Malam semakin larut, hujan turun dengan derasnya.Kilat masuk melalui celah jendela seakan siap menyambar. Di dalam kegelapan, seorang wanita muda sedang menangis sambil memeluk tubuh kecil bayinya.Meskipun suara petir menggelegar dan memekakkan genderang telinga, Eliza Afrina tidak takut. Yang dia pikirkan saat ini hanyalah anaknya yang sedang panas tinggi. Obat penurun panas yang diberikan bidan, sudah dia berikan. Tapi, tak kunjung meredakan panas sang putra."Nak?"Eliza menahan tangis sembari memeluk bayinya yang sudah pucat itu. Bahkan tiap beberapa menit sekali, wanita itu meletakkan jari telunjuknya di bawah lubang hidung bayi laki-laki itu untuk memastikan sang putra masih bernapas.Berkali-kali ditelponnya sang suami, tetapi tak diangkat.Tetangganya juga banyak yang sedang pergi ke luar untuk menghabiskan weekend bersama keluarga.Kebetulan, kawasan perumahan yang di tempatnya, jauh masuk ke dalam dan masih sangat sepi. Jalan kiri dan kanannya bahkan masih hutan lebat
Perawat yang berada di dalam ruang NICU keluar memanggil dokter Rizki. "Dokter kondisi pasien semakin kritis." Dokter itu beranjak dari duduknya dan berlari masuk ke ruang ICU. Eliza sudah tidak berkata apa-apa lagi.Wanita itu hanya terus berdoa agar sang putra bisa selamat. Dia tidak sanggup dan belum mampu untuk ditingkatkan putranya. Bahkan, saat hari sudah berganti, wanita itu tetap duduk di depan ruangan.Tulangnya sudah terasa lemas dan tidak sanggup untuk berdiri. Barulah ia merasakan denyutan nyeri di telapak kakinya saat efek bius menghilang. Ceklek!Seorang perawat tampak membuka ruangan NICU.Hal ini membuat Eliza seketika berdiri. "Sus, apa saya boleh masuk ke dalam?" tanyanya."Maaf Bu, kita harus menunggu dokter dulu. Ibu juga di minta ke kasir, untuk menyelesaikan administrasi." "Baik, Mbak."Eliza menuruti perintah perawat untuk kasir. Reaksi obat bius yang sudah mulai hilang membuat dia kembali merasakan sakit dan nyeri di telapak kakinya.Wanita it
Apa yang dilakukan oleh wanita itu membuat orang-orang di sana terkejut! Sandy sendiri langsung mencegah sang ibu. "Mama jangan seperti ini, kasihan Eliza!" ucapnya. "Kasihan kamu bilang? Wanita ini tidak becus. Dia benar-benar wanita kampung yang tidak berpendidikan. Sudah mama bilang sama kamu jangan menikahinya, kamu tetap saja menikahinya. Lihatlah mengurus satu anak pun dia tidak bisa. Lihat cucuku mati karena wanita ini. " Wati menangis dan semakin menarik kuat rambut Eliza. Namun, Eliza seperti sebongkah batu yang tidak merespon apapun. Matanya terus saja menatap tubuh mungil anaknya. "Seharusnya aku hanya memiliki menantu Mirna saja. Mirna wanita hebat, pintar, cerdas, berpendidikan dan memiliki pekerjaan yang baik tidak seperti kau benalu. Bahkan mengurus anak pun tidak bisa." Wati terus saja mengamuk dan menarik rambut Eliza sekuat tenaganya. Lagi-lagi, Eliza tetap tidak merespon perkataan Wati. Bahkan jika wanita itu ingin membunuhnya saat ini juga, dia akan mati
Nathan kini duduk di meja kerjanya.Matanya tertuju ke layar komputer namun pikirannya hanya terfokus dengan bayinya. Dia sudah mengatakan masalah ibu asi kepada maminya dan berharap sang mami bisa dengan cepat mendapatkan pendonor ASI untuk anaknya. Namun ternyata mencari pendonor ASI bukanlah hal yang mudah!Padahal, Maminya sudah mencari lewat perantara asisten rumah tangga, tetangga dekat rumah, dan teman-teman sesama sosialitanya. Namun tidak menemukan wanita yang bisa menjadi donor ASI. Karena untuk menjadi pendonor ASI ,wanita itu memang memiliki ASI yang banyak. Dan biasanya jika anak sudah berusia 1 tahun ke atas, produksi ASI pun berkurang. Kepala Nathan serasa ingin meledak ketika memikirkan ini semua.Jika tidak segera mendapatkan ibu susu untuk bayinya, dia mencemaskan tumbuh kembang anak malang tersebut. Pria itu menjangkau ponsel yang diletakkannya di atas meja dan menghubungi asisten pribadinya. Setelah berbicara dengan orang kepercayaannya itu, Nathan menutup
"Tentu saja rumah sakit ini sangat menerima donor ASI, kalau mbak ingin donor ASI langsung ke ruang perawatan bayi saja di lantai 4." Eliza tersenyum. "Baik mbak, terima kasih." Setelah administrasi selesai, ia pun pergi ke lantai 4 sesuai arahan dari wanita yang duduk di kasir tersebut. Eliza tahu di mana ruang perawatan bayi karena memang Ibnu lahir di sini. Setelah lahir, Ibnu sempat dimasukkan ke box inkubator karena sudah terlalu banyak minum air ketuban. Bahkan bayi Ibnu lahir dengan kondisi bibir biru dan tidak menangis.Jadi, Eliza selalu berkunjung ke ruang bayi sambil mengantarkan ASI untuk anaknya. Rumah sakit ini sungguh bersejarah.Tempat anaknya dilahirkan dan menghembuskan nafas terakhirnya.Dada Eliza seketika merasa sesak kala mengingat itu.Untungnya, dia sudah tiba di ruangan yang dimaksud.Jadi, Eliza berusaha tegar--membuka pintu dan melihat tiga perawat di ruang bayi. "Permisi sus." "Ya dek, ada apa?" tanya perawat yang sedang berjaga di ruang bayi.Mem
Perawat itu diam selama beberapa detik ketika melihat senyum menawan pria satu anak tersebut. "Iya mas," jawabnya kemudian. Sudah satu minggu ini selalu bertemu dengan Nathan. Namun baru kali ini perawat itu melihat senyum di wajah tampan pria itu. "Asinya juga sangat banyak mas, jadi ini cukup untuk satu minggu ke depan." "Apa ibu itu mau menjadi pendonor tetap untuk anak saya?" "Saya belum tahu mas," jawab si perawat. "Apa saya bisa menghubungi ibu itu." Nathan sangat senang, karena dia tidak perlu susah-susah untuk mencari pendonor ASI. "Maaf mas, saya juga lupa tadi meminta nomor handphone," sesal si perawat. "Apa ibu itu meninggalkan alamat, agar saya bisa datangi ke rumahnya." Tanya dengan penuh semangat. "Maaf mas, alamatnya juga tidak ada." Nathan mendengus kesal. Dia berharap wanita yang memberikan ASI untuk anaknya bisa segera dihubungi namun ternyata tidak. "Kalau saya boleh tahu nama yang mendonorkan ASI untuk anak saya?" tanyanya dengan begitu pena
Bagi semua orang, kuburan merupakan tempat yang paling menakutkan, namun tidak untuk Eliza. Wanita muda itu terlihat nyaman duduk di depan kuburan anaknya. Air mata mengalir dengan deras seakan tidak ada keringnya. Bahkan mata yang biasanya bulat dan besar, kini sudah terlihat sangat kecil dan sembab. "Nak, ibu mau cari kerjaan, biar gak suntuk di rumah. Ibu mau cari uang untuk beli kambing akikah, Ibnu. Soalnya ibu dah janji, untuk beli 2 kambing. Ibu juga akan membuatkan batu nisan yang cantik." Eliza memeluk tumpukan tanah kuburan anaknya dan berharap bisa melepaskan rasa rindu yang menyesakkan dada. Mau bagaimanapun orang mengatakan harus ikhlas, namun tetap Eliza belum bisa mengikhlaskan anaknya. "Nak, ibu pamit pulang ya soalnya sudah sore. Maafkan ibu yang tidak bisa meluk Ibnu. Andaikan waktu bisa di putar kembali, pagi itu ibu akan langsung bawa Ibnu ke rumah sakit. Agar Ibnu bisa langsung di rawat." Eliza mengusap papan nama anaknya dan kemudian memeluk papan itu cukup l
Sudah 10 hari, namun rasa sakit di kakinya tidak juga hilang, hingga Eliza kesulitan berjalan. "Eliza," panggil seorang pria.Eliza tidak yakin ketika mendengar ada yang memanggil namanya. Namun tetap saja dia menghentikan langkah kakinya serta menoleh ke belakang."Hai, bagaimana kabar kamu?" Tanya pria dengan gaya sok akrabnya. "Baik," jawab Eliza yang sedikit tersenyum."Masih ingat dengan saya?" Dokter berwajah manis itu tersenyum ramah dan bertanya. "Dokter," jawab Eliza. Meskipun malam itu kondisinya sangat buruk, namun Eliza tidak bisa melupakan sang dokter yang sudah berusaha menyelesaikan anaknya. "Iya, saya dokter Rizki, senang bisa berjumpa dengan kamu lagi. Bagaimana kondisi kaki kamu?" Dokter itu bertanya dan memandang kaki Eliza.Saat Eliza lewat di depannya, dia sangat mengingat wanita muda tersebut. Rizki memanggil Eliza karena dia melihat wanita itu berjalan sambil menyeret kakinya."Masih sakit dok, mungkin sebentar lagi sehat." Eliza tersenyum dan memandang ke a
"Permisi suster, saya Rini. Anak saya bekerja menjadi perawat di sini, namanya Kiara. Apa suster kenal?" Rini bertanya dengan salah seorang perawat yang kebetulan berpapasan jalan dengannya."Kenal Bu, hanya saja tidak begitu dekat." Perawat itu menjawab dengan tersenyum ramah. "Apa suster tahu, selama bekerja di sini anak saya dekat sama laki-laki mana aja?" Rini langsung melontarkan pertanyaan kepada perawat tersebut.Perawat itu diam sejenak sambil memandang Rini. "Ibu, beneran ibu kandungnya suster Kiara?" Dengan cepat Rini menganggukkan kepalanya. "Anak saya kabur dari rumah," Kata Rini sambil menangis di depan suster tersebut. Melihat wajah Rini yang begitu sangat sedih. Pasti akan membuat semua orang tersentuh. Tidak terkecuali perawat muda tersebut."Kak Kiara kabur dari rumah?" Perawat itu justru balik tanya. "Iya sus, Kiara kabur dari rumah. Saya tidak tahu keberadaannya." Rini berkata sambil menangis meraung. Apa yang dilakukannya menarik simpati dari pengunjung, pasien,
Rini terdiam sambil menggelengkan kepalanya. Dia begitu sangat senang ketika mendengar mendapatkan sebuah rumah mewah senilai 1,5 milyar di kawasan elit, mobil, motor besar, beserta uang 1 miliar jika Kiara menikah dengan Heru. Karena itu dia langsung menandatangani surat perjanjian itu tanpa membaca secara detail. "Saya tahu saya salah. Saya kurang memperhatikan pengawasan terhadap Kiara. Saya sudah percaya dengan orang-orang yang telah kalian pilih untuk menjaga Kiara. Saya tidak menyangka kalau Kiara akan kabur seperti ini." Rini berkata dengan penuh penyesalan. Air mata wanita itu sudah bercucuran. Begitu juga dengan keringat di pelipis keningnya. Ia tidak menyangka bahwa Rudi dan Lina sangat licik, bahkan menjebaknya seperti ini."Saya tidak menerima kata-kata penyesalan. Kamu harus bertanggung jawab atas semua ini. Jika Kiara tidak ditemukan maka bayar sebesar 6 miliar," kata Rudi dengan tegas."Apa? Mata Rini terbuka lebar mendengar uang 6 miliar yang diminta oleh Heru. "Rum
Rudi duduk di sofa dengan wajah yang begitu sangat merah. Pria paru baya itu sudah tidak sabar menunggu hari bahagianya. Dimana ia akan menikahi gadis cantik yang masih perawan. Bahkan dalam beberapa hari ini Rudi tidak bisa tidur nyenyak setiap kali mengingat Kiara. Bisa dikatakan ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun dalam sekejap mata mimpi itu sirna begitu saja ketika mengetahui calon pengantinnya kabur. Rini yang berlutut di lantai hanya diam sambil menundukkan kepalanya. "Bagaimana bisa wanita yang akan menjadi istri, suami saya melarikan diri seperti ini?" Lina selaku istri pertama Rudi bertanya dengan wajah marah dan juga merah. Wanita paruh baya Itu mengamuk ketika mengetahui calon madunya sudah melarikan diri. Di mana-mana setiap wanita yang akan diduakan pasti merasa tersakiti mereka akan berusaha menolak agar suaminya tidak menikah lagi. Berbagai cara dilakukan untuk menggagalkan pernikahan. Namun berbeda dengan Lina, ia begitu sangat ingin suaminya menikah lagi
"Mas, Liza mau beliin gelang emas aja untuk kak Kiara," kata Eliza sambil menunjuk ke toko perhiasan. "Ya boleh." jawab Nathan. Eliza sangat senang dan langsung berlari masuk ke dalam toko. "Mau cari model yang seperti apa dek?" Wanita pemilik toko menyapa dengan ramah. "Gelang, yang ini." Eliza langsung menunjuk gelang emas berbentuk rantai. "Oh yang ini harganya 32 juta." Wanita itu memberitahukan harga emas yang ditunjuk Eliza setelah menimbangnya terlebih dahulu.Eliza memandang Nathan dengan tersenyum. "Liza ambil yang ini ya Mas." Iya, bagus," jawab Nathan. "Langsung dibungkus ya Mbak, pakai kotak dan kertas kado. Buat ucapan selamat dan dari Eliza," pinta Eliza. Eliza masih tidak menyangka bahwa dirinya sekarang sudah menjadi orang kaya. Saldo di rekening sudah sampai miliaran rupiah. Membelikan kado senilai 32 juta bukanlah hal yang sulit untuknya."Baik," jawab wanita itu dengan tersenyum.Hanya menunggu beberapa menit saja, kado Eliza sudah selesai. "Liza aja yan
"Coba kamu pilih mana aja yang mau kita ambil." Nathan berkata ketika mereka sudah berada di dalam toko. "Selamat sore Mas, selamat sore Mbak. Mau cari yang seperti apa?" Seorang karyawan wanita bertanya dengan sopan. "Iya sore," jawab Eliza dengan malu-malu. Dia sangat malu ketika masuk ke toko ini bersama dengan laki-laki. Apalagi melihat pakaian yang melekat di tubuh patung."Mau pilih yang model seperti apa?" pegawai toko itu bertanya sambil melirik Nathan.Nathan hanya diam tanpa menjawab. Bahkan ia tidak melirik sedikitpun ke arah SPG cantik tersebut."Mbak suka yang seperti apa?" Pegawai toko itu kemudian memandang Eliza.Eliza diam dengan wajah yang memerah. Dia begitu sangat malu ketika disuruh untuk memilih. Apalagi Eliza memang tidak mengerti dengan pakaian yang tidak sembrono seperti ini. Apa gunanya coba pakai baju tapi transparan seperti ini? Belum lagi pakaian dalamnya yang terlihat aneh. Jika dipakai pasti tidak nyaman. Dibagian belakang hanya tali sebesar Kelinging
Jujur saja, Rizky benar-benar terpanah melihat aset calon istrinya yang sangat indah. Putih, bersih dan sedikit tembam. Tampaknya Kiara sangat pandai merawat asetnya itu. Dengan tangan sedikit bergetar, Rizky mulai mengusap bagian bibir itu dengan lembut. Bukan hanya mengusap sabun saja, jari nakalnya ikut bermain di kacang kecil berwarna merah muda."Dok jangan lama-lama." Kiara berkata dengan sedikit mendesah. Tubuhnya merasakan sesuatu yang aneh. Apalagi ketika calon suami bermain di bagian sensitifnya.Rizky yang sejak tadi melakukan sesuatu sesuai nalurinya baru tersadarkan ketika mendengar suara Kiara. Dengan cepat ia membasuh bagian tersebut hingga terasa kesat. Setelah tubuh Kiara bersih dan terliha oot lebih segar, ia memakaikan handuk dan menggendong Kiara.Jika selama ini Rizky menolak untuk menikah dengan berbagai alasan, namun sekarang Dia merasa ingin menikah detik ini juga. Setelah menikah ia akan menunaikan tugasnya sebagai suami. Sekaligus menjawab rasa penasaran ya
"Katanya kamu nggak malu, apalagi saya sudah lihat semuanya." Rizky berulang kali menelan air ludahnya ketika sambil memandang Kiara. Jawaban Rizky mampu membuat wajah perawat cantik itu memerah karena malu."Lagian juga kalau malu, kenapa mampang depan mata saya dengan pakaian yang seperti itu." Rizky justru menyalahkan Kiara karena pakaian yang dipakainya. "Ini dokter yang kasih, bukan Kia yang pakai sendiri." Dengan cepat Kiara menutup bagian dadanya ketik lirikan mata sang dokter terfokus ke tonjolan besar di dadanya."Ya memang saya yang pakaikan, tapi kamu nyaman pakainya. Buktinya aja sejak tadi kamu mondar-mandir didepan mata saya. Saya ini dokter, masalah seperti ini bukanlah suatu hal yang perlu dihindari." Rizky berkata dengan tegas. Kiara diam sambil memandang Rizky. Ia tidak mungkin menolak karena nanti malam, merupakan acara penting untuknya. Ia juga ingin memberikan kesan indah untuk sang suami. Pada akhirnya Kiara pun menganggukkan kepalanya. "Tapi kepala Kia pusin
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati