumpuhkan musuhnya itu tepat di titik vital. Setelahnya, Kayasaka melihat ke arah Naya yang terkulai dalam pelukannya. Blouse putih wanita itu terlihat langsung berubah warna. Bau anyir darah langsung menusuk hidung. Naya yang sebelumnya linglung, meraba dadanya sendiri, dengan samar dia bisa melihat cairan merah itu sudah memenuhi tangannya yang dingin. "K-kayasaka ... " napas Naya tersengal. Wanita itu terliha
"Arranaya? Apa kau bisa mendengarku?!" Teriak Kayasaka tepat setelah masuk ruangan ICU. Lelaki itu masuk dengan sangat kalut diikuti Zavier di belakangnya. "Noona!" Teriak Zavier tak kalah lantang memanggil Noona kesayangannya. "Kumohon jangan begini! Dokter! Selamatkan dia Dokter!" Kayasaka menarik kerah jas dokter di sampingnya. Berteriak frustrasi, melihat Naya nyatanya tak merespons ucapannya sama sekali. Atmosfer di ruangan ICU itu dingin sekaligus mencekam. Menusuk setiap sendi tulang Kayasaka dan Zavier. Nyeri. Dia tak percaya, kabar bahagia yang dia terima setelah operasi Naya berhasil, berubah jadi kabar duka dalam sepersekian menit karena komplikasi. Ini tak masuk akal! Tentu saja siapa yang mempercayai kenyataan gila seperti ini!"Noona ... kumohon bangun Noona!" Zavier mendekat putus asa. Air matanya membajiri pipinya yang putih. Lututnya lemas di samping wanita yang kini terbaring pucat itu. "Pak anda
"Bagaimana? Apa kau sudah menelpon Bibi Marry? Kapan dia akan datang?"Kayasaka langsung menodong Zavier dengan pertanyaan begitu lelaki itu tiba di ruangan rawat Naya yang luas. Kayasaka memang menyewa kamar VVIP paling mewah di antara semua kamar yang ada di rumah sakit ini. Di ruangan ini bahkan ada sofa luas, pantry juga toilet yang tentunya terhubung ke kamar tempat Naya berbaring. Jadi Kayasaka masih bisa melakukan pekerjaannya sembari memantau kondisi Naya. "Katanya Bibi Marry akan datang 1 jam lagi. Dia juga mengabari kalau ada seseorang yang datang ke rumahmu untuk mencari Noona." Jawab Zavier sembari duduk di sofa samping Kayasaka. "Siapa?" Kayasaka menoleh sebentar, mengalihkan pandangannya dari Naya yang masih terbaring. "Katanya namanya Bibi Anne, kalau tidak salah aku pernah bertemu dengannya di rumah lama Noona. Dia orang yang merawat Noona sejak kecil. Bibi Marry bertanya, apa dia boleh ke sini?"Kayasaka berpikir sebentar, tak lama langsung menyetujui perkataan Za
"Pulanglah dulu. Kau belum pulang sejak kemarin malam 'kan?" Kayasaka menyarankan hal itu pada Zavier yang masih sibuk dengan laptopnya. Keduanya saat ini masih ada di ruangan kerja Kayasaka. Dari siang, mereka berdua berkutat di ruangan ini. "Aku bisa pulang nanti, Hyung." Zavier menolak halus. Sesekali mencomot roti isi yang dibuatnya di dapur beberapa menit yang lalu. "Jangan memintaku untuk memaksamu dua kali, bocah. Pergilah, temui aku di rumah sakit saat nanti malam.""Bagaimana dengan rencana dan persiapannya?""Aku akan mengurus sisanya. Kau pergilah, jangan lupa urus dulu urusan kuliahmu.""Hyung, aku bisa mengajukan cuti.""Kau gila? Beberapa bulan lagi kau lulus. Apa kau ingin menghabiskan uangku lebih banyak?" Sindir Kayasaka galak. Zavier tertawa renyah, dia tau Kayasaka mengkhawatirkan kehidupannya karena selama ini Zavier memang lebih sering mengurus urusan Kayasaka dari pada urusannya sendiri.
Malam harinya, Kayasaka dan Zavier tengah bersiap-siap. Keduanya kini masih ada di ruangan rawat Naya. Mereka berdua telah selesai menyusun rencana, dan semua persiapan mereka sudah selesai. "Ya. Mereka sudah menunggu kita di atas lantai rumah sakit ini, Hyung. Kita akan pergi sesuai rencana. Aku juga sudah menghubungi Daniel untuk bala bantuan."Kayasaka tersenyum tipis, "baguslah." Katanya sembari mengenakan jas hitamnya. "Lucu ya, dulu kau sering bertengkar dengannya. Tapi sekarang dialah yang membantu kita." Kata Zavier tertawa, lelaki itu kini berpakaian formal dengan setelan jas yang sangat cocok pada tubuh atletisnya. Dia agak sedikit tak menyangka, Daniel Aglerio yang sedikit arogan nyatanya berteman baik dengan Hyungnya yang dingin dan bermulut pedas. Keduanya selalu beradu mulut saat ada perjamuan dikalangan mafia atau pembisnis gelap. Tak ada kecocokan yang orang lain lihat dari keduanya. Tapi siapa sangka, hubungan kebenci
Kayasaka menjatuhkan teleponnya. Tanpa kata berlari setelah mendengar penuturan Bibi Marry soal Naya. "Hyung! Ada apa?!"Zavier yang tak tau apa-apa langsung mengikuti langkah Hyungnya yang terlihat panik tidak karuan. Kayasaka terlihat berlari setengah sadar dari atap dini hari itu, lelaki itu tak peduli apa pun yang terpenting baginya saat ini adalah pergi ke ruangan Naya secepat yang dia bisa. Jantung Kayasaka berpacu dengan cepat begitu dia sudah ada di depan ruangan rawat Naya yang masih dijaga beberapa bodyguard yang dia sewa. Lelaki itu membuka pintu ruangan, membuat orang yang ada di dalam sana terkejut sekaligus lega mengetahui siapa yang masuk dengan penampilan berantakannya. "Tuan ... Nyonya sudah sadar."Kaki Kayasaka lemas mendengar penuturan Bibi Marry yang terisak. Matanya ikut memanas, melihat wanita di ranjang rumah sakitnya terlihat membuka mata dan tersenyum ke arahnya. Rasanya