Home / Romansa / Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder / Bertemu Lagi Dengan Bintang

Share

Bertemu Lagi Dengan Bintang

Author: NHOVIE EN
last update Last Updated: 2024-12-20 13:29:29

Mobil SUV putih itu melaju tenang, menyusuri jalanan menuju Lembang. Di dalam kabin yang nyaman, tawa kecil sesekali terdengar dari Rania dan Rita yang bercengkrama sepanjang perjalanan. Suasana hangat itu hampir membuat Rania lupa sejenak tentang penderitaan yang baru saja ia lalui.

Ketika mobil akhirnya berhenti di depan halaman rumah sederhana Rania, seketika hatinya membuncah. Ia menatap rumah itu dengan mata berkaca-kaca. Sudah lebih dari seminggu ia terpisah dari tempat itu, dari ibunya, dan dari Bintang.

“Saya pulang, Bu Rita,” ucap Rania dengan suara pelan, namun penuh keharuan.

Rita tersenyum lembut. “Ayo, Rania. Kita turun. Aku juga ingin sekali bertemu keluargamu.”

Rania mengangguk, lalu membuka pintu mobil dengan hati yang penuh harap. Begitu kakinya menyentuh tanah, matanya tidak lepas menatap rumah itu, seperti ingin memastikan kalau semua ini nyata.

Dari dalam rumah, terdengar suara langkah tergesa. Pintu depan terbuka lebar, dan sosok Cucu muncul di ambang pintu. Wajah
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (11)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
kalau tes itu benar membuktikan Rania adalah Clarissa anak nya Bu Rita yg hilang terus bagaimana kedepannya yah apa Rania bakal di suruh balik ke keluarga kandungnya atau tetep bersama Bu cucu
goodnovel comment avatar
wieanton
lunas udah ya ran rasa rindu ke bintang jg ibu mu terobati skrg stlh bbrp hari menghilang dan berakhir selamat.
goodnovel comment avatar
wieanton
kirain Bu Rita ada ingat2 siapa Bu cucu tp enggak, jd emang Bu cucu gk ada kaitannya sm keluarga Bu Rita. smp saat ini rahasia siapa rania msh blm terungkap. gmn Bu cucu gk sayang Rania, hny Rania yg dia punya dr dlu hingga skrg, bagi Bu cucu Rania adalah segalanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kehilangan Benda Paling Berharga

    Setelah Rita berpamitan pulang, Rania membawa dirinya ke kamar. Aroma khas yang menyambutnya begitu menenangkan, seperti pelukan hangat yang sudah lama dirindukannya. Kamar itu sederhana, tapi setiap sudutnya memancarkan cinta dan kenyamanan. Ia berjalan perlahan, lalu duduk di kursi dekat jendela. Pandangannya menembus kaca, melihat bintang-bintang yang berkerlap-kerlip di langit. Di atas ranjang, Bintang sudah terlelap, napas kecilnya terdengar ritmis dan damai.“Terima kasih, ya Allah,” bisik Rania pelan. Hatinya penuh dengan rasa syukur.Tak lama, Cucu masuk ke kamar dengan secangkir wedang jahe hangat di tangannya. Aroma jahe itu segera mengisi ruangan, menciptakan suasana yang semakin nyaman.“Minumlah ini, Nak. Wedang jahe kesukaanmu. Biar tubuhmu hangat,” ujar Cucu lembut sambil menyerahkan cangkir itu kepada Rania.Rania tersenyum kecil, menerima cangkir itu dengan tangan gemetar. “Terima kasih, Bu.”Cuc

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Perhatian Dan Banyak Cinta

    Pagi itu, suasana rumah Rania tampak lebih hidup. Beberapa tetangga terdekat berdatangan membawa buah tangan—berupa makanan, buah, bahkan beberapa perlengkapan kecil untuk membantu Rania selama masa pemulihannya. Aroma teh hangat dan kudapan yang disuguhkan oleh Cucu memenuhi ruang tamu sederhana itu.Citra dan Icha, yang selama ini membantu menjaga Bintang dan menemani Cucu, juga datang dengan senyum cerah. Citra bahkan membawa sup ayam yang baru saja dimasaknya di rumah.“Mbak Rania harus makan ini. Supnya masih hangat,” ujar Citra sambil menyerahkan mangkuk sup kepada Rania.“Terima kasih, Citra,” ucap Rania dengan senyum lembut. “Aku nggak tahu harus bilang apa. Kalian semua terlalu baik.”“Sudahlah, Mbak,” Icha menimpali. “Mbak itu sudah seperti keluarga kami. Tentu kami peduli.”Rania tersenyum haru, menatap satu per satu wajah yang ada di depannya. Ia tidak menyangka bahwa selama ini ia dikelilingi orang-orang yang begitu perhatian.Salah seorang tetangga, Bu Wati, duduk mendek

    Last Updated : 2024-12-20
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Kecil Dari Bastian

    Pagi itu, suara mesin mobil berhenti di depan halaman rumah Rania. Dari dalam mobil mungil berwarna putih, Bastian keluar dengan senyum percaya diri. Ia melangkah mendekati pintu rumah, di mana Cucu sudah menyambutnya.“Selamat pagi, Bu Cucu,” sapanya sambil membawa kunci mobil di tangannya.“Pagi, Nak Bastian. Wah, mobil siapa itu? Baru, ya?” tanya Cucu penasaran.Bastian hanya tersenyum. “Iya, Bu. Saya mau kasih kejutan kecil buat Rania.”Cucu tersenyum ramah, meski ia tidak sepenuhnya yakin bagaimana Rania akan menerima “kejutan kecil” itu. Ia mempersilakan Bastian masuk, sementara Rania keluar dari kamarnya setelah mendengar suara tamu.“Selamat pagi, Rania,” sapa Bastian, mencoba menyembunyikan kegugupannya.“Pagi, Bastian. Ada apa pagi-pagi begini?” tanya Rania, alisnya sedikit terangkat karena penasaran.Bastian mengeluarkan kunci mobil dari saku dan menyerahkannya kepada Rania. “Ini untukmu. Aku tahu kamu kehilangan mobilmu, jadi aku belikan mobil ini sebagai pengganti.”Rania

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Menjemput tes DNA

    Di ruang pribadi kantor Maya yang dihiasi dengan perabot mewah bernuansa modern, Maya duduk di kursi kulit hitamnya. Tangannya sibuk mengetuk layar ponsel, mencoba menghubungi seseorang. Namun, setiap kali ia mencoba, suara monoton dari operator selalu terdengar: Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.Maya mengernyitkan dahi, menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. “Kemana mereka? Kenapa tidak bisa dihubungi?” gumamnya pelan, hampir seperti bicara pada dirinya sendiri.Ia mencoba lagi, tetapi hasilnya sama. Frustrasi mulai menjalari pikirannya. Sudah dua minggu berlalu sejak ia memerintahkan penyekapan itu. Saking sibuknya dengan pekerjaan dan kehidupan sosialnya, ia hampir lupa. Namun, kini bayangan Rania kembali menghantui benaknya.Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Suara langkah tegas diikuti dengan suara familiar yang menghentikan kegelisahannya.“Ada apa?” tanya Bastian sambil melangkah masuk, alisnya sedikit teran

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Permintaan Bintang

    Lembang, kediaman Rania.Rania berdiri di ambang pintu, menatap mobil city car mungil yang sudah dua hari terparkir rapi di garasi rumahnya. Warnanya yang putih bersih tampak kontras dengan dinding garasi yang mulai memudar. Meski mobil itu tampak baru dan layak digunakan, Rania tidak pernah sekalipun mendekatinya sejak ia memindahkannya dari halaman depan.Pikirannya penuh keraguan. Ia bingung harus bagaimana dengan mobil itu. Rasanya tidak mungkin ia mengembalikannya, tapi menerimanya begitu saja juga terasa salah. Sejak kehadiran mobil itu, setiap kali ia memandangnya, perasaan campur aduk selalu muncul—antara rasa terima kasih dan keengganan untuk menerima sesuatu dari Bastian.Cucu, yang sedang duduk di ruang tengah sambil merajut, memperhatikan putrinya dari kejauhan. Ia tahu apa yang ada di pikiran Rania. Sebagai seorang ibu, ia bisa membaca keresahan itu dari gerak-gerik putrinya yang selalu melamun setiap kali melihat mobil tersebut.&ldquo

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Kenyataan Yang Mengejutkan

    Pagi yang cerah di Cimahi seakan menjadi saksi dari momen penting dalam hidup Rita dan Boby. Mereka duduk berdua di hadapan dokter Rini, perasaan campur aduk memenuhi hati mereka. Ketegangan, harapan, dan ketakutan bercampur menjadi satu. Ketika dokter menyerahkan amplop itu, jantung Rita seakan berhenti berdetak sejenak. Tangannya gemetar saat meraih amplop putih yang terasa begitu berat, seolah berisi seluruh jawaban dari pencariannya selama bertahun-tahun.“Silakan dibuka, Bu Rita,” ujar dokter Rini dengan senyum hangat yang berusaha menenangkan.Rita menoleh ke arah Boby yang duduk di sampingnya. Tatapan pria itu penuh dukungan, meski matanya juga tidak mampu menyembunyikan kecemasannya. Dengan napas yang ditahan, Rita membuka amplop itu perlahan, menarik keluar selembar kertas dengan tulisan formal yang memenuhi halaman.Matanya langsung bergerak cepat membaca isi surat itu. Hanya butuh beberapa detik hingga kata-kata "99,99% kecocokan biologis" tertangkap oleh pandangannya. Tang

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Membeli Semuanya Untuk Rania

    Setibanya di kota Bandung, Rita meminta sang sopir untuk mampir di salah satu mall besar di sana. Rita memandang megahnya bangunan dengan perasaan penuh semangat. Ia menggenggam tangan Boby erat, lalu melangkah masuk ke dalam mall bersama sang sopir pribadi yang setia mengikuti mereka dari belakang.Tanpa membuang waktu, Rita mengarahkan langkah menuju toko mainan terbesar di mall tersebut. “Mas, lihat boneka itu! Lucu sekali untuk Bintang, ya?” ujarnya sambil menunjuk sebuah boneka beruang besar dengan mata berbinar. Boby hanya tersenyum dan mengangguk, menikmati antusiasme istrinya.Tak hanya boneka, Rita membeli aneka mainan lainnya. Mobil-mobilan, puzzle edukasi, dan balok kayu berwarna-warni. “Bintang pasti suka ini,” kata Rita sambil memeluk satu set mainan dokter-dokteran.Setelah puas di toko mainan, mereka melanjutkan perjalanan ke toko pakaian. Rita memilihkan pakaian-pakaian lucu untuk Bintang, lalu mengambil beberapa setel pakaian hangat dan kasual untuk Rania dan Cucu. “M

    Last Updated : 2024-12-22
  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegangan Di Ruang Tamu

    Sore itu di Lembang, suasana terasa hangat meski angin sejuk khas pegunungan tetap berhembus lembut. Matahari memancarkan sinar terang, menciptakan kilauan di atas dedaunan yang basah oleh embun pagi. Di depan sebuah rumah sederhana, mobil SUV putih berhenti perlahan. Warna catnya yang masih berkilauan mencerminkan betapa kendaraan itu sangat terawat.Cucu, yang sedang menyapu halaman dengan sapu lidi, menghentikan gerakannya. Matanya sedikit menyipit menatap ke arah mobil yang baru saja berhenti. Ia memperhatikan seorang wanita anggun keluar dari kursi penumpang diikuti oleh seorang pria tegap yang menyusul dari sisi pengemudi.“Bu Rita?” sapa Cucu dengan nada ragu, namun ramah.Rita tersenyum lebar, melangkah mendekati Cucu dengan penuh kehangatan. “Ibu Cucu, apa kabar? Kami datang untuk berkunjung. Maaf mengganggu waktunya.”Cucu tersenyum tulus, sedikit tertegun melihat keduanya datang secara mendadak. “Tidak mengganggu,

    Last Updated : 2024-12-23

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Diagnosa Yang Mengejutkan

    Di lorong rumah sakit yang terasa begitu dingin, Nora dan Prakas berjalan mendekati Rita dan Boby. Ekspresi wajah mereka menyiratkan kekhawatiran yang mendalam. Sebagai orang tua Bastian, mereka memang harus menjaga jarak agar tidak terlalu mencolok. Namun, saat ini, hati mereka benar-benar tak tenang melihat kondisi Bintang yang terbaring lemah di ruang IGD.“Rita... Boby...” suara Nora bergetar saat berbicara, matanya yang mulai berkaca-kaca menatap penuh simpati. “Kami sangat prihatin dengan kondisi Bintang. Apa yang sebenarnya terjadi?”Boby menarik napas panjang, seolah berusaha menahan emosinya yang sudah meluap-luap sejak tadi. Sementara itu, Rita hanya mampu mengusap air matanya yang terus mengalir. “Kami masih menunggu hasil lab,” ucapnya dengan suara lirih. “Dokter masih melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan penyebabnya.”Prakas menatap Rita dan Boby dengan penuh empati. Ia ingin sekali mengatakan bahwa Bintang bukan hanya cucu mereka, tetapi juga cucu kandungnya s

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Bintang Tiba-Tiba Pingsan

    Langit biru cerah menghiasi pagi yang penuh sukacita di rumah Rania. Halaman yang luas telah disulap menjadi arena pesta bertema karakter Tayo, kesukaan Bintang. Balon berwarna biru, kuning, dan merah bergantungan di setiap sudut, sementara panggung kecil dihiasi dengan ilustrasi bus-bus kecil yang tersenyum ceria. Lagu tema Tayo diputar, menciptakan suasana riang di antara anak-anak yang berlarian dengan penuh kegembiraan.“Selamat ulang tahun, Bintang!” teriak para tamu kecil sambil bertepuk tangan. Bintang, dengan baju kaos bergambar Tayo dan celana jeans kecilnya, tertawa senang saat Rania, ibunya, menggendongnya ke atas panggung.Rania menatap putranya dengan penuh kebahagiaan. Setiap detik pertumbuhan Bintang adalah keajaiban baginya. Anak kecil yang ia perjuangkan seorang diri tanpa seorang suami, kini sudah tumbuh besar dan sehat.“Terima kasih sudah datang, semuanya! Hari ini kita merayakan ulang tahun Bintang yang ke-3. Doakan dia tumbuh menjadi anak yang kuat dan bahagia, y

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hadiah Berharga Dari Nora

    Usai acara ulang tahun, Rania berdiri di sudut ruangan, berbincang santai dengan dua rekannya. Sorot matanya lelah, namun senyumnya tetap terjaga untuk menghormati tamu yang hadir. Tiba-tiba, Nora menghampirinya.“Permisi, Rania,” sapa Nora dengan suara pelan namun penuh ketegasan. “Bisa bicara sebentar?”Rania menoleh, sedikit terkejut melihat Nora berdiri di hadapannya. Ia mengangguk pelan. “Tentu, Bu.”Mereka berjalan ke sudut ruangan yang lebih sepi, menjauh dari keramaian. Lampu redup menciptakan bayangan lembut di dinding, menambah kesan intim pada percakapan mereka.“Ada apa?” tanya Rania, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan.Nora menarik napas panjang sebelum berbicara. “Rania, aku hanya ingin meminta maaf. Aku tahu mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi aku tak ingin menunda lebih lama. Aku minta maaf jika dulu aku atau keluarga kami pernah menyakitimu.”Rania terdiam

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Mendadak Dilamar

    Lampu-lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya lembut di seluruh ruangan mewah hotel bintang lima di pusat kota Bandung. Aroma bunga mawar dan lili memenuhi udara, menciptakan suasana elegan yang memanjakan indera. Para tamu berpakaian formal berdatangan, berjalan di atas karpet merah yang membentang dari pintu masuk hingga ke aula utama. Suara musik orkestra mengalun lembut, menambah kemewahan pesta ulang tahun Rania yang ke-29.Rania berdiri di tengah aula, mengenakan gaun berwarna merah marun yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Senyumnya memancarkan kehangatan, meski hatinya berdebar karena momen yang penuh makna ini. Di sampingnya, Bintang, putranya yang berusia dua tahun, tampak menggemaskan dalam setelan kecil berwarna putih dengan dasi kupu-kupu hitam. Matanya yang jernih menyorotkan keceriaan polos seorang anak kecil.Boby dan Rita—orang tua kandung Rania—berdiri dengan penuh kebanggaan di sisi mereka. Boby mengenakan setelan jas hitam klasik, sementara Rita tampil angg

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Rencana Nora

    Malam itu begitu sunyi di taman belakang rumah megah milik Prakas dan Nora. Lampu-lampu taman yang redup memancarkan cahaya hangat di antara dedaunan yang bergerak pelan tertiup angin malam. Bastian duduk di bangku kayu tua, menatap kosong ke arah kolam kecil yang tenang. Wajahnya tampak lelah, matanya dipenuhi bayang-bayang masa lalu yang sulit dihapus.Tak lama kemudian, Nora datang menghampiri, membawa secangkir kopi panas di tangannya. Ia duduk di samping putranya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, hanya meletakkan kopi di meja kecil di depan mereka. Keheningan menyelimuti sejenak sebelum Nora akhirnya membuka suara dengan lembut.“Kopi hangat selalu bisa menenangkan pikiran yang kacau,” katanya, mencoba mencairkan suasana.Bastian menghela napas, menundukkan kepala. “Terima kasih, Mami,” jawabnya pelan tanpa menyentuh kopi itu.Nora menatap putranya dengan penuh kasih. “Bastian, sudah berapa lama kamu duduk di sini, merenung tanpa arah? Apa kamu pikir dengan begitu semua masalah

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Ketegasan Rania

    Malam menjelang, suasana di kamar Rania terasa begitu hening. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar samar di sela-sela lamunannya. Ia duduk di tepi ranjang, memeluk lutut sambil menatap kosong ke arah jendela yang sedikit terbuka. Angin malam yang sejuk menyelinap masuk, mengusap lembut wajahnya yang terlihat sendu.Kehadiran Bastian tadi siang benar-benar mengusik pikirannya. Entah kenapa, ada perasaan yang sulit ia jelaskan setiap kali berhadapan dengan pria itu. Apalagi, saat melihat bagaimana Bastian memandang Bintang—anak yang selama ini ia besarkan sendiri tanpa kehadiran seorang ayah.Satria juga ada di sana. Pria itu seolah tidak pernah menyerah untuk mendekatinya dan berusaha mengambil peran dalam hidupnya dan Bintang. Rania menghela napas berat. Kepalanya semakin penuh dengan berbagai pikiran yang berputar tanpa henti.Tiba-tiba, suara nada dering ponselnya membuyarkan lamunannya. Dengan ragu, ia meraih ponsel yang tergeletak di meja nakas. Nama Bastian terpampang jel

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Pertemuan yang Penuh Ketegangan

    Hari itu, udara Bandung terasa sejuk dengan semilir angin yang menyusup di sela-sela pepohonan. Di rumah keluarga Rania, suasana terasa hangat. Di ruang makan, meja panjang telah dipenuhi hidangan, tanda mereka bersiap untuk makan siang bersama. Rania duduk bersama kedua orang tuanya, Rita dan Boby, serta ibu angkatnya, Cucu. Satria juga ada di sana, duduk di samping Bintang, sambil bercanda dengan bocah kecil itu.Tawa Bintang mengisi ruangan. Anak itu begitu riang ketika Satria menunjukkan cara membuat origami sederhana dari tisu."Om Satria bisa bikin ini lagi?" tanya Bintang sambil memegang hasil origami berbentuk burung kecil."Tentu, Bintang. Om bisa buat yang lebih bagus lagi kalau kamu mau," jawab Satria sambil tersenyum hangat.Namun, suasana ceria itu tiba-tiba terhenti ketika terdengar suara bel dari pintu depan. Semua kepala menoleh ke arah sumber suara."Siapa, ya?" gumam Rita sambil melirik Rania."Aku buka pintu, Ma," ujar Rania sambil beranjak.Saat pintu terbuka, Rani

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maaf, Aku Tidak Suka!

    Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela ruang keluarga rumah Rania. Di atas meja, beberapa cangkir teh hangat tersusun rapi, sementara di ruang tamu terdengar tawa renyah Bintang yang sedang bermain di atas karpet bersama mobil-mobilan kecilnya.“Ma, lihat ini!” teriak Bintang sambil menunjukkan mainan barunya yang kemarin ia beli bersama Rania.Sebelum Rania sempat menjawab, suara bel rumah berbunyi.“Sebentar, Bintang,” kata Rania sambil melangkah ke pintu.Begitu pintu terbuka, seorang pria dengan setelan kasual—kaus putih dan celana jeans—tersenyum hangat. Satria, pria yang belakangan ini sering mampir ke rumah Rania, berdiri dengan sebuah kantong kertas besar di tangannya.“Pagi, Rania. Ini untuk Bintang,” ujarnya sambil menyerahkan kantong itu.Rania melirik kantong tersebut, lalu ke arah Satria dengan ekspresi sedikit bingung. “Kamu nggak perlu repot-repot setiap kali datang, Mas.”Satria hanya tertawa kecil. “Aku nggak merasa repot, kok. Aku senang bisa membawakan sesua

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Dunia Baru Maya

    Kepulan asap pesawat terbang tampak membumbung tinggi di udara Bandara Soekarno-Hatta. Maya berdiri di tepi jendela kaca besar di ruang tunggu, memandang ke arah landasan pacu. Matanya kosong, wajahnya lelah, tetapi bibirnya tetap membentuk garis tegas seolah ia tidak ingin menunjukkan kelemahan. Di tangannya, paspor dan tiket penerbangan ke Frankfurt, Jerman, tergenggam erat.Hari ini, segalanya berubah. Perceraian yang baru saja disahkan beberapa minggu lalu telah menghapus statusnya sebagai istri dari Bastian, seorang pengusaha ternama di Jakarta.“Bu Maya, sudah waktunya boarding,” suara sopir pribadinya memecah keheningan.Maya menoleh sekilas. “Kamu pulang saja. Terima kasih sudah mengantarkan,” jawabnya singkat.Pria itu mengangguk hormat sebelum pergi, meninggalkan Maya sendirian.Maya menarik napas panjang dan berjalan menuju gerbang keberangkatan. Sepanjang langkahnya, ingatan tentang rumah megah yang pernah ia tinggali bersama Bastian menghantui pikirannya. Di sana, ia pern

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status