Eliza berada di dalam mobil bersama dengan. Namun suasana di dalam mobil ini tidak seperti biasanya. Biasanya Eliza akan banyak berbicara. Namun untuk sekarang dia lebih memilih diam dan menundukkan kepalanya. Meskipun masalah sudah selesai tetap saja Eliza merasa canggung. Begitu banyak cerita aneh yang terjadi semalam. Sampai saat ini ia masih penasaran, bagaimana caranya bisa tidur di kamar Noah. Siapa yang sudah memindahkannya? Eliza ingin bertanya namun malu ketika melihat Nathan."Nanti pulang aku jemput." Nathan sedikit melirik ke arah Elisa "Iya mas, setiap Liza pulang kan mas terus yang jemput," jawab Eliza dengan wajah polosnya. Nahan berusaha menahan rasa gemas sekaligus kesal. Padahal dia mengatakan hal ini hanya untuk sekedar mencari topik pembicaraan namun jawaban Eliza membuat dia kesel."Tadi Noah makan banyak ya, padahal ini hari pertama dia makan." Nathan berkata sambil melirik Eliza. Biasanya Eliza akan sangat antusias ketika membahas tentang Noah. "Iya mas, bu
"Apa Kamu nggak kerja mas?" Mirna yang sudah terlihat cantik dengan perut besarnya memandang ke arah Sandy. Pria itu masih memakai baju kaos oblong dan berbaring di atas tempat tidur. "Kepalaku pusing aku sudah minta izin," jawab Sandy."Oh ya udah kalau gitu aku kerja dulu ya mas. Nanti kalau mau sarapan Kamu beli aja di luar. Ini uang untuk kamu di rumah." Mirna mengeluarkan uang pecahan 50.000. Sandy hanya diam tanpa menjawab perkataan istrinya. "Rencananya minggu depan aku sudah ngambil cuti mas." Mirna tersenyum sambil mengusap perutnya. Menyambut kelahiran calon bayinya tentu membuat wanita senang. Berdasarkan hasil pemeriksaan Mirna akan melahirkan anak perempuan. Sandy tidak mengatakan apapun. Tidak ada raut kebahagiaan ketika mendengar perkataan istrinya. "Mas, mau sampai kapan sih kamu seperti ini sama aku?"Sandy tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu terlalu banyak pikiran, aku tidak berubah." Mirna diam memandang Sandy, pria itu benar-benar sudah berubah.
Begitu pulang dari kampus Eliza langsung pulang ke mansion bersama dengan Nathan. Seperti inilah rutinitasnya selama 6 bulan terakhir. Menjalani hidup dengan tenang, nyaman dan bahagia. Di sini semua kesedihan seakan tersapu habis dan digantikan dengan kebahagian. Bahkan dengan mudahnya Eliza melupakan suaminyaTerkadang Eliza merasa heran dengan statusnya. Dia hanya seorang pengasuh namun bos besar yang menjadi sopir pribadi. Setiap kali akan pergi ke manapun Nathan yang selalu mengantar serta menjemputnya. "Eliza cepat ke kemas barang-barang kamu." Mawar langsung memberikan perintah ke petikan Eliza melihat Eliza yang sudah masuk ke dalam rumah. "Siapin barang-barang, kita mau ke mana mi?" tanya Eliza. "Sore ini kita bakalan berangkat ke puncak." Wanita cantik itu duduk dengan anggun dan sambil menikmati teh hangatnya. "Ke puncak mi?" Eliza terkejut ketika mendengar perkataan dari Mawar. Bukankah Sabtu besok, pikirnya. "Jumat ini tanggal merah, karena itu kita berangkat sore.
Untuk pertama kalinya Eliza masuk ke dalam kamar Nathan. Eliza memandang kagum kamar dengan interior berwarna abu-abu yang dikombinasi putih. Kamar tidur dengan konsep kontemporer. Konsep ini menarik karena menciptakan lingkungan yang modern, bersih, dan elegan. Desain yang sederhana dan minimalis serta barang-barang yang teratur dengan rapi, memberikan suasana yang tenang dan santai untuk beristirahat.Eliza memandang kearah tempat tidur king size berwarna hitam. Desain kamar Nathan terkesan lelaki banget. "Apa istrinya yang dulu suka desain kamar seperti ini?" Tanya Eliza dalam hati."Aneh masa foto mantan istri nggak ada terpajang." Eliza hanya melihat beberapa lukisan yang dinilai memiliki harga yang tinggi. Ya sudahlah, ia tidak boleh terlalu memikirkan urusan orang lain. Eliza mulai mengemasi barang-barang yang akan dibawa oleh Nathan. Setelah yakin semua barang yang dibutuhkan sudah dimasukkan kedalam travel bag, Eliza kemudian keluar dari kamar. Untuk meminta bantuan kepada p
Pria itu memandang foto berukuran 3X4 itu dengan serius. "Sepertinya gak ada mas, apa istrinya kuliah di sini?" Tanya pria yang duduk di kasir tersebut.Sandy menggelengkan kepalanya. "Dia ke Pekanbaru dan tinggal di kosan temannya. Kosan temannya berada di jalan balam sakti," jawab Sandy."Pondokan apa mas?" Sandy menggeleng-gelengkan kepalanya. Saya lupa menanyakan nama kosannya. "Disini sangat banyak kos-kosan mas," kata pria berkumis tersebut.Sandy terdiam mendengar perkataan si pemilik warung. "Coba dilihat lagi mas, mana tahu bisa ingat." Sandy kembali mendekatkan foto istrinya ke pedagang tersebut.Pria itu kembali memandang foto Eliza. Kemudian menggelengkan kepalanya. "Saya sangat ingat dengan pelanggan yang biasa datang ke sini. Hampir rata-rata mahasiswa yang tinggal di jalan balam ini, pasti makan di sini." "Terimakasih mas," jawab Sandy. Mungkin si penjual ayam penyet benar, kalau Eliza tidak pernah datang ke sini. Apalagi Eliza mengatakan bahwa ia hanya makan denga
Nathan menikmati secangkir coklat hangat sambil memeluk putranya. Bayi tampan itu kalau tertidur memang sangat lelap. Noah bahkan sedikitpun tidak menghiraukan suara berisik. "Mas, Noah biar Liza yang pegang." Eliza tersenyum memandang Noah sedang terlelap."Nggak usah," tolak Nathan.Udara yang dingin membuat bayi mungil itu merasa nyaman tidur dalam dekapan sang Daddy."Tangan mas pasti pegal kalau gendong Noah terlalu lama. Biar Liza yang pegang Noah." Lagi-lagi Eliza menawarkan jasa."Di mobil tadi kamu sudah lama peluknya Noah, sekarang giliran saya."Nathan tahu Eliza sudah lelah memegang putranya. Karena itu ia ingin Eliza beristirahat sejenak."Sewaktu dimobil kita gantian." Eliza mengingatkan Nathan. Mawar dan Hermawan tidak ikut berbicara. Pasangan suami istri itu lebih memilih memperhatikan Eliza dan juga Nathan.Jika mereka di luaran mungkin semua orang akan beranggapan bahwa Eliza, istri Nathan. Karena memang Mereka terlihat begitu sangat mesra layaknya pasangan bahagia
Nathan tersenyum sambil meneguk minuman coklat. Ia sudah tidak sabar menunggu Eliza kembali dan memberikan laporan. Sesuai prediksi, Eliza kembali dalam waktu hitungan menit. "Apa sudah selesai?" Nathan bertanya seolah-olah tidak tahu dengan situasi di villa ini. Eliza kembali dengan wajah kesal. Niatnya membersihkan kamar, namun ia terkejut ketika melihat kamar yang begitu sangat bersih. Padahal dia beranggapan kamar di villa ini pasti banyak debu, mengingat sangat jarang di tempati. Di kamar Itu juga sudah tersedia selimut serta bantal. Kalau begitu untuk apa Eliza membawa dari rumah. Karena memang satu koper berisi selimut untuk mereka. "Kenapa nggak kasih tahu, kalau kamarnya sudah dibersihin. Alas tempat tidur, bantal dan selimut juga sudah ada." Nathan tertawa mendengar perkataan Eliza. Begitu juga dengan Mawar. Wajah Eliza sangat lucu dengan bibir yang maju beberapa senti. Sehingga membuat Mawar gemas sendiri. Sedangkan Hermawan bersusah payah menahan ketawa hingga perutn
"Sudah larut, kita istirahat," kata Hermawan setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Saat ini sudah menunjukkan jam 11 malam."Iya Pi, mas Noah minta ya." Eliza bersiap mengambil Noah dari tangan Nathan. Namun sayangnya pria itu semakin menjauhkan anaknya."Noah biar tidur dengan saya," kata Nathan. Eliza cukup terkejut mendengar perkataan Nathan. "Noah sudah bangun tengah malam dan minta susu.""Nanti saya akan kasih, stok asi masih ada," kata Nathan dengan santainya."Iya ada," jawab Eliza. "Sudah biarkan aja Noah sama Daddy nya. Ayo tidur." Mawar tersenyum sambil mengusap kepala Eliza. Eliza hanya diam dan terlihat kebingungan.Rasanya sangat tidak sopan, jika membiarkan Noah tidur bersama dengan Nathan. Walau bagaimanapun Eliza, ibu susu Noah. Eliza juga Ibu pengasuhnya. "Nggak apa sekali-kali Noah tidur dengan daddy-nya. Malam ini kamu bisa tidur dengan nyenyak." Setelah mengatakan hal tersebut, Mawar tersenyum dan kemudian pergi bersama dengan Hermawan
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah
Nathan kembali ke kamar hotel di jam 11 siang. Dengan langkah ringan pria itu masuk ke dalam kamar. Awalnya dia sengaja ingin membuat kejutan untuk istrinya namun di dalam kamar tampak seperti lenggang. Nathan langsung memandang ke arah tempat tidur. Ternyata istrinya itu masih terbaring di atas tempat tidur dengan mata yang tertutup rapat. Wajah pria itu tersenyum sambil melangkah mendekati tempat tidur. Nathan kemudian duduk di tepi tempat tidur sambil menatap wajah cantik Eliza. Apa dirinya sudah sangat kelewatan, hingga membuat istrinya kelelahan seperti ini?Nathan tidak mungkin melakukan hal yang seperti ini jika Eliza tidak memancingnya semalam. Padahal ia sudah berniat untuk tidak mengajak istrinya bertarung. Namun Eliza sendiri yang memancing dan meminta untuk disantap. Bagaikan harimau lapar, sudah pasti Nathan tidak akan menolak makan enak yang disuguhkan sang istri."Hai sweet heart, apa kamu kamu ingin tidur sampai sore?" Pria itu berkata sambil mengusap kepala Eliza."
Pesawat yang membawa Bobby dan juga Rini mendarat di Bandara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi. Begitu tempat tidur pasien diturunkan dari atas pesawat, seorang perawat langsung mendorong tempat tidur ke mobil ambulans yang sudah disediakan rumah sakit. Dengan cepat Bobby dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Sedangkan Rini, masuk ke dalam mobil ambulans yang kedua. Ibu dan anak langsung dilarikan ke rumah sakit Abdul Manaf. Rini merasakan dadanya yang terasa sesak setiap kali mengingat Kiara. Rasa bersalah dan malu, membuat ia merasakan sakit hingga uluh hati. Setiap potongan peristiwa terus saja melintas dipandangnya. Bahkan ia seperti menonton cuplikan film yang terus saja berganti-ganti. Begitu banyak dosa yang dilakukannya terhadap Kiara. Setelah nanti ia sembuh, apakah Putri sulungnya itu mau memaafkannya.Rini terus saja menangis. Sejak Kiara lahir hingga sekarang, belum pernah sekalipun ia memperlakukan putri sulungnya itu dengan baik. Bahkan ketika Kiara baru lahir, dengan kejam
Rizky menganggukkan kepalanya. "Abang masih lemas, dek." Pria itu dengan manjang memeluk sang istri."Kenapa ngelakuin transfusi darah?"Semalam ada pasien yang butuh darah. Stok di rumah sakit habis, di PMI juga nggak ada. Dan kebetulan golongan darah pasien sama dengan golongan darah abang. Ya sudah Abang donor aja langsung. Adek tahu sendiri, golongan darah AB, sangat langka." Rizky menjelaskan agar istrinya tidak memiliki pikiran yang aneh-aneh."Iya, golongan darah Bobby juga sama seperti Abang AB. Dulu dia pernah terkena demam berdarah. Pada saat itu, Bobby kekurangan banyak darah. Yang bisa donor darah ke Bobby, cuma Kia. Karena golongan darah kami sama." Kiara berkata dengan wajah tersenyum. Entah mengapa ia teringat dengan adiknya yang super bandel tersebut. Tiba-tiba saja Kiara merasa sesak di dadanya. Rasa sesak seperti sedih yang tidak beralasan."Jadi golongan darah kedua orang tua kalian tidak ada yang AB?" Rizki bertanya sambil memandang Kiara. "Enggak, papa A sedang
"Bagaimana tuan Albert, tuan Thomas, tuan Jhon, apa ada yang mau anda tambahkan?" Nathan bertanya ketika Albert beserta dua orang investor lain selesai membaca rancangan kerja. Para investor itu juga melihat keuntungan yang akan mereka peroleh.Albert tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Menurutku ini sudah sangat baik. Kerja sama ini menguntungkan negara-negara yang ikut bergabung.""Tuan Thomas?" Tanya Nathan."Saya setuju dengan rancangan kerja yang anda buat," jawab Thomas yang tidak banyak berkomentar."Meskipun tuan Nathan masih sangat muda, namun gebrakan yang anda lakukan, luar biasa. Anda memiliki ide yang luas bisa." Pengusaha asal Jerman yang bernama Jhon, ikut memuji kecerdasan Nathan."Saya sudah merancang kerjasama ini sejak 3 tahun yang lalu. Hanya saja saja baru berani mengajukan kerjasama dengan berbagai negara setelah presiden kami menyetujui proyek ini. Saya yakin proyek ini akan sangat bermanfaat bagi warga negara saya.""Jika pengajuan anda di tolak oleh neg
Seorang wanita berdiri di cermin sambil mengusap gincu berwarna merah cabe di bibirnya. Bibir tebal wanita itu tampak semakin seksi dan menggoda."Pagi ini Kamu sangat cantik, sayang." Albert yang berdiri di belakang Sherly memuji kecantikan wanita tersebut. Bukan hanya dandanan saja yang terlihat menor, pakaian yang dipakai wanita itu juga tampak begitu menggoda. Padahal saat ini udara sangat dingin. Namun sepertinya wanita itu tidak perduli."Apakah hari-hari sebelumnya aku tidak cantik?" Sherly berkata dengan gaya menggoda. Pagi ini wanita itu dengan sengaja berdandan sangat cantik. Dia yakin akan bertemu dengan Nathan di restoran nanti. "Hari-hari sebelumnya kau juga cantik." Albert tersenyum sambil menatap ke pantulan cermin."Apa kamu suka?" Wanita itu berkata dengan tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya. "Tentu, aku sangat menyukainya. Apa sudah selesai?" Albert yang berdiri di belakang Sherly, dengan sengaja meletakkan tangannya di leher wanita tersebut. Jantung Sherly
Kursi roda didorong semakin dekat dengan tempat tidur. Rini bisa melihat dengan jelas, sosok yang tertidur di atas tempat tidur adalah putra bungsunya. Kamar berukuran besar ini mirip seperti kamar di rumah sakit. Didalam kamar dilengkapi monitor jantung, serta alat medis lainnya. Ada seorang dokter dan juga seorang perawat. "Bobby!" Teriak Rini. Wanita itu merasa sangat bersalah terhadap anaknya. Jika tidak serakah, Bobby tidak akan merasakan penganiayaan yang sangat kejam dari Rudi. Seharusnya ia juga tidak berkenalan dengan Rudi, dan menawarkan anak sulungnya untuk menjadi istri ke 6 pria tersebut. Mata Bobby terbuka ketika mendengar suara ibunya. "Mama," jawabnya lirih.Wajah anak remaja Itu tampak begitu bahagia ketika melihat ibunya. Dulu dia sempat berpikir tidak diberi kesempatan untuk melihat wanita yang begitu sangat ia sayangi. Namun ternyata takdir berkata lain, dia diselamatkan dan sekarang bisa melihat wajah sang ibu. "Na, bagaimana kondisi kamu?" Rini terus saja m
"Kamu semakin nakal, cantik. "Nathan menatap istrinya penuh gairah. Lama tidak berjumpa, ternyata istrinya semakin agresif."Hubby suka?" Eliza mengeling manja. Jari lentiknya dengan lembut bermain di atas dada bidang Nathan. "Sangat suka, Aku menyukai istri yang over aktif sepertimu." Nathan tersenyum miring menatap bibir Eliza yang basah. Bibir Eliza cemberut ketika mendengar ucapan suaminya. "Hubby kirain Liza autis?"Hahaha...," Nathan tertawa mendengar jawaban dari sang istri. "Tidak seperti itu maksud ku, sweet heart.""Nathan duduk di atas tempat tidur. Sedangkan Eliza masih menempel di tubuhnya. Istrinya itu dengan cepat melepaskan baju kaos yang melekat di tubuhnya. Setelah itu melepas pakaiannya sendiri. Melihat tingkah Eliza sungguh membuat Nathan senang. Istrinya yang dulu polos sekarang sudah pintar dan juga nakal. "Lakukan apapun yang kamu inginkan cantik." Nathan memejamkan matanya ketika bibir kecil istrinya sudah mencium bagian leher. Sentuhan Eliza, membuat bul