Share

Bab 131

Penulis: Liazta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 10:36:58

"Mas maaf Liza benar-benar enggak sengaja." Eliza baru menyadari apa yang telah dilakukannya. Dengan cepat Eliza membersihkan lengan baju Nathan.

"Tidak apa-apa," jawab Nathan antara geli dan kasihan.

"Mas baik banget sih, makasih ya. Kalau gitu boleh pinjam sekali lagi ya," kata Eliza yang kembali membuang ingusnya memakai lengan sweater yang dipakai Nathan.

"Ngelunjak," guman Nathan.

"Udah kotor juga Mas, nanti Liza cucikan. Liza sangat bertanggung jawab orangnya," kata Eliza tanpa rasa bersalah.

"Ya sudah deh terserah kamu." Nathan membuka sweater dan memberikan kepada Eliza.

"Terus gimana lagi cerita kamu, mas penasaran ingin dengar cerita komplitnya." Selama ini Nathan hanya mendengar cerita sepotong-sepotong. Ia ingin mendengar secara keseluruhan.

"Di jam 2 malam, Liza berjalan kaki bawa Ibnu ke rumah sakit. Sepinya luar biasa, karena di sana perumahan baru dan masih banyak hutan. Ditengah hujan deras Liza berlari gendong Ibnu. Liza benar-benar takut ketika mendengar suara p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Alya Sorayah
lanjuuuttt akak,, semangaaatt
goodnovel comment avatar
es070684
gas..... gas...... semangat kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   bab 132

    Waktu berlalu dengan cepat. Rasanya baru tadi malam Eliza sampai ke villa, namun hari ini mereka sudah harus kembali ke Jakarta. "Mas, kok sudah Minggu aja ya." "Kenapa, apa belum mau pulang?" Nathan memandang Eliza dengan penuh kekaguman. Meskipun hanya memakai kaos lengan panjang dan celana training serta sepatu. Wajah Eliza tampak sangat cantik secara natural. Jauh berbeda dengan mantan istrinya. Nathan mulai kesal dengan dirinya sendiri. Mengapa harus membandingkan Eliza dengan Sherly. Serly selalu menjadi primadona di kampus. Perempuan itu sangat terkenal karena kecantikan yang dimilikinya. Namun tetap saja Sherly tidak sebanding dengan Eliza. Bukan karena rupa yang membuat Nathan tertarik dengan Eliza. namun karakter Eliza yang unik. Kepribadian yang baik, sopan santun, ramah dan penyayang. Eliza juga cerdas dan polos. Inilah kelebihan yang tidak banyak dimiliki wanita di luar sana. "Liza masih pengen di sini." Eliza tersenyum sambil menghirup udara bersih. Segarnya udara ya

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 133

    Jika Eliza merasakan kebahagiaan karena memiliki keluarga yang baru, keluarga yang begitu sangat menyayanginya. Berbeda dengan Mirna. Wanita yang sedang menunggu momen menjadi seorang ibu itu harus menerima tinggal bersama dengan mama mertua. Mirna pulang ke rumah bersama dengan Wati. Meskipun dalam hatinya mendongkol namun tetap saja ia menunjukkan raut wajah manis di depan sang mertua yang begitu sangat menyebalkan. "Ma, Mama tidur di kamar tamu ya." Mirna menarik travel bag milik Wati dan memasukkannya ke dalam kamar. Wati memandang Mirna dengan mengerutkan keningnya. "Kamu menyuruh Mama tidur di sini?"Jelas Wati tidak terima ketika diberi kamar kecil seperti ini. Selama ini ia tidur di kamar yang sangat luas. Isi kamarnya juga barang-barang berkualitas. "Iya ma, di sini kan kamar cuman ada tiga." Jelas Mirna. Sedangkan satu kamar sudah dipakai untuk calon bayinya. Wati memandang Mirna dengan marah. "Saya tidak bisa tidur tanpa AC. Kamar ini juga terlalu kecil. Tempat tidurn

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 134

    Suasana di meja makan ini sama seperti biasanya, hangat dan penuh canda. Mereka selalu dibuat tertawa dengan tingkah lucu Noah dan Eliza yang sama-sama menggemaskan."Halo semua, selamat pagi." Sapa seorang pria yang sudah langsung duduk di kursi yang ada di sebelah Eliza. Eliza memandang pria itu dengan tersenyum riang. "Abang Rizki, Abang datang ke sini?""Iya dong, sebenarnya sejak semalam mau datang, tapi ada operasi pasien mendadak." Rizki tersenyum memandang Eliza. "Hai ganteng, om rindu nih," kata Rizki sambil mengusap pipi Noah. "Tante kirain gak jadi datang," kata Mawar dengan tersenyum. Wanita itu kemudian meminta ART menyiapkan sarapan untuk Rizki. "Aku sudah lama gak liburan, karena itu wajib datang mumpung hari Minggu. Aku juga sudah rindu sama bos kecil." Rizki berkata dengan gaya santainya. Meskipun tahu Nathan tidak menyukai kehadirannya, namun Rizki tidak perduli. Sebagai pria sejati, tidak ada kata mundur untuk mendapatkan wanita pujaan hati. Karena itu Rizki a

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 135

    Eliza memetik bunga-bunga di taman dan kemudian memasukkan ke dalam keranjang. Bunga-bunga di sini sangat cantik-cantik, ia akan merangkai bunga-bunga dan membawanya ke Jakarta.Pemandangan ini sangat indah. Eliza sangat cantik dengan memakai topi pantai gelombang dan memiliki pita di sisi kirinya. Long dress berwarna hitam dengan motif bunga, membuatnya terkesan lebih feminim. Tanpa ragu pria itu mengambil video secara diam-diam. Setelah puas mengamati dan mencuri video Eliza, barulah handphone nya di simpan kedalam saku celana."Lagi ngapain?" Tanya Rizki berdiri yang berdiri di sebelah Eliza. "Lagi petik bunga." Eliza menoleh ke samping dan tersenyum Rizki."Bunga-bunga di sini sangat cantik-cantik, sayang kalau nggak dipetik. Liza bakal bawa ke Jakarta untuk diletak di ruang tamu dan di kamar." Eliza memotong tangkai bunga dengan mengunakan gunting kecil."Apa adek mau ke danau?" Rizki tersenyum menawarkan Eliza. Setiap kali Mawar dan Hermawan berliburan ke villa ini, Rizki se

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 136

    Mengapa Nathan melakukan segala sesuatu seenak jidatnya saja. Ingin rasanya Eliza protes namun tetap saja ia tidak berani, mengingat Nathan adalah bos nya. Jika sudah seperti ini bagaimana caranya meminta maaf dengan Rizki.Rasa kesal Eliza hilang begitu saja ketika melihat pemandangan indah di depannya. Dari sini Eliza bisa melihat sebuah danau yang sangat indah. Motor yang dikendarai Nathan berhenti tepat di tepi danau. Nathan turun dari atas motor dengan wajah tersenyum. "Ayo turun."Eliza menganggukkan kepalanya kemudian turun dari atas motor. Meskipun senang karena Nathan membawanya ke danau, namun tetap saja Eliza merasa bersalah karena sudah ingkar janji dengan Rizki. "Seharusnya Liza mau datang ke sini sama bang Rizki." Eliza berkata sambil berjalan menuju ke tepi danau."Oh," jawab Nathan singkat. "Iya, Liza tadi masuk ke dalam letak bunga, dan juga ganti baju. Mas langsung aja main tarik Liza." Eliza menjelaskan."Mas gak tahu kalau kalian sudah ada rencana. Soalnya di ti

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 137

    Seorang wanita duduk di sofa dengan wajah yang kusut. Tangannya terus saja menekan tombol memanggil di ponselnya. Entah sudah berapa kali panggilan dilakukan namun tidak ada satupun panggilan itu yang masuk. Dalam artian nomor yang dihubunginya sedang tidak aktif. "Mas, Aku sangat butuh kamu tapi mengapa kamu tidak ada." Mirna berkata dengan frustasi. Apakah seperti ini yang dirasakan Eliza, ketika menghubungi Sandy hingga ratusan kali, namun panggilan telepon tidak diangkat. Dari pagi hingga sore bekerja. Setelah jam pulang seharusnya ia bisa beristirahat di dalam kamar yang nyaman. Namun mama mertua meminta untuk datang ke rumah mertua. Dengan alasan pembagian harta warisan. Meskipun tubuhnya sangat lelah, Mirna tetap datang. Namun yang terjadi justru di luar harap. Bukanya mendapatkan harta warisan, Mirna justru di suruh membawa mama mertua pulang ke rumahnya. Sekarang ia harus menahan rasa sakit hati karena mama mertua yang sudah semena-mena."Ya ampun, pinggang aku pegel seka

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 138

    Dengan terpaksa Mirna masuk ke kamar tamu yang tanpa AC. Bagaimana bisa tidur malam ini, sementara ia tidak bisa tidur tanpa AC. Wati benar-benar membuat Mirna marah. Kamarnya diambil, ayam bakarnya pun dimakan. Mengapa ada mertua seperti itu.Mirna mengusap perut buncitnya yang sudah terasa perih. Ingin pesan menu makan malam, tapi matanya sudah mengantuk. Pada akhirnya Mirna memilih merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.Baru saja Mirna merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, ia sudah kepanasan dan berkeringat. Meskipun didalam kamar ada kipas angin, tetap saja panas dan gerah.Mirna tidak mau menyerah dia terus menghubungi nomor ponsel suaminya. Ada rasa lega ketika melihat panggilannyaberdering. Hanya menunggu beberapa detik saja panggilan telepon tersebut langsung diangkat oleh Sandy. "Halo," jawab Sandy."Halo Mas, kenapa nomor handphone kamu tidak aktif?" Mirna langsung menodong Sandy dengan pertanyaan."Handphone ku habis baterai," jawab Sandy."Apa kamu sudah tahu kal

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 139

    Dengan jantung berdebar-debar Eliza pulang ke villa. Entah bagaimana nanti caranya menjelaskan kepada Rizki dan meminta maaf. Eliza masuk ke dalam villa dengan langkah lambat seperti seorang maling. Langkah kakinya terhenti ketika tepat berada di ruang tamu. Dilihatnya Rizki yang sedang tertidur sambil memeluk Noah. Kedua pria itu tampak sangat kompak. Gaya tidurnya juga sangat mirip.Sejak kapan kedua pria beda generasi itu tertidur seperti ini. Apakah Rizki sudah tahu bahwa dia pergi bersama dengan Nathan ke danau. Bagaimana jika nanti Rizki marah."Mas, Noah tidur." Eliza memandang Rizki dan juga Noah. Kedua wajah Itu tampak begitu tenang ketika sedang terlelap seperti ini. "Iya," jawab Nathan."Liza ambil Noah dulu, kasihan lihat kepalanya." Eliza memandang kepala Noah yang sudah miring ke kiri sedangkan Rizki kepalanya miring ke kanan. "Biar mas yang ngambil." Lagi-lagi Nathan menolak jika Eliza dekat dengan temannya tersebut. Eliza menganggukkan kepalanya dan membiarkan Nath

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 167

    Setelah tertidur cukup lama, Mirna tersadar dari pingsannya. Hal pertama yang dilihatnya hanyalah kesunyian. Persalinan yang lebih cepat dari perencanaan, membuat orang tua berserta keluarganya dari kampung belum datang. Sedangkan Sandy, mungkin saja sudah pergi mencari istri pertamanya. Apakah pria itu sama sekali tidak peduli terhadapnya?Lalu bagaimana dengan mama mertua dan juga kedua kakak ipar? Apakah mama mertua yang dulu katanya sangat menyayangi Mirna sekarang sudah tidak peduli?Mirna baru saja bertarung nyawa melahirkan buah cinta mereka, namun mengapa Sandy pergi tanpa menunggu ia terbangun. Apakah Eliza begitu berharga, sedangkan ia tidak? Begitu banyak pertanyaan yang berputar-putar dibenak kepalanya. Namun tidak ada satupun pertanyaan yang mampu dijawabnya.. Pria itu dingin dan tidak peduli terhadap dirinya. Mirna merasakan kakinya yang seperti kesemutan. Bahkan digerakkan pun sulit. Tenggorokannya kering dan sangat haus. Ia ingin minum namun tidak bisa untuk berger

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 166

    "Bagus, jangan bertahan sama orang yang tidak berhati. Biarkan saja mereka bahagia dengan kehidupannya sendiri. Kita juga bisa bahagia dengan kehidupan kita sendiri." Perkataan Marwan menjadi isyarat bahwa pria itu mendukung semua yang ingin dilakukan oleh Eliza. "Gimana nak lukanya, apa ada yang mengkhawatirkan?" Marwan bertanya sambil memandang luka-luka di wajah Eliza. "Nggak ada yang serius pa, ini hanya luka ringan saja. Sudah nggak sakit juga. "Eliza tersenyum mengusap pipinya. "Seperti ini lukanya kamu bilang nggak apa-apa?" Nathan langsung memotong perkataan Eliza. Eliza yang dipukul, namun dia merasa kesakitan. Apalagi ketika melihat banyak memar serta luka di kening Eliza yang harus mendapatkan jahitan. Eliza terdiam mendengar perkataan dari Nathan. "Papa harap ini yang terakhir kalinya Eliza diperlakukan seperti ini nak." Marwan berkata dengan raut sedih. Sebagai seorang ayah, dia tidak tega melihat kedua anak perempuannya mendekam di penjara. Perbuatan Tia dan juga

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 165

    Eliza terkejut memandang pria bertubuh tinggi yang berdiri di ambang pintu. "Papa." Pria itu tersenyum hangat memandang Eliza. Rona bahagia terlihat jelas diwajahnya yang tampan."Papa!" Teriak Eliza sambil berlari dan langsung memeluk Marwan. "Iya nak, bagaimana kondisi Eliza?" Marwan tersenyum sambil mengusap kepala Eliza. Di keluarga Sandy hanya pria inilah yang begitu sangat menyayangi Eliza dan juga Ibnu. Suatu hal yang tidak akan pernah dilupakan oleh Eliza. "Liza baik Pak, maafin Liza yang nggak bisa jagain papa sewaktu sedang sakit," sesal Eliza. "Tidak apa-apa nak, papa ngerti kok seperti apa Kondisi Eliza. Bahkan papa selalu berdoa agar Eliza tidak datang ke rumah. Keputusan Eliza untuk pergi sudah sangat tepat." Marwan berkata dengan raut wajah sedih.Marwan tahu Wati akan menjadikan Eliza babu seumur hidup. Karena itu dia tidak mau Eliza menghabiskan masa muda dan masa depannya bersama dengan suami seperti Sandy. Laki-laki yang tidak memiliki prinsip. "Papa sudah seh

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 164

    "Eliza kenapa tidak cerita sama mami kalau masalahnya seperti ini?" Mawar langsung bertanya setelah perawatan Kiara pergi."Maaf mi," jawab Eliza sambil menundukkan kepalanya. "Kenapa nggak cerita sama mami?" Mawar memandang Eliza dengan kecewa.Padahal Ia sudah menganggap Eliza sebagai anaknya sendiri. Namun mengapa Eliza tidak mau memberitahukan permasalahan ini kepadanya. Jika seandainya tahu masalah yang dihadapi Eliza, ia akan diselesaikan semuanya. Eliza tidak perlu terluka seperti sekarang. "Maaf mi, niatnya mau selesaikan masalah ini sendiri. Liza ingin menyelesaikan semuanya secara baik-baik. Liza udah nabung uang gaji, agar bisa bayar hutang. Kata ibu Wati, kalau hutang sudah lunas, Liza baru boleh cerai dari Mas Sandy. Liza gak menyangka masalahnya akan jadi seperti ini." Eliza menjelaskan secara singkat. Bagi Mawar, Eliza sangatlah menderita karena mendapat pemukulan hingga seperti ini. Namun bagi Eliza, ini hanya luka kecil. Ibarat kata orang, jika ingin menangkap ika

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 163

    "Eliza, kamu tidak apa-apa kan?" Mawar tidak bisa menyembunyikan kepanikan di wajahnya. Wanita berwajah cantik itu langsung mengusap wajah Eliza dengan lembut. Jika seandainya Wati beserta kedua anaknya tidak ditahan oleh pihak kepolisian, ketiga wanita itu pasti akan merasakan kekejaman yang dilakukan Mawar. Wanita asal Inggris itu memang tidak pernah melakukan hal yang keji, namun bukan berarti dia tidak pandai membalas perbuatan orang lain hingga 10 kali lipat lebih buruk. "Liza nggak apa-apa Pi, mi." Eliza tersenyum memandang Hermawan dan Mawar."Seperti ini kondisi kamu, masih bilang gak apa-apa?" Nathan berkata dengan marah.Eliza tidak berani memandang Nathan. Sejak tadi pria itu selalu saja mengomelinya hingga telinga Eliza terasa panas. Apa lagi cari Nathan menatapnya, seakan menelannya hidup-hidup."Apa ada luka serius dengan Eliza, Riz?" Mawar bertanya dengan Rizki. Sejak tadi Rizki berdiri di samping dokter yang memeriksa Eliza. Secara tidak langsung ia mengawasi dokt

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 162

    "Sebentar sus," kata Mawar sambil menghentikan kedua perawat tersebut. "Ada apa Bu?" tanya salah seorang perawat. Mawar mengeluarkan uang 5 juta dari dalam tas nya. "Ini saya ada rezeki untuk kalian berdua." Kedua perawat itu terkejut melihat uang yang diberikan mawar. "Ibu ini uang apa?" Tanya kedua perawat itu secara bersamaan. "Kebetulan ada rezeki, kalian bagi dua," jawab Mawar dengan tersenyum."Tapi sebaiknya tidak usah." Perawat cantik itu menolak uang yang diberikan Mawar. "Tidak boleh menolak rezeki, ini rezeki kalian." Mawar menyodorkan uang ke tangan salah seorang perawat. "Tapi Bu." "Saya tahu kalian itu kerjaannya berat tapi gajinya sedikit. Ini sengaja saya kasih untuk kalian, agar kalian bisa makan enak di akhir bulan." Mawar tersenyum ramah."Ibu baik sekali, terima kasih ya Bu," kata kedua perawat itu dengan sangat bahagia. "Kalau boleh tahu bayi yang lahir cacat itu siapa ya?" Tanya Mawar yang pemasaran."Oh itu Bu, Mas yang duduk di ruang operasi itu. Anak

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 161

    Tubuhnya lemas seketika. Bahkan kakinya tidak mampu menopang berat badannya sendiri. Pria itu terduduk di lantai dengan wajah yang pucat. "Pak Sandy, Apa Anda baik-baik saja?" tanya Dokter pria tersebut. Sandy diam sambil menggelengkan kepalanya. Jika anaknya sudah dibawa ke ruang bayi terlebih dahulu dan barulah melihatnya, dia pasti akan menuduh pihak rumah sakit telah mengganti anaknya. Namun nyatanya tidak, ia langsung melihat kondisi anaknya yang baru terlahir. Bahkan tubuhnya masih banyak lendir dan juga darah. Ini artinya bayi perempuan yang sedang menangis itu memang benar anaknya. "Pak Sandy, apa anda baik-baik saja?" Dokter itu kembali bertanya karena melihat Sandy yang hanya diam seperti patung. Cukup lama pria itu terdiam dan pada akhirnya sebuah kalimat keluar dari bibirnya. "Apa anak saya cacat?""Iya Pak," dokter itu menjawab sesuai dengan kondisi sang bayi. Sandy berusaha berdiri, dibantu oleh seorang perawat. Dilihatnya wajah bayi perempuannya yang sangat cantik.

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 160

    Hermawan yang sedang memimpin rapat menghentikan ucapannya ketika asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Biasanya asisten pribadinya akan melakukan hal tersebut jika ada sesuatu hal yang dianggap darurat. "Maaf Pak, Ibu Mawar ada di ruangan bapak. Beliau mengatakan ada hal buruk yang terjadi terhadap nona Eliza. Ibu Mawar meminta agar anda segera ke ruangan." Pria bertubuh tinggi itu sedikit membungkuk dan berbisik di dekat telinga Hermawan. Jantung Hermawan seakan berhenti berdetak ketika mendengar apa yang dikatakan oleh asisten pribadinya. Setelah diam beberapa detik barulah Hermawan menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya. "Untuk saat ini rapat saya ditunda," Hermawan beranjak dari duduknya dan langsung keluar dari ruangan. Dengan langkah cepat ia langsung berjalan menuju ke ruangannya. Begitu sampai di ruangannya, Hermawan langsung masuk dan melihat Mawar yang sedang menangis. "Mami, ada apa ini?" Hermawan bertanya dengan wajah cemas. "Papi, Eliza."

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 159

    "Mereka tidak mungkin di penjara, Eliza tidak akan menuntut mama, dan kakak-kakak, aku. Aku sangat tahu seperti apa sifat Eliza." Sandy berkata dengan yakin."Ya kita lihat saja nanti seperti apa perkembangan kasusnya. Oh iya papa lupa memberitahumu kalau papa akan melakukan akad nikah minggu depan di hotel berlian," kata Marwan."Papa tidak sedang bercanda?" Tanya Sandy dengan nada tidak suka. Saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bercanda."Papa tidak bercanda, kamu silakan datang. Acara akad dimulai jam 09.00 pagi dan dilanjut dengan acara resepsi hingga jam 04.00 sore. Namun jika kamu tidak bisa, ya tidak apa-apa.""Papa, aku lagi pusing jadi jangan bercanda seperti ini." Sandy berulang kali menghirup napas panjang dan kemudian menghembuskan secara berlahan-lahan."Papa tidak bercanda, Kamu boleh datang jika tidak percaya." Marwan berkata dengan serius."Mama sedang mengalami musibah pa, begitu juga dengan kedua anak papa. Apa papa tidak punya hati sedikitpun?" Sandy berkata de

DMCA.com Protection Status