"Mas, Liza ke kamar mandi sebentar ya." Eliza tersenyum memandang Nathan. Sejak tadi sudah kebelet namun karena malas ke kamar mandi, Eliza pun menolak panggilan alam. "Apa mau mas temani?" dengan bodohnya Nathan bertanya. Mata Eliza terbelalak mendengar penawaran dari Nathan. "Gak usah, Liza bisa sendiri," tolak Eliza dengan cepat. Aneh, mana boleh laki-laki masuk ke dalam kamar mandi perempuan. Jika Eliza menyetujui penawaran dari Nathan, sudah pasti bos besarnya itu akan keluar dengan wajah babak. "Ya sudah jangan lama, nanti Noah nangis. Sepertinya dia sudah minta pulang." Nathan berkata dengan tersenyum. Eliza menganggukkan kepala dan mengangkat jempolnya. "Oke." Nathan tersenyum memandang Eliza yang bergi ke kamar mandi. Nathan mulai sibuk dengan handphone di tangannya. Begitu banyak email yang masuk dan harus dibaca satu persatu. "Mas Nathan." Nathan terkejut ketika tiba-tiba saja ada seorang wanita yang langsung memeluknya. Tanpa malu wanita itu mencium bibir
Seorang pria berdiri tidak jauh dari ballroom tempat acara resepsi berlangsung. Pria itu datang memakai masker dan juga kacamata hitam. Sebagai seorang anak ia ingin memberikan ucapan selamat untuk sang Papa. Walau bagaimanapun papanya berhak untuk bahagia. Namun saat ini namanya sedang cacat. Begitu banyak orang-orang di luar sana yang membencinya. Jika Mirna mengatakan semua ini karena ulah dari Wati yang merupakan mamanya, Sandy tidak bisa memungkiri. Karena memang wanita itulah yang menjadi biang semua permasalahan yang terjadi. Dengan ragu Sandy melangkahkan kakinya menuju ke ballroom. Namun kakinya terhenti ketika melihat sosok wanita yang begitu sangat cantik bak bidadari. Matanya bakan tidak bisa berkedip sedikitpun. Apakah benar yang dilihatnya adalah Eliza? Sandi seperti orang bodoh yang mengekori wanita itu dari belakang. Disaat berada di tempat yang sepi dan wanita itu ingin masuk akan masuk ke dalam kamar mandi, dengan cepat ia menarik tangan wanita yang dia yakini i
Eliza sangat kesal berjumpa dengan Sandy. Berulang kali ia mengibaskan bajunya dan berharap jejak tangan pria itu bisa hilang. Rasa cinta yang dulu begitu sangat besar hilang tanpa bekas. Yang tersisa hanyalah kebencian serta rasa jijik. Jika bukan karena ulah Sandy, memberikan handphone jadul, mungkin saat ini putranya masih ada. Jika seandainya Sandy tidak selingkuh dan memilih tinggal di apartemen selingkuhannya, mungkin putranya masih hidup. Jika hari itu Sandy pulang ke rumah, mungkin Ibnu tidak harus dilarikan dengan berjalan kaki di tengah malam dan hujan deras. Semua kata mungkin, sungguh menyesakkan di dada Eliza. Bukannya berniat untuk menyalahkan takdir namun yang disesalkan mengapa anaknya pergi dengan begitu cepat. Padahal Ibnu terlahir sehat. Lagi-lagi Eliza merasakan hatinya yang begitu sangat perih. Luka disirami air jeruk nipis dan ditaburi garam kasar. Rasanya begitu sangat menyakitkan. Ia merasa menjadi Ibu yang sangat buruk dan tidak bisa menyelamatkan anaknya.
Pernyataan Sandy terdengar sangat lucu di telinga. Eliza tertawa terpingkal-pingkal ketika membayangkan seperti apa Sandy mencarinya di sana. Bagaimana jika pria itu tahu bahwa ia tidak pernah pulang ke Pekanbaru?" Hanya seperti itu saja sudah mengeluh. Yang lebih aneh lagi mengaku cinta dan tulus.""ha... ha.... ha, lucu aneh." "Eliza berhenti tertawakan mas." Wajah Sandy memerah ditertawakan Eliza. Rasanya tidak ada yang lucu dengan perkataannya, tapi mengapa Eliza tertawa ngakak seperti ini. Eliza tidak menghiraukan perkataan Sandy. Dia terus tertawa ketika membayangkan Sandy yang seperti orang gila berjalan kaki panas-panasan sambil bertanya ke setiap orang yang dijumpainya, "apa kenal istri saya?""Kita akan mulai semuanya dari awal. Mas tidak akan ceraikan Mirna. Kita akan menjalani rumah tangga dengan baik. Mas akan adil terhadap kalian berdua." Meskipun tahu ini hanya Janji yang tidak akan pernah ditempatinya, namun Sandy tetap saja mengatakannya.Meskipun tertawanya sudah b
Nathan berlari ke arah kamar mandi. Dari kejauhan dia melihat Eliza yang sedang bertengkar dengan Sandy. Nathan ingin mendekat, namun ia mengurungkan niatnya ketika mendengar perdebatan antara pasangan suami istri tersebut. Ada kalanya ia harus memilih untuk menjadi penonton di saat mereka harus menyelesaikan masalahnya. Dari tempat berdirinya Nathan bisa mendengar dengan jelas setiap kalimat yang dikatakan Eliza dan juga Sandy. Ada rasa puas dan juga bangga ketika melihat Eliza yang bersikap tegas dengan pecundang seperti Sandy. Eliza bukan lagi wanita lemah seperti dulu, bahkan dia dengan sangat entengnya menghajar Sandy hingga babak belur."Eliza, kamu gak boleh pergi, apa kamu lupa kalau kamu tidak punya saudara dan kenalan di sini. Hanya mas satu-satunya tempat kamu bergantung. Kamu jangan lupa, mas yang bawa kamu ke sini. Asal kamu tahu ini jakarta, begitu banyak tindakan kriminal yang terjadi di sini. Karena itu kamu harus pikir dulu jika ingin bercerai." Sandy berkata sambil
"Pak Nathan." Sandy berkata dengan terbata-bata. Nathan tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. "Di laporan karyawan kamu mengatakan bahwa Mirna istri sah dan istri pertama tapi sepertinya kamu memiliki istri yang lain?" "Bukan begitu Pak," jawab Sandy dengan wajah pucat pasih. Ia tidak menduga akan berjumpa Nathan di sini. "Jika tidak, berarti ini bukan istri kamu?" Nathan berkata dengan wajah dingin, hingga membuat Sandy merasakan sekujur tubuhnya kaku. Sandy terdiam dan sulit mengatakan Iya, karena dia pasti akan langsung mendapatkan teguran dari perusahaan. Perusahaan Hermawan memang berbeda dengan perusahaan yang lain. Jika perusahaan lain tidak peduli dengan masalah pribadi karyawannya, berbeda dengan Hermawan. Dia memberikan kuasa gaji kepada istri. Dengan seperti itu suami tidak akan berani bermain di belakang istrinya. Sedangkan Sandy mendaftarkan Mirna sebagai istri sah. Sandy tampak serba salah. Ingin mengatakan Eliza adalah istrinya, rasanya tidak mungkin.
Mawar kewalahan ketika Noah menangis dengan keras. Ia berencana membawa Noah keluar dari ballroom hotel setelah berpamitan dengan Marwan. Namun kedatangan pria yang membuat heboh ruangan, membuat ia terkejut dan membatalkan niatnya. Pria itu datang dengan berjalan terseok-seok. Wajah lebam dan bibirnya berdarah. Melihat kondisi pria itu, Mawar tahu bahwa dia korban dari tindakan kekerasan. "Papa." Sandy memanggil Marwan dan naik ke atas pelaminan. Mawar dan Hermawan yang masih berdiri di dekat Marwan baru menyadari bahwa pria yang babak belur itu ternyata Sandy. "Kamu kenapa?" Marwan terkejut ketika melihat putra bungsunya datang dalam keadaan babak-belur seperti ini. "Eliza ada di sini pa?" Tanya Sandy. Matanya memandang kearah tamu yang hadir dan berharap bisa melihat Eliza. Setelah Eliza menghajarnya hingga babak belur, ia yakin bahwa Eliza kembali ballroom tempat acara resepsi.Eliza hanya emosi, karena itu mereka harus berbicara lagi disaat emosi Eliza meredah. Ia yakin bahw
"Aku hanya mencintai Eliza pa, Aku ingin memulai semuanya dari awal dengan Eliza. Aku tidak keberatan jika harus menceraikan Mirna." Kata menceraikan Mirna, begitu mudahnya terucap dari mulut Sandy. Setelah anaknya dengan Mirna lahir dan mengetahui bahwa istri pertamanya itu infeksi virus yang akan membuat anak-anaknya terlahir cacat, Sandy tidak akan mempertahankan Mirna. Dia ingin tetap mempertahankan Eliza. Setelah 8 bulan Ibnu meninggal dunia, barulah ia merasa sakit kehilangan anaknya yang sempurna dan tampan."Dulu kau kejar-kejar Mirna, bahkan menelantarkan anak beserta istrimu. Karena ulahmu cucuku jadi korban. Apa kau tidak tahu aku sampai stroke ketika mendengar cucuku meninggal karena dilarikan ke rumah sakit dengan berjalan kaki oleh ibunya. Sekarang dengan entengnya kau bilang cinta Eliza dan menginginkan Eliza kembali?" Tanpa terasa Air mata Marwan menetes. Ternyata mau seperti apapun, Sandy tidak akan pernah berubah. Meskipun sudah mendapatkan cobaa yang seperti ini he
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati
"Ya nggaklah," jawab Rizky. Ia sangat membutuhkan dokumen pernikahan. Karena itu syarat untuk mendapatkan hak asuh Yura. Setelah akad nikah, Rizky akan langsung mengurus dokumen serta syarat pernikahan. "Abang hebat, gercep, gaya lo asik," kata Elisa yang belagu sok gaul. Nathan yang sedang mengemudikan mobil tertawa melihat gaya Eliza yang sok jauh."Gercep adek?" Tanya Rizky yang tidak tahu istilah anak muda."Gerak cepat," jawab Eliza dengan sedikit tertawa. "Daripada kak Kiara dinikahi sama Pak tua mending Abang yang nikahi. Kak Kiara itu cantik banget. Terus juga orangnya baik, yang terpenting Yura sangat dekat sama kak Kiara. Oh iya apa Abang jadi mau adopsi Yura?" Tanya Eliza dengan cerewetnya."Iya, syaratnya harus nikah baru bisa adopsi Yura," jelas Rizky."Wah enak banget kalau seperti itu, nikah langsung dapat anak." Eliza berkata dengan riang. "Iya," jawab Rizky yang masih ragu dengan keputusannya."Abang itu sangat cocok sama kak Kiara. Sama-sama cantik dan juga gant
Eliza memandang Nathan yang sedang mengemudikan mobil. Nathan yang memakai kacamata tampak semakin gagah dan tampan. Entah sejak kapan Eliza memiliki hobi memandang wajah duda satu anak itu. "Apa belum puas memandang wajah Mas?" Nathan berkata tanpa menoleh ke arah Eliza yang duduk di sebelahnya. "Siapa yang pandangi Mas," elak Eliza. Wajahnya sudah memerah menahan rasa malu karena ketahuan sedang memperhatikan sang bos."Oh nggak ada ya," kata Nathan dengan sedikit tersenyum. Ia tidak mempermasalahkan jawaban Eliza yang tidak jujur. "Mas, apa masih ngantuk?" Eliza dengan sengaja mengalihkan topik obrolan. Apalagi Nathan sudah menguap berulang kali. "Lumayan, kepala juga rasanya agak pusing mungkin karena tidur pagi," kata Nathan yang tidak terbiasa tidur di pagi hari. "Kenapa nggak libur aja ke kantornya?" Eliza memberikan saran."Ada kerjaan penting, mas sudah ada janji sama klien. Nggak enak kalau cuma mengutus Dirga. Sedangkan klien datang dari Bali." Nathan sedikit te
"Kia akan mencari suami lewat media sosial. Disana pasti ada pria yang mau nikah sama Kia." Kiara tersenyum lebar.Jika tidak ada masalah dengan Rudi dan Rini, Kiara tidak akan seperti wanita yang sudah kebelet kawin seperti ini.Rizky terdiam dengan kepala berdenyut nyeri. Kiara kelewatan cantik. Jika ingin mencari suami lewat media sosial, pasti banyak pria yang bersedia. Apalagi dia menikah tidak punya tuntutan uang hantaran, mahar, uang isi kamar dan pengeluaran besar lainnya."Bagaimana jika kamu dapat suami yang jahat?" Tanya Rizky."Kia gak mikir masalah itu dok, yang penting bebas aja dulu," jawab Kiara tanpa pikir panjang.Rizky memijat kepalanya yang berdenyut nyari. Sepertinya Kiara benar-benar sudah stres. Jika mendapatkan suami asal-asalan, takutnya keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Bagaimana jika Kiara justru dijadikan psk oleh suaminya? Kepala Rizky semakin pusing ketika membayangkan hal tersebut. Lalu apa gunanya penyelamatan yang dilakukannya?Belum lag
Rizky benar-benar tercengang melihat Kiara. Di mana gadis lugu yang selama ini sering dia lihat. Dan kenapa sekarang Kiara tampak jauh berbeda. Meskipun dirinya dokter, namun dia laki-laki normal. Mana mungkin dia sanggup menahan godaan yang seperti ini."Kamu tidak risih pakai seperti itu?" tanya Rizky."Kenapa harus risih, ini baju dokter yang kasih. Lagian juga Dokter sudah lihat sendiri kan jadi buat apalagi malu." Kiara berkata dengan tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.Rizky mengusap keringat di pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini lugu cukup barbar. "Dok saya lapar.""Saya akan pesan makanan." Rizky langsung memesan makanan secara online. Yang bodohnya lagi dia memesan makanan tanpa bertanya apa yang diinginkan oleh Kiara. Bukan hanya satu jenis atau tiga jenis makanan yang dipesannya tapi sudah lebih dari 10 jenis makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sang dokter dalam keadaan grogi. Rizky meletakkan handphonenya setelah selesai memesan ma
"Ya masih ingat," jawab Rizky jujur. Bentuknya sangat indah dan menggoda, mana mungkin ia bisa melupakannya dalam waktu singkat."Tuh kan dokter masih ingat. Kalau gini Kia jadi malu." Kiara memandang Rizky sekilas kemudian menundukkan kepalanya.Rizky bingung harus berkata apa. Bagaimana jika Kiara salah paham dan menganggap dirinya sudah sudah direndahkan. Kiara diam beberapa saat dan kemudian memandang Rizky.Dokter berwajah manis itu benar-benar gugup ketika Kiara memandangnya. Ia tahu bahwa Kiara pasti marah dan kecewa. Belum lagi image nya sebagai pria baik, sopan dan pintar akan tercoreng dan dikatai pria mesum. "Dokter, sudah menyelamatkan nyawa saya serta menyelamatkan Saya dari pernikahan. Apa dokter mau menjadi suami saya?" Rizky sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Kiara. Ia langsung melakukan pemeriksaan terhadap kepala pasiennya tersebut. "Dok, saya sadar, saya juga tahu dengan apa yang saya katakan." Kiara berkata sambil memandang wajah sang dokter yang begi
Kiara memperhatikan sosok pria yang tidur di sofa. Meskipun pria itu membelakanginya namun dari potongan rambut dan postur tubuh, ia tahu bahwa pria itu dokter Rizky. "Kepala aku pusing." Kiara memegang kepalanya sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. "Apakah aku pingsan? Baju aku siapa yang ganti?" Kiara panik ketika menyadari bahwa saat ini pakaiannya sudah diganti. Lalu siapa yang telah menggantinya? Ya sudahlah Kiara tidak perlu terlalu memikirkan masalah pakaian. Yang terpenting ia selamat. Kiara merasakan tenggorokannya kering. Dilihatnya di meja yang disamping tempat tidur. Tidak ada gelas ataupun air mineral kemasan. Ia ingin membangunkan Rizky, namun tidak enak. Pada akhirnya Kiara bangkit dari tidurnya dan berniat mencari air minum.Rizky tersentak ketika mendengar suara berisik dari tempat tidur. Dilihatnya Kiara yang sudah turun dari atas tempat tidur. "Suster Kiara, Kamu sudah bangun?" "Iya Dok, saya haus." Kiara berkata sambil menundukkan kepalanya. Berdu
Begitu sampai di apartemen, Rizky merebahkan tubuh Kiara di atas tempat tidur. Dilihatnya wajah Kiara yang sudah pucat. Sedangkan tangannya sudah merah dengan darah Kiara. Rizky langsung melakukan pemeriksaan terhadap Kiara. Kondisinya cukup lemah dan kekurangan darah. Ia menghubungi salah seorang dokter di rumah sakit dan meminta untuk diantarkan satu kantong darah golongan O untuk Kiara.Agar luka Kiara tidak infeksi, ia langsung memberikan suntik tetanus. Luka di kepala Kiara cukup dalam dan juga panjang. Ia membersihkan luka terlebih dahulu kemudian memotong rambut di bagian luka. Setelah itu barulah luka dijahit. Setelah menjahit luka di kepala Kiara, Rizky memasang jarum infus di tangannya. Karena kondisi Suster itu dalam keadaan lemah. "Baju kamu sangat kotor dan penuh darah. Maaf ya saya harus menggantinya." Rizki memandang baju yang melekat di tubuh Kiara. Jantungnya berdebar dengan cepat ketika membuka kancing kemeja yang dikenakan Kiara. "Tidak apa-apa, ini adalah penan