Menjadi seorang perawat dan bekerja untuk menyelamatkan nyawa, merupakan pekerjaan yang sangat berat. Apalagi ketika saat ini Kiara merasakan perutnya terasa perih. Bahkan kepalanya pun sampai pusing. Belum lagi suasana di dalam ruang operasi yang terasa mencekam dan suhu udara yang sangat dingin. Meskipun seperti itu ia tetap menunjukkan sikap profesionalnya dalam bekerja. Dengan cekatan perawat cantik itu mengambilkan barang-barang yang diminta oleh dokter Rizki. Ketika melihat dokter itu berkeringat, Kiara pun mengusap keringat yang menetes di pelipis keningnya. Operasi saat ini tidak hanya ditangani oleh dokter Rizki saja, namun ada dokter spesialis saraf dan dokter spesialis bedah yang menjadi tim nya. Bisa dikatakan kondisi pasien sangat serius, karena luka berat di bagian kepala. Belum lagi kayu yang masih menancap di bagian perut. "Apa kasus ini sudah dilaporkan ke pihak kepolisian? "Rizki bertanya dengan mata fokus ke arah kepala pasien. "Belum dok, soalnya pihak keluarga
"Selamat siang, om, Tante." Rizki menyapa Hermawan dan Mawar dengan napas ngos-ngosan. Wajah Eliza yang sejak tadi tampak cemas langsung berubah cerita ketika melihat kehadiran Rizki. Sialnya perubahan raut wajah Eliza, terlihat jelas oleh Nathan."Gimana operasinya apa sudah selesai." Mawar tersenyum dan menarik kursi yang ada di sebelahnya. Belum sempat Rizki duduk Nathan sudah lebih dulu duduk di kursi tersebut. Karena memang saat ini urutan duduknya Nathan di samping Hermawan, sedangkan Mawar di sebelah Eliza. "Kenapa ambil kursi aku? Bukankah kamu duduk di sana?" Rizki berkata dengan wajah kesal. "Kamu datang ke sini cuman untuk numpang makan, jadi tahu diri." Nathan berkata dengan gaya sombongnya. "Nggak boleh berantem kalau lagi makan, sini nak duduk dekat om saja." Dengan bijaksana Hermawan melerai pertengkaran antara putra semata wayang dan juga anak angkatnya tersebut. Yang waras ngalah, seperti itulah prinsip Rizki saat berhadapan dengan orang yang kurang waras sepert
"Waktu itu mas yang maksa suapin Liza." Eliza menolak ketika Nathan menyuapinya. "Masak sih, terus bagaimana ketika kamu suapin mas? Apa mas maksa disuapin juga?" Nathan dengan sengaja menggoda Eliza. Melihat wajah Eliza memerah seperti tomat, membuat ia semakin senang. "Mas, Lisa bisa suap sendiri, nggak enak nggak ada Papi, ada mami di sini." Eliza berkata sambil berbisik. "Papi, Mami gak lihat kok, ayo cepat buka mulutnya," kata Nathan sambil memandang kedua orang tuanya yang sedang menikmati santap siangnya. Sedangkan Rizki, sudah pasti tidak dianggap. "Satu aja ya." Eliza mengangkat satu jarinya. Eliza memilih mengalah karena yakin dia tidak akan pernah menang ketika berdebat dengan pria tersebut. Nathan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dengan cepat Eliza menyambar sendok berisi udang bakar berukuran besar dari tangan Nathan. Seperti apa yang dikatakan Nathan, rasa udangnya benar-benar lezat."Bagaimana enak?" tanya Nathan. Dengan cepat Eliza menganggukkan kepalanya
"Jadi kamu gak boleh tinggal di sini." Nathan langsung memutuskan.Hermawan terdiam ketika Nathan langsung menolak permintaan dari Rizki. Namun sebelum dokter itu mengambil rumah serta apartemen, memang dia tinggal bersama dengan keluarga Hermawan. Bahkan sejak kecil Rizki sudah tinggal bersama dengannya. "Tante, lihatlah dia jahat sekali." Dengan gaya manjanya Rizki mengadukan Nathan sambil menunjuk dengan jarinya. Rizki dan Nathan memang seumuran. Ketika kedua orang tuanya meninggal, Mawar dan Hermawan lah yang membesarkannya. Karena memang Rizki anak dari sahabatnya Hermawan. Bagi mereka Rizki Sudah sama seperti anak sendiri. "Nathan, jika Rizki ingin tinggal di sini, ya tidak apa-apa. Lagian sejak dulu dia memang tinggal di rumah kita." Mawar berkata sambil mengusap pundak dokter berwajah manis tersebut. Rizky sangat senang ketika mendapat dukungan dari Mawar. Bahkan pria itu menjulurkan lidahnya ke arah Nathan. Nathan hanya memandangnya dengan mata melotot dan juga kesal."O
Bukan hanya Nathan yang tercengang dengan kalung yang diberikan Mawar, Rizky juga terkejut. Ia tahu bahwa harga kalung ini mencapai 800 miliar. Bahkan Incomparable, merupakan kalung berlian kesayangan Mawar. Apakah mawar benar-benar memberikannya untuk Eliza? "Mi, ini kalungnya cantik sekali, Liza suka. Ini nama batu akiknya apa mi?" Eliza terus saja menatap kalung tersebut dengan penuh kekaguman. "Batu akik?" Kata Hermawan, Nathan, Rizky dan Mawar serentak. "Iya, kalau gak batu akik, berarti permata." Eliza tersenyum nyengir. Eliza tidak tahu bahwa kalung berlian ini dibuat oleh perajin perhiasan mewah Mouawad. Dengan berlian 637 karat. Berlian ini dianggap sebagai berlian tanpa cacat internal. Jika tahu berapa nilai kalung tersebut, dijamin Eliza gak akan bisa tidur selama 3 hari. "Yang penting kamu suka, kalau masalah batunya, mami lupa. Tapi ingat, ini harus dijaga sebaik mungkin." Mawar berkata dengan tersenyum. Tidak masalah jika Eliza tidak tahu berapa harga kalung yang
Kiara duduk dikursi piket. Tubuhnya terasa sangat leleh, karena malam ini terjadi kecelakaan berat. Ada 8 orang korban dari kecelakaan. Sebagai perawat yang piket malam, ia harus membantu menyelamatkan pasien kecelakaan tersebut. Yang membuat ia tidak tega ketika melihat korbannya seorang anak kecil berusia 3 tahun. Setelah membantu pasien, barulah ia bisa beristirahat, duduk santai di kursi piket."Kiara, mau pesan makanan nggak?" Perawat sesama piket bersama Kiara menawarkan. Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Kalau boleh jujur perutnya begitu sangat lapar. Namun dia tidak memiliki uang. Jatah makan yang diberi pihak rumah sakit untuk dokter Rizki, porsinya tidak banyak sehingga tidak bisa diasingkan untuk makan malam. "Beneran nggak mau, aku mau pesan mie rebus pakai telur." Air liur Kiara seakan menetes ketika membayangkan mie rebus dengan telur ceplok setengah matang. "Sebenarnya mau, tapi aku lagi nggak ada duit." "Uang yang kemarin kita dapat dari Tante baik a
Sudah 1 bulan Sandy di non aktifkan dari pekerjaannya. Selama 1 bulan ini ia tidak diperbolehkan untuk masuk kantor. Namun pagi tadi dia mendapat telepon dari kantor dan meminta untuk segera datang. Ada rasa senang ketika mendapat panggilan telepon tersebut, itu artinya dia sudah boleh bekerja. Namun ada juga kemungkinan bahwa dia akan dipecat. Dua kemungkinan ini membuat Sandy merasa cemas. "Mas, nanti kamu nggak boleh emosi ya kalau misalnya ketemu sama pimpinan." Mirna menasehati Sandy sambil merapikan pakaian suaminya itu. Permasalahan yang dibuat Wati, berdampak buruk untuk keluarga kecilnya. Kedua kakak iparnya sudah di pecat. Sedangkan nasib Sandy dan juga dirinya sendiri belum jelas. Bagaimana jika mereka juga dipecat. Sedangkan sekarang ada anak mereka yang sedang membutuhkan biaya yang besar. Sandy menganggukkan kepalanya. Setelah memakai pakaian rapi, ia pergi ke kantor dengan perasaan bercampur aduk.Ternyata manajer kepegawaian sudah menunggunya sejak 1 jam yang lalu
Mawar tidak menyangka bahwa putranya yang sangat cuek dan tidak menyukai ibu susuan dari cucunya, itu sekarang berubah menjadi bucin. Bahkan Nathan tampak sudah tidak sabaran untuk segera mengakhiri masa dudanya."Yang penting Eliza sudah janda Mi. Berarti aku boleh dong nikah sama dia, sekarang atau besok." Nathan tersenyum nyengir ketika melihat mata Mawar melotot memandanginya. "Atau minggu depan juga boleh," kata Nathan sesuka hati."Mami tahu kamu itu sudah kebelet pengen nikah. Tapi nggak bisa seburuk-buru itu. Harus ada prosesnya." Mawar berusaha untuk sabar dalam menghadapi putra semata wayangnya. Jika boleh jujur, Ia juga ingin segera melihat Eliza menikah dengan putra kesayangannya. Dengan seperti itu mereka akan benar-benar menjadi sebuah keluarga. Rasanya sungguh sangat bahagia ketika melihat Noah memiliki Ibu yang begitu sayang terhadapnya. Mawar juga mencemaskan Sherly. Saat ini wanita itu masih diam, karena belum kembali ke Indonesia. Namun belum tentu Sherly akan mel
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati
"Ya nggaklah," jawab Rizky. Ia sangat membutuhkan dokumen pernikahan. Karena itu syarat untuk mendapatkan hak asuh Yura. Setelah akad nikah, Rizky akan langsung mengurus dokumen serta syarat pernikahan. "Abang hebat, gercep, gaya lo asik," kata Elisa yang belagu sok gaul. Nathan yang sedang mengemudikan mobil tertawa melihat gaya Eliza yang sok jauh."Gercep adek?" Tanya Rizky yang tidak tahu istilah anak muda."Gerak cepat," jawab Eliza dengan sedikit tertawa. "Daripada kak Kiara dinikahi sama Pak tua mending Abang yang nikahi. Kak Kiara itu cantik banget. Terus juga orangnya baik, yang terpenting Yura sangat dekat sama kak Kiara. Oh iya apa Abang jadi mau adopsi Yura?" Tanya Eliza dengan cerewetnya."Iya, syaratnya harus nikah baru bisa adopsi Yura," jelas Rizky."Wah enak banget kalau seperti itu, nikah langsung dapat anak." Eliza berkata dengan riang. "Iya," jawab Rizky yang masih ragu dengan keputusannya."Abang itu sangat cocok sama kak Kiara. Sama-sama cantik dan juga gant
Eliza memandang Nathan yang sedang mengemudikan mobil. Nathan yang memakai kacamata tampak semakin gagah dan tampan. Entah sejak kapan Eliza memiliki hobi memandang wajah duda satu anak itu. "Apa belum puas memandang wajah Mas?" Nathan berkata tanpa menoleh ke arah Eliza yang duduk di sebelahnya. "Siapa yang pandangi Mas," elak Eliza. Wajahnya sudah memerah menahan rasa malu karena ketahuan sedang memperhatikan sang bos."Oh nggak ada ya," kata Nathan dengan sedikit tersenyum. Ia tidak mempermasalahkan jawaban Eliza yang tidak jujur. "Mas, apa masih ngantuk?" Eliza dengan sengaja mengalihkan topik obrolan. Apalagi Nathan sudah menguap berulang kali. "Lumayan, kepala juga rasanya agak pusing mungkin karena tidur pagi," kata Nathan yang tidak terbiasa tidur di pagi hari. "Kenapa nggak libur aja ke kantornya?" Eliza memberikan saran."Ada kerjaan penting, mas sudah ada janji sama klien. Nggak enak kalau cuma mengutus Dirga. Sedangkan klien datang dari Bali." Nathan sedikit te
"Kia akan mencari suami lewat media sosial. Disana pasti ada pria yang mau nikah sama Kia." Kiara tersenyum lebar.Jika tidak ada masalah dengan Rudi dan Rini, Kiara tidak akan seperti wanita yang sudah kebelet kawin seperti ini.Rizky terdiam dengan kepala berdenyut nyeri. Kiara kelewatan cantik. Jika ingin mencari suami lewat media sosial, pasti banyak pria yang bersedia. Apalagi dia menikah tidak punya tuntutan uang hantaran, mahar, uang isi kamar dan pengeluaran besar lainnya."Bagaimana jika kamu dapat suami yang jahat?" Tanya Rizky."Kia gak mikir masalah itu dok, yang penting bebas aja dulu," jawab Kiara tanpa pikir panjang.Rizky memijat kepalanya yang berdenyut nyari. Sepertinya Kiara benar-benar sudah stres. Jika mendapatkan suami asal-asalan, takutnya keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Bagaimana jika Kiara justru dijadikan psk oleh suaminya? Kepala Rizky semakin pusing ketika membayangkan hal tersebut. Lalu apa gunanya penyelamatan yang dilakukannya?Belum lag
Rizky benar-benar tercengang melihat Kiara. Di mana gadis lugu yang selama ini sering dia lihat. Dan kenapa sekarang Kiara tampak jauh berbeda. Meskipun dirinya dokter, namun dia laki-laki normal. Mana mungkin dia sanggup menahan godaan yang seperti ini."Kamu tidak risih pakai seperti itu?" tanya Rizky."Kenapa harus risih, ini baju dokter yang kasih. Lagian juga Dokter sudah lihat sendiri kan jadi buat apalagi malu." Kiara berkata dengan tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.Rizky mengusap keringat di pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini lugu cukup barbar. "Dok saya lapar.""Saya akan pesan makanan." Rizky langsung memesan makanan secara online. Yang bodohnya lagi dia memesan makanan tanpa bertanya apa yang diinginkan oleh Kiara. Bukan hanya satu jenis atau tiga jenis makanan yang dipesannya tapi sudah lebih dari 10 jenis makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sang dokter dalam keadaan grogi. Rizky meletakkan handphonenya setelah selesai memesan ma
"Ya masih ingat," jawab Rizky jujur. Bentuknya sangat indah dan menggoda, mana mungkin ia bisa melupakannya dalam waktu singkat."Tuh kan dokter masih ingat. Kalau gini Kia jadi malu." Kiara memandang Rizky sekilas kemudian menundukkan kepalanya.Rizky bingung harus berkata apa. Bagaimana jika Kiara salah paham dan menganggap dirinya sudah sudah direndahkan. Kiara diam beberapa saat dan kemudian memandang Rizky.Dokter berwajah manis itu benar-benar gugup ketika Kiara memandangnya. Ia tahu bahwa Kiara pasti marah dan kecewa. Belum lagi image nya sebagai pria baik, sopan dan pintar akan tercoreng dan dikatai pria mesum. "Dokter, sudah menyelamatkan nyawa saya serta menyelamatkan Saya dari pernikahan. Apa dokter mau menjadi suami saya?" Rizky sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Kiara. Ia langsung melakukan pemeriksaan terhadap kepala pasiennya tersebut. "Dok, saya sadar, saya juga tahu dengan apa yang saya katakan." Kiara berkata sambil memandang wajah sang dokter yang begi
Kiara memperhatikan sosok pria yang tidur di sofa. Meskipun pria itu membelakanginya namun dari potongan rambut dan postur tubuh, ia tahu bahwa pria itu dokter Rizky. "Kepala aku pusing." Kiara memegang kepalanya sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. "Apakah aku pingsan? Baju aku siapa yang ganti?" Kiara panik ketika menyadari bahwa saat ini pakaiannya sudah diganti. Lalu siapa yang telah menggantinya? Ya sudahlah Kiara tidak perlu terlalu memikirkan masalah pakaian. Yang terpenting ia selamat. Kiara merasakan tenggorokannya kering. Dilihatnya di meja yang disamping tempat tidur. Tidak ada gelas ataupun air mineral kemasan. Ia ingin membangunkan Rizky, namun tidak enak. Pada akhirnya Kiara bangkit dari tidurnya dan berniat mencari air minum.Rizky tersentak ketika mendengar suara berisik dari tempat tidur. Dilihatnya Kiara yang sudah turun dari atas tempat tidur. "Suster Kiara, Kamu sudah bangun?" "Iya Dok, saya haus." Kiara berkata sambil menundukkan kepalanya. Berdu
Begitu sampai di apartemen, Rizky merebahkan tubuh Kiara di atas tempat tidur. Dilihatnya wajah Kiara yang sudah pucat. Sedangkan tangannya sudah merah dengan darah Kiara. Rizky langsung melakukan pemeriksaan terhadap Kiara. Kondisinya cukup lemah dan kekurangan darah. Ia menghubungi salah seorang dokter di rumah sakit dan meminta untuk diantarkan satu kantong darah golongan O untuk Kiara.Agar luka Kiara tidak infeksi, ia langsung memberikan suntik tetanus. Luka di kepala Kiara cukup dalam dan juga panjang. Ia membersihkan luka terlebih dahulu kemudian memotong rambut di bagian luka. Setelah itu barulah luka dijahit. Setelah menjahit luka di kepala Kiara, Rizky memasang jarum infus di tangannya. Karena kondisi Suster itu dalam keadaan lemah. "Baju kamu sangat kotor dan penuh darah. Maaf ya saya harus menggantinya." Rizki memandang baju yang melekat di tubuh Kiara. Jantungnya berdebar dengan cepat ketika membuka kancing kemeja yang dikenakan Kiara. "Tidak apa-apa, ini adalah penan