Home / Romansa / Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder / Kehilangan Benda Paling Berharga

Share

Kehilangan Benda Paling Berharga

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-20 14:45:07

Setelah Rita berpamitan pulang, Rania membawa dirinya ke kamar. Aroma khas yang menyambutnya begitu menenangkan, seperti pelukan hangat yang sudah lama dirindukannya. Kamar itu sederhana, tapi setiap sudutnya memancarkan cinta dan kenyamanan. Ia berjalan perlahan, lalu duduk di kursi dekat jendela. Pandangannya menembus kaca, melihat bintang-bintang yang berkerlap-kerlip di langit. Di atas ranjang, Bintang sudah terlelap, napas kecilnya terdengar ritmis dan damai.

“Terima kasih, ya Allah,” bisik Rania pelan. Hatinya penuh dengan rasa syukur.

Tak lama, Cucu masuk ke kamar dengan secangkir wedang jahe hangat di tangannya. Aroma jahe itu segera mengisi ruangan, menciptakan suasana yang semakin nyaman.

“Minumlah ini, Nak. Wedang jahe kesukaanmu. Biar tubuhmu hangat,” ujar Cucu lembut sambil menyerahkan cangkir itu kepada Rania.

Rania tersenyum kecil, menerima cangkir itu dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Bu.”

Cuc

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (14)
goodnovel comment avatar
Fatimah Azzahra
aku baca kok berasa cosplay jd bu ratih ya,rasanya pengen cepet² lihat hasil tes DNA nya
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
gelang giok itu mungkin satu bukti kalau Rania adalah seseorang yg lain atau mungkin Rania memang Clarissa tp tes DNA lebih akurat nanti yah,cuma jangan saja nanti itu gelang di akui orang lain yg punya hati jahat
goodnovel comment avatar
wieanton
Rania gk percaya klo Bastian sampai segitunya, nanti klo ketemu Bastian hrs kasih tau jg ttng Maya itu.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Perhatian Dan Banyak Cinta

    Pagi itu, suasana rumah Rania tampak lebih hidup. Beberapa tetangga terdekat berdatangan membawa buah tangan—berupa makanan, buah, bahkan beberapa perlengkapan kecil untuk membantu Rania selama masa pemulihannya. Aroma teh hangat dan kudapan yang disuguhkan oleh Cucu memenuhi ruang tamu sederhana itu.Citra dan Icha, yang selama ini membantu menjaga Bintang dan menemani Cucu, juga datang dengan senyum cerah. Citra bahkan membawa sup ayam yang baru saja dimasaknya di rumah.“Mbak Rania harus makan ini. Supnya masih hangat,” ujar Citra sambil menyerahkan mangkuk sup kepada Rania.“Terima kasih, Citra,” ucap Rania dengan senyum lembut. “Aku nggak tahu harus bilang apa. Kalian semua terlalu baik.”“Sudahlah, Mbak,” Icha menimpali. “Mbak itu sudah seperti keluarga kami. Tentu kami peduli.”Rania tersenyum haru, menatap satu per satu wajah yang ada di depannya. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ia dikelilingi orang-orang yang begitu perhatian.Salah seorang tetangga, Bu Wati, duduk mendek

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Kecil Dari Bastian

    Pagi itu, suara mesin mobil berhenti di depan halaman rumah Rania. Dari dalam mobil mungil berwarna putih, Bastian keluar dengan senyum percaya diri. Ia melangkah mendekati pintu rumah, di mana Cucu sudah menyambutnya.“Selamat pagi, Bu Cucu,” sapanya sambil membawa kunci mobil di tangannya.“Pagi, Nak Bastian. Wah, mobil siapa itu? Baru, ya?” tanya Cucu penasaran.Bastian hanya tersenyum. “Iya, Bu. Saya mau kasih kejutan kecil buat Rania.”Cucu tersenyum ramah, meski ia tidak sepenuhnya yakin bagaimana Rania akan menerima “kejutan kecil” itu. Ia mempersilakan Bastian masuk, sementara Rania keluar dari kamarnya setelah mendengar suara tamu.“Selamat pagi, Rania,” sapa Bastian, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Pagi, Bastian. Ada apa pagi-pagi begini?” tanya Rania, alisnya sedikit terangkat karena penasaran.Bastian mengeluarkan kunci mobil dari saku dan menyerahkannya kepada Rania. “Ini untukmu. Aku tahu kamu kehilangan mobilmu, jadi aku belikan mobil ini sebagai pengganti.”Rania

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Menjemput tes DNA

    Di ruang pribadi kantor Maya yang dihiasi dengan perabot mewah bernuansa modern, Maya duduk di kursi kulit hitamnya. Tangannya sibuk mengetuk layar ponsel, mencoba menghubungi seseorang. Namun, setiap kali ia mencoba, suara monoton dari operator selalu terdengar: Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.Maya mengernyitkan dahi, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. “Kemana mereka? Kenapa tidak bisa dihubungi?” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Ia mencoba lagi, tetapi hasilnya sama. Frustrasi mulai menjalari pikirannya. Sudah dua minggu berlalu sejak ia memerintahkan penyekapan itu. Saking sibuknya dengan pekerjaan dan kehidupan sosialnya, ia hampir lupa. Namun, kini bayangan Rania kembali menghantui benaknya.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Suara langkah tegas diikuti dengan suara familiar yang menghentikan kegelisahannya.“Ada apa?” tanya Bastian sambil melangkah masuk, alisnya sedikit teran

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Permintaan Bintang

    Lembang, kediaman Rania.Rania berdiri di ambang pintu, menatap mobil city car mungil yang sudah dua hari terparkir rapi di garasi rumahnya. Warnanya yang putih bersih tampak kontras dengan dinding garasi yang mulai memudar. Meski mobil itu tampak baru dan layak digunakan, Rania tidak pernah sekalipun mendekatinya sejak ia memindahkannya dari halaman depan.Pikirannya penuh keraguan. Ia bingung harus bagaimana dengan mobil itu. Rasanya tidak mungkin ia mengembalikannya, tapi menerimanya begitu saja juga terasa salah. Sejak kehadiran mobil itu, setiap kali ia memandangnya, perasaan campur aduk selalu muncul—antara rasa terima kasih dan keengganan untuk menerima sesuatu dari Bastian.Cucu, yang sedang duduk di ruang tengah sambil merajut, memperhatikan putrinya dari kejauhan. Ia tahu apa yang ada di pikiran Rania. Sebagai seorang ibu, ia bisa membaca keresahan itu dari gerak-gerik putrinya yang selalu melamun setiap kali melihat mobil tersebut.&ldquo

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kenyataan Yang Mengejutkan

    Pagi yang cerah di Cimahi seakan menjadi saksi dari momen penting dalam hidup Rita dan Boby. Mereka duduk berdua di hadapan dokter Rini, perasaan campur aduk memenuhi hati mereka. Ketegangan, harapan, dan ketakutan bercampur menjadi satu. Ketika dokter menyerahkan amplop itu, jantung Rita seakan berhenti berdetak sejenak. Tangannya gemetar saat meraih amplop putih yang terasa begitu berat, seolah berisi seluruh jawaban dari pencariannya selama bertahun-tahun.“Silakan dibuka, Bu Rita,” ujar dokter Rini dengan senyum hangat yang berusaha menenangkan.Rita menoleh ke arah Boby yang duduk di sampingnya. Tatapan pria itu penuh dukungan, meski matanya juga tidak mampu menyembunyikan kecemasannya. Dengan napas yang ditahan, Rita membuka amplop itu perlahan, menarik keluar selembar kertas dengan tulisan formal yang memenuhi halaman.Matanya langsung bergerak cepat membaca isi surat itu. Hanya butuh beberapa detik hingga kata-kata "99,99% kecocokan biologis" tertangkap oleh pandangannya. Tang

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membeli Semuanya Untuk Rania

    Setibanya di kota Bandung, Rita meminta sang sopir untuk mampir di salah satu mall besar di sana. Rita memandang megahnya bangunan dengan perasaan penuh semangat. Ia menggenggam tangan Boby erat, lalu melangkah masuk ke dalam mall bersama sang sopir pribadi yang setia mengikuti mereka dari belakang.Tanpa membuang waktu, Rita mengarahkan langkah menuju toko mainan terbesar di mall tersebut. “Mas, lihat boneka itu! Lucu sekali untuk Bintang, ya?” ujarnya sambil menunjuk sebuah boneka beruang besar dengan mata berbinar. Boby hanya tersenyum dan mengangguk, menikmati antusiasme istrinya.Tak hanya boneka, Rita membeli aneka mainan lainnya. Mobil-mobilan, puzzle edukasi, dan balok kayu berwarna-warni. “Bintang pasti suka ini,” kata Rita sambil memeluk satu set mainan dokter-dokteran.Setelah puas di toko mainan, mereka melanjutkan perjalanan ke toko pakaian. Rita memilihkan pakaian-pakaian lucu untuk Bintang, lalu mengambil beberapa setel pakaian hangat dan kasual untuk Rania dan Cucu. “M

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegangan Di Ruang Tamu

    Sore itu di Lembang, suasana terasa hangat meski angin sejuk khas pegunungan tetap berhembus lembut. Matahari memancarkan sinar terang, menciptakan kilauan di atas dedaunan yang basah oleh embun pagi. Di depan sebuah rumah sederhana, mobil SUV putih berhenti perlahan. Warna catnya yang masih berkilauan mencerminkan betapa kendaraan itu sangat terawat.Cucu, yang sedang menyapu halaman dengan sapu lidi, menghentikan gerakannya. Matanya sedikit menyipit menatap ke arah mobil yang baru saja berhenti. Ia memperhatikan seorang wanita anggun keluar dari kursi penumpang diikuti oleh seorang pria tegap yang menyusul dari sisi pengemudi.“Bu Rita?” sapa Cucu dengan nada ragu, namun ramah.Rita tersenyum lebar, melangkah mendekati Cucu dengan penuh kehangatan. “Ibu Cucu, apa kabar? Kami datang untuk berkunjung. Maaf mengganggu waktunya.”Cucu tersenyum tulus, sedikit tertegun melihat keduanya datang secara mendadak. “Tidak mengganggu,

    Last Updated : 2024-12-23
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Rania Belum Bisa Menerima

    Rania masih terpaku, ia membeku. Keningnya mengernyit, sementara Cucu mulai membuang muka. Ia terlihat sangat gelisah.“Apa maksud Ibu?” Rania akhirnya bersuara, suaranya pelan dan terdengar tidak yakin. “Saya tidak mengerti...”Boby, yang sejak tadi diam, akhirnya angkat bicara. “Rania, atau lebih tepatnya, Clarissa... kami sudah melakukan tes DNA. Hasilnya menunjukkan 99,99% kecocokan. Kamu adalah anak biologis kami.”Cucu menggenggam tangan Rania dengan erat, mencoba menenangkan wanita itu yang kini terlihat gemetar. “Rania... apa yang mereka katakan ini...”Rania berdiri tiba-tiba, wajahnya penuh kebingungan dan emosi. “Ini tidak mungkin... Saya... saya tidak tahu apa yang kalian bicarakan...”“Sayang, kami tahu ini sulit diterima,” ujar Rita, berdiri dan mencoba mendekati Rania. “Tapi kami punya bukti. Semua ini benar. Kamu adalah Clarissa, putri kami yang hilang sejak kecil.”Rania melangkah mundur, air matanya mulai mengalir. “Tidak... ini tidak mungkin... Saya hanya Rania, buk

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegasan Rania

    Malam menjelang, suasana di kamar Rania terasa begitu hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar di sela-sela lamunannya. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk lutut sambil menatap kosong ke arah jendela yang sedikit terbuka. Angin malam yang sejuk menyelinap masuk, mengusap lembut wajahnya yang terlihat sendu.Kehadiran Bastian tadi siang benar-benar mengusik pikirannya. Entah kenapa, ada perasaan yang sulit ia jelaskan setiap kali berhadapan dengan pria itu. Apalagi, saat melihat bagaimana Bastian memandang Bintang—anak yang selama ini ia besarkan sendiri tanpa kehadiran seorang ayah.Satria juga ada di sana. Pria itu seolah tidak pernah menyerah untuk mendekatinya dan berusaha mengambil peran dalam hidupnya dan Bintang. Rania menghela napas berat. Kepalanya semakin penuh dengan berbagai pikiran yang berputar tanpa henti.Tiba-tiba, suara nada dering ponselnya membuyarkan lamunannya. Dengan ragu, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas. Nama Bastian terpampang jel

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pertemuan yang Penuh Ketegangan

    Hari itu, udara Bandung terasa sejuk dengan semilir angin yang menyusup di sela-sela pepohonan. Di rumah keluarga Rania, suasana terasa hangat. Di ruang makan, meja panjang telah dipenuhi hidangan, tanda mereka bersiap untuk makan siang bersama. Rania duduk bersama kedua orang tuanya, Rita dan Boby, serta ibu angkatnya, Cucu. Satria juga ada di sana, duduk di samping Bintang, sambil bercanda dengan bocah kecil itu.Tawa Bintang mengisi ruangan. Anak itu begitu riang ketika Satria menunjukkan cara membuat origami sederhana dari tisu."Om Satria bisa bikin ini lagi?" tanya Bintang sambil memegang hasil origami berbentuk burung kecil."Tentu, Bintang. Om bisa buat yang lebih bagus lagi kalau kamu mau," jawab Satria sambil tersenyum hangat.Namun, suasana ceria itu tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara bel dari pintu depan. Semua kepala menoleh ke arah sumber suara."Siapa, ya?" gumam Rita sambil melirik Rania."Aku buka pintu, Ma," ujar Rania sambil beranjak.Saat pintu terbuka, Rani

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maaf, Aku Tidak Suka!

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela ruang keluarga rumah Rania. Di atas meja, beberapa cangkir teh hangat tersusun rapi, sementara di ruang tamu terdengar tawa renyah Bintang yang sedang bermain di atas karpet bersama mobil-mobilan kecilnya.“Ma, lihat ini!” teriak Bintang sambil menunjukkan mainan barunya yang kemarin ia beli bersama Rania.Sebelum Rania sempat menjawab, suara bel rumah berbunyi.“Sebentar, Bintang,” kata Rania sambil melangkah ke pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pria dengan setelan kasual—kaus putih dan celana jeans—tersenyum hangat. Satria, pria yang belakangan ini sering mampir ke rumah Rania, berdiri dengan sebuah kantong kertas besar di tangannya.“Pagi, Rania. Ini untuk Bintang,” ujarnya sambil menyerahkan kantong itu.Rania melirik kantong tersebut, lalu ke arah Satria dengan ekspresi sedikit bingung. “Kamu nggak perlu repot-repot setiap kali datang, Mas.”Satria hanya tertawa kecil. “Aku nggak merasa repot, kok. Aku senang bisa membawakan sesua

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dunia Baru Maya

    Kepulan asap pesawat terbang tampak membumbung tinggi di udara Bandara Soekarno-Hatta. Maya berdiri di tepi jendela kaca besar di ruang tunggu, memandang ke arah landasan pacu. Matanya kosong, wajahnya lelah, tetapi bibirnya tetap membentuk garis tegas seolah ia tidak ingin menunjukkan kelemahan. Di tangannya, paspor dan tiket penerbangan ke Frankfurt, Jerman, tergenggam erat.Hari ini, segalanya berubah. Perceraian yang baru saja disahkan beberapa minggu lalu telah menghapus statusnya sebagai istri dari Bastian, seorang pengusaha ternama di Jakarta.“Bu Maya, sudah waktunya boarding,” suara sopir pribadinya memecah keheningan.Maya menoleh sekilas. “Kamu pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkan,” jawabnya singkat.Pria itu mengangguk hormat sebelum pergi, meninggalkan Maya sendirian.Maya menarik napas panjang dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Sepanjang langkahnya, ingatan tentang rumah megah yang pernah ia tinggali bersama Bastian menghantui pikirannya. Di sana, ia pern

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kerinduan Terhadap Kampung Halaman

    Pagi ini, aroma embun bercampur harum bunga dari taman rumah Rania membuat suasana terasa sejuk. Udara segar Bandung menjadi pelengkap sempurna untuk perjalanan menuju Lembang. Sebuah mobil SUV hitam mewah sudah terparkir rapi di depan rumah, menunggu penumpangnya.Seorang sopir pribadi berdiri di sisi mobil, mengenakan seragam rapi, sementara seorang bodyguard berjaga tidak jauh darinya. Tugas mereka hari ini adalah memastikan perjalanan keluarga Rania berjalan lancar dan aman.Rania muncul dari dalam rumah, mengenakan pakaian kasual tetapi tetap elegan. Rambutnya yang tergerai membuat wajahnya terlihat segar meski kesibukan akhir-akhir ini menguras energinya. Di sampingnya, Bintang berlari kecil dengan semangat khas anak kecil, menggenggam tangan boneka superhero kesayangannya.“Mama, nanti di Lembang kita bisa lihat bunga banyak, kan?” tanya Bintang dengan mata berbinar.“Tentu saja, Sayang,” jawab Rania sambil mengusap kepala p

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keteguhan Hati Bastian

    Siang itu, matahari menyinari gedung perkantoran megah yang menjadi pusat kesibukan Bastian sehari-hari. Di lantai paling atas, ruangan kantor Bastian tampak luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta yang sibuk. Suasana ruangan beraroma kopi dan kayu cedar, mencerminkan kepribadian Bastian yang tegas dan profesional.Seorang asisten mengetuk pintu sebelum membukanya. “Pak Bastian, ada Bu Ami dan Pak Gery yang ingin bertemu.”Bastian, yang tengah duduk di belakang meja kerjanya, menghentikan pekerjaannya sejenak. Ia menatap asistennya dengan ekspresi tenang. “Persilakan mereka masuk.”Beberapa saat kemudian, Ami dan Gery memasuki ruangan. Ami mengenakan gaun pastel elegan, sementara Gery terlihat rapi dalam setelan formal. Mereka memasang senyum ramah, meskipun ketegangan terlihat di mata mereka.“Selamat siang, Mami, Papi,” sapa Bastian sambil berdiri dan menjabat tangan mereka. “Silakan duduk.”“Terima kasih, Nak,” jawab Ami dengan nada lembut, berusaha me

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Seketika Marah

    Pagi itu, sinar matahari yang hangat menerobos masuk melalui jendela besar di ruang makan. Aroma roti panggang yang baru keluar dari oven bercampur dengan wangi kopi hitam yang pekat memenuhi udara, menciptakan suasana nyaman di rumah keluarga Rania.Di meja makan besar, keluarga kecil itu berkumpul. Boby dan Rita duduk di sisi kepala meja, sementara Cucu, ibu angkat Rania, duduk bersebelahan dengan Bintang yang sibuk menyendokkan bubur ke mulut kecilnya. Rania, mengenakan gaun rumah sederhana berwarna pastel, duduk di sisi lain meja, tampak menikmati secangkir teh hangat.“Mama, tolong minta rotinya,” pinta Bintang dengan suaranya yang riang.Rania tersenyum, mengambil sepotong roti panggang dan menyerahkannya ke tangan kecil putranya. “Pelan-pelan makannya, Sayang. Jangan sampai tumpah lagi, ya.”“Iya, Ma,” jawab Bintang dengan pipi yang sudah menggembung karena bubur.Suasana pagi itu begitu hangat, dipenuhi c

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Berita Yang Mengusik

    Hujan deras mengguyur Bandung sejak semalam, menciptakan suasana dingin dan temaram yang terasa menusuk hingga ke tulang. Di dalam kamar bernuansa krem yang hangat, Rania duduk di tepi ranjang, menggenggam ponselnya dengan wajah terkejut. Portal berita yang terpampang di layar menampilkan sebuah judul yang membuat dadanya berdebar."Pebisnis Ternama Bastian Pramudista Akan Ceraikan Istrinya, Maya Kartika!"Rania membaca ulang judul itu, seolah ingin memastikan bahwa matanya tidak salah menangkap kata-kata yang terpampang di sana. Ia menelusuri artikel tersebut, membacanya perlahan dengan alis berkerut.Keputusan itu tak disangka. Bastian, pria yang dulu pernah mengisi ruang hatinya, kini menjadi pusat perhatian publik karena rencana perceraian ini. Nama Maya disebut-sebut terlibat dalam skandal yang mencoreng reputasi keluarga mereka.“Bastian...” bisik Rania lirih, hampir tidak percaya.Ia meletakkan ponselnya di samping, menarik napas panjang, lalu memandang keluar jendela. Rintik h

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Bulat Bastian

    Sore ini, Bastian duduk di ruang kerjanya dengan ekspresi wajah yang gelap. Di atas mejanya, berkas-berkas yang menjadi bukti nyata perselingkuhan Maya dan penyelewengan dana yang dilakukan bersama Ronal terhampar dengan jelas. Semua bukti telah ia kumpulkan, dari laporan transaksi mencurigakan hingga foto-foto dan pesan-pesan pribadi yang tidak dapat disangkal lagi.Bastian mengepalkan tangannya, mencoba mengendalikan amarah yang bergejolak dalam dadanya. Namun, semakin ia melihat bukti-bukti itu, semakin sulit baginya untuk menahan diri. Pernikahan yang ia jaga dengan segala usahanya ternyata dihancurkan begitu saja oleh orang yang seharusnya menjadi pasangannya.“Cukup sudah,” gumamnya, suaranya penuh dengan kemarahan yang tertahan.Ia mengambil tumpukan dokumen itu, lalu melangkah cepat menuju kamar utama. Pintu kamar didorongnya dengan keras, membuat Maya yang sedang duduk di depan cermin berdandan terkejut.“Bastian?” Maya berbalik, menatap suaminya dengan bingung.Bastian tidak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status