Eliza sudah berada di kebun Anggur. Wanita cantik itu bersorak senang ketika melihat anggur berwarna ungu menjuntai di atas kepalanya. Ia mencoba menjangkau anggur tersebut. Namun sayangnya tubuh Eliza rendah hingga tidak sampai."Mas, Liza mau ambil tapi nggak sampai." Eliza kesal ketika tingginya tidak bisa menjangkau anggur yang berada di atas kepalanya. "Mau dibantu ngambilnya?" Sebagai pria yang baik dan pengertian, Nathan langsung menawarkan jasa. "Mau," jawab Eliza dengan girang. Dalam waktu beberapa detik saja wanita itu sudah menjerit dan panik. Apakah seperti ini yang dikatakan Nathan membantu?"Mas mau apa?" Eliza berkata dengan gugup. Cara yang dilakukan Nathan ampuh membuat tubuhnya lebih tinggi. Bahkan Nathan berada di batas perutnya."Cepat petik," kata Nathan dengan gaya cueknya. Entah mengapa ia bisa memiliki ide memalukan seperti ini. Tanpa pikir panjang Nathan memeluk bagian paha Eliza dan kemudian mengangkatnya. Apa yang sudah dilakukannya pasti menimbulkan kepa
Eliza duduk santai di ayunan besi sambil memangku malaikat kecilnya. Takdir manusia tidak ada yang bisa menebak. Jika sang pencipta berkehendak yang hitam bisa jadi putih yang putih bisa dah jadi hitam bahkan semudah membalikkan telapak tangan. Begitulah dengan nasib Eliza. Disaat ia diberikan cobaan yang begitu sangat berat, namun tidak membuatnya putus asa. Eliza mencoba keluar dari lingkaran syetan dan berjuang menyelamatkan dirinya sendiri. Pada saat itu pula Eliza bertemu dengan malaikat kecilnya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa malaikat kecil itulah yang menjadi penyelamat hidupnya. Selama bersama dengan malaikat kecilnya, tak ada lagi air mata kesedihan seperti yang biasanya. Dikelilingi orang-orang yang baik dan menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan."Dingin sekali ya anak." Eliza memeluk tubuh mungil Noah. Meskipun sudah memakaikan baju dingin dan topi, tetap saja pipi bayi berumur 6 bulan itu terasa sejuk.Bayi laki-laki itu tersenyum sambil mengusap pipi Eli
"Liza yakin mas bukan tipe suami yang banyak duit tapi pelit sama istri. Liza yakin mas tipe suami yang royal dan menjadi istri ratu." Eliza berkata dengan panik.Nathan tertawa mendengar perkataan Eliza. Apalagi melihat wajah Eliza yang sedang panik, sungguh lucu dan menggemaskan.Eliza diam saat memandang Nathan tertawa lepas seperti ini. Pria itu memang sangat jarang tertawa seperti ini. Dalam diam Eliza mengagumi sang bos. "Sebelum pernikahan dia meminta agar kami membuat yang namanya surat perjanjian sebelum pernikahan. Yang mana isi surat perjanjian itu saya mengizinkan dia untuk tetap berkarir. Dia meminta waktu 3 tahun untuk tetap di Paris. Dengan alasan masih memiliki kontrak kerja. Saya meminta agar dia memutuskan kontrak kerja. Saya siap membayar uang pinalti ke perusahaan yang sudah bekerja sama dengan dia. Namun dia menolak, baginya karir sangatlah sangat penting."Karena terlalu mencintai, Nathan menerima perjanjian pra pernikahan yang dibuat oleh Sherly. Namun ternya
"Apa kamu sangat mencintai suamimu?"Tidak ingin berbelit-belit, ia langsung bertanya sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya. Inilah kesempatan Nathan untuk mempertanyakan tentang perasaan dan hubungan Eliza dengan suaminya.Eliza diam mendengar pertanyaan Nathan. Pertanyaan ini seperti pisau silet dua mata, setiap sisi matanya sangatlah tajam. Yang mana kedua matanya sama-sama bisa melukainya. "Kenapa diam?"Eliza masih diam dengan tatapan jauh ke depan. Menceritakan tentang perasaannya terhadap Sandy, sudah pasti sangat menyakitkan. Luka yang selama ini sudah berangsur sembuh, kini kembali terasa perih. Dengan sabar Nathan menunggu Eliza menjawab pertanyaan singkat darinya. Seharusnya pertanyaan itu hanya ada dua jawaban iya sangat mencintai atau tidak mencintai. Namun mengapa Eliza sangat sulit mengatakan hal itu? Setelah cukup lama diam, akhirnya Eliza bersuara. "Ya Liza sangat mencintai dia."Mendengar jawaban Eliza, membuat hatinya berdenyut nyeri. Nathan memandang Eliza.
"Mas maaf Liza benar-benar enggak sengaja." Eliza baru menyadari apa yang telah dilakukannya. Dengan cepat Eliza membersihkan lengan baju Nathan. "Tidak apa-apa," jawab Nathan antara geli dan kasihan."Mas baik banget sih, makasih ya. Kalau gitu boleh pinjam sekali lagi ya," kata Eliza yang kembali membuang ingusnya memakai lengan sweater yang dipakai Nathan. "Ngelunjak," guman Nathan."Udah kotor juga Mas, nanti Liza cucikan. Liza sangat bertanggung jawab orangnya," kata Eliza tanpa rasa bersalah."Ya sudah deh terserah kamu." Nathan membuka sweater dan memberikan kepada Eliza. "Terus gimana lagi cerita kamu, mas penasaran ingin dengar cerita komplitnya." Selama ini Nathan hanya mendengar cerita sepotong-sepotong. Ia ingin mendengar secara keseluruhan. "Di jam 2 malam, Liza berjalan kaki bawa Ibnu ke rumah sakit. Sepinya luar biasa, karena di sana perumahan baru dan masih banyak hutan. Ditengah hujan deras Liza berlari gendong Ibnu. Liza benar-benar takut ketika mendengar suara p
Waktu berlalu dengan cepat. Rasanya baru tadi malam Eliza sampai ke villa, namun hari ini mereka sudah harus kembali ke Jakarta. "Mas, kok sudah Minggu aja ya." "Kenapa, apa belum mau pulang?" Nathan memandang Eliza dengan penuh kekaguman. Meskipun hanya memakai kaos lengan panjang dan celana training serta sepatu. Wajah Eliza tampak sangat cantik secara natural. Jauh berbeda dengan mantan istrinya. Nathan mulai kesal dengan dirinya sendiri. Mengapa harus membandingkan Eliza dengan Sherly. Serly selalu menjadi primadona di kampus. Perempuan itu sangat terkenal karena kecantikan yang dimilikinya. Namun tetap saja Sherly tidak sebanding dengan Eliza. Bukan karena rupa yang membuat Nathan tertarik dengan Eliza. namun karakter Eliza yang unik. Kepribadian yang baik, sopan santun, ramah dan penyayang. Eliza juga cerdas dan polos. Inilah kelebihan yang tidak banyak dimiliki wanita di luar sana. "Liza masih pengen di sini." Eliza tersenyum sambil menghirup udara bersih. Segarnya udara ya
Jika Eliza merasakan kebahagiaan karena memiliki keluarga yang baru, keluarga yang begitu sangat menyayanginya. Berbeda dengan Mirna. Wanita yang sedang menunggu momen menjadi seorang ibu itu harus menerima tinggal bersama dengan mama mertua. Mirna pulang ke rumah bersama dengan Wati. Meskipun dalam hatinya mendongkol namun tetap saja ia menunjukkan raut wajah manis di depan sang mertua yang begitu sangat menyebalkan. "Ma, Mama tidur di kamar tamu ya." Mirna menarik travel bag milik Wati dan memasukkannya ke dalam kamar. Wati memandang Mirna dengan mengerutkan keningnya. "Kamu menyuruh Mama tidur di sini?"Jelas Wati tidak terima ketika diberi kamar kecil seperti ini. Selama ini ia tidur di kamar yang sangat luas. Isi kamarnya juga barang-barang berkualitas. "Iya ma, di sini kan kamar cuman ada tiga." Jelas Mirna. Sedangkan satu kamar sudah dipakai untuk calon bayinya. Wati memandang Mirna dengan marah. "Saya tidak bisa tidur tanpa AC. Kamar ini juga terlalu kecil. Tempat tidurn
Suasana di meja makan ini sama seperti biasanya, hangat dan penuh canda. Mereka selalu dibuat tertawa dengan tingkah lucu Noah dan Eliza yang sama-sama menggemaskan."Halo semua, selamat pagi." Sapa seorang pria yang sudah langsung duduk di kursi yang ada di sebelah Eliza. Eliza memandang pria itu dengan tersenyum riang. "Abang Rizki, Abang datang ke sini?""Iya dong, sebenarnya sejak semalam mau datang, tapi ada operasi pasien mendadak." Rizki tersenyum memandang Eliza. "Hai ganteng, om rindu nih," kata Rizki sambil mengusap pipi Noah. "Tante kirain gak jadi datang," kata Mawar dengan tersenyum. Wanita itu kemudian meminta ART menyiapkan sarapan untuk Rizki. "Aku sudah lama gak liburan, karena itu wajib datang mumpung hari Minggu. Aku juga sudah rindu sama bos kecil." Rizki berkata dengan gaya santainya. Meskipun tahu Nathan tidak menyukai kehadirannya, namun Rizki tidak perduli. Sebagai pria sejati, tidak ada kata mundur untuk mendapatkan wanita pujaan hati. Karena itu Rizki a
Kiara masuk ke dalam kamar dengan jantung berdebar cepat. Berulang kali ia menepuk pipinya untuk memastikan apakah ini nyata atau mimpi? Apakah benar ia akan menjadi istri dari Dokter Rizky? Salah seorang dokter yang paling dikaguminya di rumah sakit. Selain berwajah manis dan baik, dokter itu juga terkenal minim gosip. Padahal di rumah sakit begitu banyak yang mengagumi sang dokter, baik dari kalangan dokter perempuan yang berstatus gadis ataupun janda. Begitu juga dengan para perawat. Namun siapa yang bisa menyangka bahwa Kiara lah yang akan menjadi pemiliknya. "Untung aja nasib aku nggak seperti Siti Nurbaya yang harus menikah dengan Datuk maringgih." Kiara tersenyum bahagia mengingat sebentar lagi Ia akan menikah dengan dokter Rizki. "Andaikan Samsul Bahri cepat datang dan membawa Siti Nurbaya kabur seperti dokter Rizky, pasti judul novelnya bukan kasih tak Sampai." Kiara sangat menyayangkan kisah cinta Siti Nurbaya dan juga Samsul Bahri. Kisah cinta yang seharusnya berakhir b
"Gini Om ceritanya. Kiara perawat yang bekerja di rumah sakit, akan dinikahkan sama orang tuanya. Kiara tidak mau menikah dengan orang itu. Karena itu aku menyelamatkannya dari pernikahan. Pernikahannya dua hari lagi, aku sudah membawa dia kabur." Rizky menjelaskan dengan singkat. Dia berharap Hermawan dan juga Mawar mengerti situasinya saat ini. "Kamu melarikan calon istri orang?" Mawar langsung menyahut. Ia tidak menyangka bahwa Rizky yang merupakan seorang dokter hebat dan dosen, bisa bersikap seperti ini. Padahal gadis cantik seperti apapun, bisa didapatkannya dengan mudah."Iya, Tante," jawab Rizky."Ya ampun kamu berani sekali melarikan calon istri orang," sembur Hermawan."Nggak ada jalan lain," Rizky berkata dengan nada suara lemah. Ia tidak menyangka akan menikah dengan Kiara. Gadis yang tidak pernah hadir dalam mimpinya. "Kalau kamu benar-benar ingin menikah, wanita seperti apapun yang kamu mau, bisa Tante carikan. Kalau seperti ini, nama kamu bisa rusak." Mawar menasehati
"Ya nggaklah," jawab Rizky. Ia sangat membutuhkan dokumen pernikahan. Karena itu syarat untuk mendapatkan hak asuh Yura. Setelah akad nikah, Rizky akan langsung mengurus dokumen serta syarat pernikahan. "Abang hebat, gercep, gaya lo asik," kata Elisa yang belagu sok gaul. Nathan yang sedang mengemudikan mobil tertawa melihat gaya Eliza yang sok jauh."Gercep adek?" Tanya Rizky yang tidak tahu istilah anak muda."Gerak cepat," jawab Eliza dengan sedikit tertawa. "Daripada kak Kiara dinikahi sama Pak tua mending Abang yang nikahi. Kak Kiara itu cantik banget. Terus juga orangnya baik, yang terpenting Yura sangat dekat sama kak Kiara. Oh iya apa Abang jadi mau adopsi Yura?" Tanya Eliza dengan cerewetnya."Iya, syaratnya harus nikah baru bisa adopsi Yura," jelas Rizky."Wah enak banget kalau seperti itu, nikah langsung dapat anak." Eliza berkata dengan riang. "Iya," jawab Rizky yang masih ragu dengan keputusannya."Abang itu sangat cocok sama kak Kiara. Sama-sama cantik dan juga gant
Eliza memandang Nathan yang sedang mengemudikan mobil. Nathan yang memakai kacamata tampak semakin gagah dan tampan. Entah sejak kapan Eliza memiliki hobi memandang wajah duda satu anak itu. "Apa belum puas memandang wajah Mas?" Nathan berkata tanpa menoleh ke arah Eliza yang duduk di sebelahnya. "Siapa yang pandangi Mas," elak Eliza. Wajahnya sudah memerah menahan rasa malu karena ketahuan sedang memperhatikan sang bos."Oh nggak ada ya," kata Nathan dengan sedikit tersenyum. Ia tidak mempermasalahkan jawaban Eliza yang tidak jujur. "Mas, apa masih ngantuk?" Eliza dengan sengaja mengalihkan topik obrolan. Apalagi Nathan sudah menguap berulang kali. "Lumayan, kepala juga rasanya agak pusing mungkin karena tidur pagi," kata Nathan yang tidak terbiasa tidur di pagi hari. "Kenapa nggak libur aja ke kantornya?" Eliza memberikan saran."Ada kerjaan penting, mas sudah ada janji sama klien. Nggak enak kalau cuma mengutus Dirga. Sedangkan klien datang dari Bali." Nathan sedikit te
"Kia akan mencari suami lewat media sosial. Disana pasti ada pria yang mau nikah sama Kia." Kiara tersenyum lebar.Jika tidak ada masalah dengan Rudi dan Rini, Kiara tidak akan seperti wanita yang sudah kebelet kawin seperti ini.Rizky terdiam dengan kepala berdenyut nyeri. Kiara kelewatan cantik. Jika ingin mencari suami lewat media sosial, pasti banyak pria yang bersedia. Apalagi dia menikah tidak punya tuntutan uang hantaran, mahar, uang isi kamar dan pengeluaran besar lainnya."Bagaimana jika kamu dapat suami yang jahat?" Tanya Rizky."Kia gak mikir masalah itu dok, yang penting bebas aja dulu," jawab Kiara tanpa pikir panjang.Rizky memijat kepalanya yang berdenyut nyari. Sepertinya Kiara benar-benar sudah stres. Jika mendapatkan suami asal-asalan, takutnya keluar dari mulut buaya masuk ke mulut harimau. Bagaimana jika Kiara justru dijadikan psk oleh suaminya? Kepala Rizky semakin pusing ketika membayangkan hal tersebut. Lalu apa gunanya penyelamatan yang dilakukannya?Belum lag
Rizky benar-benar tercengang melihat Kiara. Di mana gadis lugu yang selama ini sering dia lihat. Dan kenapa sekarang Kiara tampak jauh berbeda. Meskipun dirinya dokter, namun dia laki-laki normal. Mana mungkin dia sanggup menahan godaan yang seperti ini."Kamu tidak risih pakai seperti itu?" tanya Rizky."Kenapa harus risih, ini baju dokter yang kasih. Lagian juga Dokter sudah lihat sendiri kan jadi buat apalagi malu." Kiara berkata dengan tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya.Rizky mengusap keringat di pelipis kepalanya. Dia tidak menyangka bahwa gadis yang selama ini lugu cukup barbar. "Dok saya lapar.""Saya akan pesan makanan." Rizky langsung memesan makanan secara online. Yang bodohnya lagi dia memesan makanan tanpa bertanya apa yang diinginkan oleh Kiara. Bukan hanya satu jenis atau tiga jenis makanan yang dipesannya tapi sudah lebih dari 10 jenis makanan. Hal ini menunjukkan bahwa sang dokter dalam keadaan grogi. Rizky meletakkan handphonenya setelah selesai memesan ma
"Ya masih ingat," jawab Rizky jujur. Bentuknya sangat indah dan menggoda, mana mungkin ia bisa melupakannya dalam waktu singkat."Tuh kan dokter masih ingat. Kalau gini Kia jadi malu." Kiara memandang Rizky sekilas kemudian menundukkan kepalanya.Rizky bingung harus berkata apa. Bagaimana jika Kiara salah paham dan menganggap dirinya sudah sudah direndahkan. Kiara diam beberapa saat dan kemudian memandang Rizky.Dokter berwajah manis itu benar-benar gugup ketika Kiara memandangnya. Ia tahu bahwa Kiara pasti marah dan kecewa. Belum lagi image nya sebagai pria baik, sopan dan pintar akan tercoreng dan dikatai pria mesum. "Dokter, sudah menyelamatkan nyawa saya serta menyelamatkan Saya dari pernikahan. Apa dokter mau menjadi suami saya?" Rizky sangat terkejut mendengar pertanyaan dari Kiara. Ia langsung melakukan pemeriksaan terhadap kepala pasiennya tersebut. "Dok, saya sadar, saya juga tahu dengan apa yang saya katakan." Kiara berkata sambil memandang wajah sang dokter yang begi
Kiara memperhatikan sosok pria yang tidur di sofa. Meskipun pria itu membelakanginya namun dari potongan rambut dan postur tubuh, ia tahu bahwa pria itu dokter Rizky. "Kepala aku pusing." Kiara memegang kepalanya sambil terus mengingat apa yang terjadi semalam. "Apakah aku pingsan? Baju aku siapa yang ganti?" Kiara panik ketika menyadari bahwa saat ini pakaiannya sudah diganti. Lalu siapa yang telah menggantinya? Ya sudahlah Kiara tidak perlu terlalu memikirkan masalah pakaian. Yang terpenting ia selamat. Kiara merasakan tenggorokannya kering. Dilihatnya di meja yang disamping tempat tidur. Tidak ada gelas ataupun air mineral kemasan. Ia ingin membangunkan Rizky, namun tidak enak. Pada akhirnya Kiara bangkit dari tidurnya dan berniat mencari air minum.Rizky tersentak ketika mendengar suara berisik dari tempat tidur. Dilihatnya Kiara yang sudah turun dari atas tempat tidur. "Suster Kiara, Kamu sudah bangun?" "Iya Dok, saya haus." Kiara berkata sambil menundukkan kepalanya. Berdu
Begitu sampai di apartemen, Rizky merebahkan tubuh Kiara di atas tempat tidur. Dilihatnya wajah Kiara yang sudah pucat. Sedangkan tangannya sudah merah dengan darah Kiara. Rizky langsung melakukan pemeriksaan terhadap Kiara. Kondisinya cukup lemah dan kekurangan darah. Ia menghubungi salah seorang dokter di rumah sakit dan meminta untuk diantarkan satu kantong darah golongan O untuk Kiara.Agar luka Kiara tidak infeksi, ia langsung memberikan suntik tetanus. Luka di kepala Kiara cukup dalam dan juga panjang. Ia membersihkan luka terlebih dahulu kemudian memotong rambut di bagian luka. Setelah itu barulah luka dijahit. Setelah menjahit luka di kepala Kiara, Rizky memasang jarum infus di tangannya. Karena kondisi Suster itu dalam keadaan lemah. "Baju kamu sangat kotor dan penuh darah. Maaf ya saya harus menggantinya." Rizki memandang baju yang melekat di tubuh Kiara. Jantungnya berdebar dengan cepat ketika membuka kancing kemeja yang dikenakan Kiara. "Tidak apa-apa, ini adalah penan