Kiara duduk dikursi piket. Tubuhnya terasa sangat leleh, karena malam ini terjadi kecelakaan berat. Ada 8 orang korban dari kecelakaan. Sebagai perawat yang piket malam, ia harus membantu menyelamatkan pasien kecelakaan tersebut. Yang membuat ia tidak tega ketika melihat korbannya seorang anak kecil berusia 3 tahun. Setelah membantu pasien, barulah ia bisa beristirahat, duduk santai di kursi piket."Kiara, mau pesan makanan nggak?" Perawat sesama piket bersama Kiara menawarkan. Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kalau boleh jujur perutnya begitu sangat lapar. Namun dia tidak memiliki uang. Jatah makan yang diberi pihak rumah sakit untuk dokter Rizki, porsinya tidak banyak sehingga tidak bisa diasingkan untuk makan malam. "Beneran nggak mau, aku mau pesan mie rebus pakai telur." Air liur Kiara seakan menetes ketika membayangkan mie rebus dengan telur ceplok setengah matang. "Sebenarnya mau, tapi aku lagi nggak ada duit." "Uang yang kemarin kita dapat dari Tante baik a
Sudah 1 bulan Sandy di non aktifkan dari pekerjaannya. Selama 1 bulan ini ia tidak diperbolehkan untuk masuk kantor. Namun pagi tadi dia mendapat telepon dari kantor dan meminta untuk segera datang. Ada rasa senang ketika mendapat panggilan telepon tersebut, itu artinya dia sudah boleh bekerja. Namun ada juga kemungkinan bahwa dia akan dipecat. Dua kemungkinan ini membuat Sandy merasa cemas. "Mas, nanti kamu nggak boleh emosi ya kalau misalnya ketemu sama pimpinan." Mirna menasehati Sandy sambil merapikan pakaian suaminya itu. Permasalahan yang dibuat Wati, berdampak buruk untuk keluarga kecilnya. Kedua kakak iparnya sudah di pecat. Sedangkan nasib Sandy dan juga dirinya sendiri belum jelas. Bagaimana jika mereka juga dipecat. Sedangkan sekarang ada anak mereka yang sedang membutuhkan biaya yang besar. Sandy menganggukkan kepalanya. Setelah memakai pakaian rapi, ia pergi ke kantor dengan perasaan bercampur aduk.Ternyata manajer kepegawaian sudah menunggunya sejak 1 jam yang lalu
Mawar tidak menyangka bahwa putranya yang sangat cuek dan tidak menyukai ibu susuan dari cucunya, itu sekarang berubah menjadi bucin. Bahkan Nathan tampak sudah tidak sabaran untuk segera mengakhiri masa dudanya."Yang penting Eliza sudah janda Mi. Berarti aku boleh dong nikah sama dia, sekarang atau besok." Nathan tersenyum nyengir ketika melihat mata Mawar melotot memandanginya. "Atau minggu depan juga boleh," kata Nathan sesuka hati."Mami tahu kamu itu sudah kebelet pengen nikah. Tapi nggak bisa seburuk-buru itu. Harus ada prosesnya." Mawar berusaha untuk sabar dalam menghadapi putra semata wayangnya. Jika boleh jujur, Ia juga ingin segera melihat Eliza menikah dengan putra kesayangannya. Dengan seperti itu mereka akan benar-benar menjadi sebuah keluarga. Rasanya sungguh sangat bahagia ketika melihat Noah memiliki Ibu yang begitu sayang terhadapnya. Mawar juga mencemaskan Sherly. Saat ini wanita itu masih diam, karena belum kembali ke Indonesia. Namun belum tentu Sherly akan mel
Nathan berganti pakaian dan langsung ke ruang latihan. Wajah yang tadi ceria mendadak masam ketika melihat Rizki sudah ada di ruang latihan bersama dengan Eliza. "Ngapain di sini?" Nathan langsung bertanya dengan nada kesal. "Ya ikut latihan lah," jawab Rizki sambil tersenyum memandang Eliza. "Kalau latihannya rame makin seru Mas. Jadi bang Rizki ikut latihan sama Liza. Sekarang Lita sudah punya teman. Mas Nathan sudah punya dua orang murid sekarang." Eliza berkata dengan gaya imutnya. Nathan ingin menangis ketika memandang wajah polos Eliza. Apakah wanita itu tidak bisa melihat atau merasakan sedikit saja perasaan yang dia rasakan. Mengapa Eliza seperti sengaja menyiksanya?"Ayo Mas kita latihan, Liza sudah tunggu Mas loh sejak 10 menit yang lalu." Eliza tersenyum dan langsung mengambil posisi. Sedangkan Rizki berdiri tepat di samping Eliza. "Ini latihan bukan sedang berkencan. Tidak ada yang latihan dengan posisi rapat seperti itu." Nathan berkata dengan kesal dan juga emosi.
"Mas, emangnya kita mau ke mana? "Eliza bertanya setelah duduk di dalam mobil. Melihat sekarang sudah jam 10 malam, Eliza jadi ragu untuk pergi. Rasanya percuma karena pada nyatanya tempat pusat perbelanjaan pasti sudah tutup."Katanya minta hadiah?" Nathan justru bertanya balik dengan Eliza. "Iya sih minta hadiah, tapi ini udah malam. Emangnya mau cari di mana?" Eliza memandang Nathan yang sudah menjalankan mobilnya. "Ke mall," jawab Nathan."Mana ada mall yang buka jam segini. Mas ngajak beli hadiah, tapi harinya sudah kemalaman. Kelihatan banget gak niatnya." Eliza berkata dengan bibir manyun."Masih buka kok," jawab Nathan santai."Yang benar aja Mas, mall itu tutup jam 10. Nanti gitu kita sampai mall, pasti sudah tutup semua. Belum masuk tapi sudah langsung di usir." Membayangkan saja sudah malu apalagi mengalaminya. Sepertinya Eliza berniat untuk membatalkan niatnya mencari hadiah malam ini. Karena rasanya akan sia-sia."Ada tenang aja." Nathan berkata dengan tersenyum. "Ya u
Nathan memarkirkan mobilnya tepat di parkiran mall. Sesuai dengan yang dia katakan, bahwa mall belum tutup."Mas, kita pergi aja yuk. Gak enak baru masuk tapi sudah disuruh keluar. Lihat nih udah jam 11." Eliza ragu ketika Nathan mengajaknya turun dari mobil."Nggak bakalan bahkan ada yang usir kita, bahkan jika kamu mau di sini sampai pagi." Nathan tersenyum dan kemudian turun dari dalam mobilnya. Eliza menurut dan turun dari dalam mobil. Wajahnya tampak bingung ketika masuk ke dalam mall. Mall ini memang sepertinya belum tutup, karena pengunjung masih ramai. "Ingat ya tadi sudah janji mau kasih hadiah." Nathan mengingatkan agar tidak ada drama pura-pura amnesia. "Iya, mas bilang aja mau apa nanti Liza pasti kasih. Apa mas lupa kalau sekarang Liza sudah jadi janda kaya," kata Eliza sambil tertawa."Janji ya. "Senyum licik tergambar jelas di wajah Nathan. Dengan bodohnya Eliza menganggukkan kepalanya. "Kita ke lantai 5." Nathan memberi tahu Eliza."Lantai 5 ada apa?" tanya Eliza
Apakah cerita Nathan benar atau tidak? Entahlah mungkin hanya Eliza yang percaya. Mata Eliza terbuka lebar ketika berada di dalam toko boneka. Ternyata apa yang dikatakan Nathan memang benar, di lantai 5 pusat boneka. Boneka di sini juga sangat cantik-cantik. Terkadang Eliza heran melihat Nathan yang sudah seperti cenayang. "Mas, Liza lihat-lihat dulu bonekanya." Eliza tersenyum sambil menarik tangannya hingga terlepas."Akhirnya lepas juga," gumam Eliza pelan. Nathan sangat pandai membuat jantungnya bermasalah. Bersyukur ia bisa melepaskan diri. Kalau sudah disini, tidak ada lagi alasan Nathan mengatakan nyasar."Bonekanya lucu sekali." Eliza Tersenyum sambil memeluk boneka boneka chinamorro berwarna biru. "Mas tolong direkam ya. Liza mau pamer sama teman-teman di kampus. Kemarin teman Liza beli boneka cinnamoro warna putih. Dia pamer di ig-nya." Eliza tersenyum dan memberikan handphone nya kepada Nathan. Nathan hanya bisa menganggukkan kepalanya dan menuruti keinginan Eliza."
"Ya ini harganya tiga juta dua ratus ribu." Kasir itu tidak langsung menghitung namun memberitahu terlebih dahulu. Mengingat harga boneka yang cukup mahal."Maaf ya Mbak, saya gak jadi beli." Eliza benar-benar panik dan langsung menarik Nathan. Dia berencana untuk membawa Nathan keluar dari toko tersebut. "Hitung saja semuanya," kata Nathan tanpa menghiraukan masalah harga."Mas, nggak usah dibeli bonekanya. Nanti kita beli boneka yang di pinggir jalan aja. Bonekanya cantik-cantik harganya murah-murah kok." Eliza berkata sambil berbisik di telinga Nathan."Dibayar semua pak?" Gadis kasir itu tersenyum lebar sambil memandang Nathan. "Iya," jawab Nathan."Gak, satu yang itu saja," Eliza langsung menunjuk boneka yang dipegang gadis kasir. "Hitung semua!" Perintah Nathan. Gadis kasir itu tersenyum lebar dan langsung menghitung semua belanja milik Nathan. Inilah yang membuat para pegawai senang ketika si pemilik mall datang berbelanja. Karena keluarga Hermawan tidak akan pernah meminta
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati
"Ya nggaklah," jawab Rizky. Ia sangat membutuhkan dokumen pernikahan. Karena itu syarat untuk mendapatkan hak asuh Yura. Setelah akad nikah, Rizky akan langsung mengurus dokumen serta syarat pernikahan. "Abang hebat, gercep, gaya lo asik," kata Elisa yang belagu sok gaul. Nathan yang sedang mengemudikan mobil tertawa melihat gaya Eliza yang sok jauh."Gercep adek?" Tanya Rizky yang tidak tahu istilah anak muda."Gerak cepat," jawab Eliza dengan sedikit tertawa. "Daripada kak Kiara dinikahi sama Pak tua mending Abang yang nikahi. Kak Kiara itu cantik banget. Terus juga orangnya baik, yang terpenting Yura sangat dekat sama kak Kiara. Oh iya apa Abang jadi mau adopsi Yura?" Tanya Eliza dengan cerewetnya."Iya, syaratnya harus nikah baru bisa adopsi Yura," jelas Rizky."Wah enak banget kalau seperti itu, nikah langsung dapat anak." Eliza berkata dengan riang. "Iya," jawab Rizky yang masih ragu dengan keputusannya."Abang itu sangat cocok sama kak Kiara. Sama-sama cantik dan juga gant
Eliza memandang Nathan yang sedang mengemudikan mobil. Nathan yang memakai kacamata tampak semakin gagah dan tampan. Entah sejak kapan Eliza memiliki hobi memandang wajah duda satu anak itu. "Apa belum puas memandang wajah Mas?" Nathan berkata tanpa menoleh ke arah Eliza yang duduk di sebelahnya. "Siapa yang pandangi Mas," elak Eliza. Wajahnya sudah memerah menahan rasa malu karena ketahuan sedang memperhatikan sang bos."Oh nggak ada ya," kata Nathan dengan sedikit tersenyum. Ia tidak mempermasalahkan jawaban Eliza yang tidak jujur. "Mas, apa masih ngantuk?" Eliza dengan sengaja mengalihkan topik obrolan. Apalagi Nathan sudah menguap berulang kali. "Lumayan, kepala juga rasanya agak pusing mungkin karena tidur pagi," kata Nathan yang tidak terbiasa tidur di pagi hari. "Kenapa nggak libur aja ke kantornya?" Eliza memberikan saran."Ada kerjaan penting, mas sudah ada janji sama klien. Nggak enak kalau cuma mengutus Dirga. Sedangkan klien datang dari Bali." Nathan sedikit te
"Kia akan mencari suami lewat media sosial. Disana pasti ada pria yang mau nikah sama Kia." Kiara tersenyum lebar.Jika tidak ada masalah dengan Rudi dan Rini, Kiara tidak akan seperti wanita yang sudah kebelet kawin seperti ini.Rizky terdiam dengan kepala berdenyut nyeri. Kiara kelewatan cantik. Jika ingin mencari suami lewat media sosial, pasti banyak pria yang bersedia. Apalagi dia menikah tidak punya tuntutan uang hantaran, mahar, uang isi kamar dan pengeluaran besar lainnya."Bagaimana jika kamu dapat suami yang jahat?" Tanya Rizky."Kia gak mikir masalah itu dok, yang penting bebas aja dulu," jawab Kiara tanpa pikir panjang.Rizky memijat kepalanya yang berdenyut nyari. Sepertinya Kiara benar-benar sudah stres. Jika mendapatkan suami asal-asalan, takutnya keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Bagaimana jika Kiara justru dijadikan psk oleh suaminya? Kepala Rizky semakin pusing ketika membayangkan hal tersebut. Lalu apa gunanya penyelamatan yang dilakukannya?Belum lag
Rizky benar-benar tercengang melihat Kiara. Di mana gadis lugu yang selama ini sering dia lihat. Dan kenapa sekarang Kiara tampak jauh berbeda. Meskipun dirinya dokter, namun dia laki-laki normal. Mana mungkin dia sanggup menahan godaan yang seperti ini."Kamu tidak risih pakai seperti itu?" tanya Rizky."Kenapa harus risih, ini baju dokter yang kasih. Lagian juga Dokter sudah lihat sendiri kan jadi buat apalagi malu." Kiara berkata dengan tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.Rizky mengusap keringat di pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini lugu cukup barbar. "Dok saya lapar.""Saya akan pesan makanan." Rizky langsung memesan makanan secara online. Yang bodohnya lagi dia memesan makanan tanpa bertanya apa yang diinginkan oleh Kiara. Bukan hanya satu jenis atau tiga jenis makanan yang dipesannya tapi sudah lebih dari 10 jenis makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sang dokter dalam keadaan grogi. Rizky meletakkan handphonenya setelah selesai memesan ma
"Ya masih ingat," jawab Rizky jujur. Bentuknya sangat indah dan menggoda, mana mungkin ia bisa melupakannya dalam waktu singkat."Tuh kan dokter masih ingat. Kalau gini Kia jadi malu." Kiara memandang Rizky sekilas kemudian menundukkan kepalanya.Rizky bingung harus berkata apa. Bagaimana jika Kiara salah paham dan menganggap dirinya sudah sudah direndahkan. Kiara diam beberapa saat dan kemudian memandang Rizky.Dokter berwajah manis itu benar-benar gugup ketika Kiara memandangnya. Ia tahu bahwa Kiara pasti marah dan kecewa. Belum lagi image nya sebagai pria baik, sopan dan pintar akan tercoreng dan dikatai pria mesum. "Dokter, sudah menyelamatkan nyawa saya serta menyelamatkan Saya dari pernikahan. Apa dokter mau menjadi suami saya?" Rizky sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Kiara. Ia langsung melakukan pemeriksaan terhadap kepala pasiennya tersebut. "Dok, saya sadar, saya juga tahu dengan apa yang saya katakan." Kiara berkata sambil memandang wajah sang dokter yang begi
Kiara memperhatikan sosok pria yang tidur di sofa. Meskipun pria itu membelakanginya namun dari potongan rambut dan postur tubuh, ia tahu bahwa pria itu dokter Rizky. "Kepala aku pusing." Kiara memegang kepalanya sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. "Apakah aku pingsan? Baju aku siapa yang ganti?" Kiara panik ketika menyadari bahwa saat ini pakaiannya sudah diganti. Lalu siapa yang telah menggantinya? Ya sudahlah Kiara tidak perlu terlalu memikirkan masalah pakaian. Yang terpenting ia selamat. Kiara merasakan tenggorokannya kering. Dilihatnya di meja yang disamping tempat tidur. Tidak ada gelas ataupun air mineral kemasan. Ia ingin membangunkan Rizky, namun tidak enak. Pada akhirnya Kiara bangkit dari tidurnya dan berniat mencari air minum.Rizky tersentak ketika mendengar suara berisik dari tempat tidur. Dilihatnya Kiara yang sudah turun dari atas tempat tidur. "Suster Kiara, Kamu sudah bangun?" "Iya Dok, saya haus." Kiara berkata sambil menundukkan kepalanya. Berdu
Begitu sampai di apartemen, Rizky merebahkan tubuh Kiara di atas tempat tidur. Dilihatnya wajah Kiara yang sudah pucat. Sedangkan tangannya sudah merah dengan darah Kiara. Rizky langsung melakukan pemeriksaan terhadap Kiara. Kondisinya cukup lemah dan kekurangan darah. Ia menghubungi salah seorang dokter di rumah sakit dan meminta untuk diantarkan satu kantong darah golongan O untuk Kiara.Agar luka Kiara tidak infeksi, ia langsung memberikan suntik tetanus. Luka di kepala Kiara cukup dalam dan juga panjang. Ia membersihkan luka terlebih dahulu kemudian memotong rambut di bagian luka. Setelah itu barulah luka dijahit. Setelah menjahit luka di kepala Kiara, Rizky memasang jarum infus di tangannya. Karena kondisi Suster itu dalam keadaan lemah. "Baju kamu sangat kotor dan penuh darah. Maaf ya saya harus menggantinya." Rizki memandang baju yang melekat di tubuh Kiara. Jantungnya berdebar dengan cepat ketika membuka kancing kemeja yang dikenakan Kiara. "Tidak apa-apa, ini adalah penan