Share

Fasilitas Mewah

last update Last Updated: 2025-03-18 06:00:31

Ayu membuka mulutnya, hendak berkata sesuatu, tapi sebelum sempat menjawab—

Tok tok...

Suara ketukan pintu memecah keheningan di antara mereka.

Ayu buru-buru mengusap sisa air mata di pipinya, sementara Baim menoleh ke arah pintu, ekspresinya kembali terkendali.

"Masuk." Suara Baim terdengar tenang, tapi ada sedikit perubahan dalam nada bicaranya—seolah ia butuh waktu untuk mengalihkan pikirannya dari percakapan barusan.

Pintu terbuka pelan. Seorang wanita paruh baya melangkah masuk dengan langkah mantap, wajahnya memancarkan ketenangan seorang yang sudah lama mengabdi. "Saya mau antar Mbak Ayu, Pak," katanya dengan suara ramah.

Baim mengangguk sebelum menoleh ke Ayu. "Ayu, ini Mak Ti. Dia asisten senior di rumah ini. Sudah kuanggap seperti ibuku sendiri." Ia menatap wanita itu dengan penuh hormat. "Aku bahkan nggak pernah panggil namanya. Semua orang di sini menyebutnya Mak Ti."

Ayu segera berdiri, lalu meraih tangan Mak

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Debaran Tanpa Henti

    Mak Ti yang sejak tadi berdiri di ambang pintu tersenyum. "Pak Baim yang minta. Dia bilang, Nak Ayu suka warna pink, jadi dia suruh Mak dekorasi kamar ini seperti ini. Dia juga meminta Mak menyiapkan perlengkapan make-up dan baju-baju itu."Ayu terdiam. Ada sesuatu di dadanya yang terasa menghangat, sekaligus bergetar."Dia ingat warna favoritku?" batinnya. "Kenapa perhatian sekali?"Tangannya perlahan menyentuh dadanya sendiri, merasakan detak jantungnya yang mulai berdegup lebih cepat."Ya Allah... Kenapa aku deg-degan lagi?"Ayu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya. Tapi pikirannya justru kembali ke perjanjian itu-poin delapan.'Dilarang terlibat emosi antara pemberi dan penerima kontrak.'Ia menutup matanya sejenak, menggigit bibir, berusaha mengusir perasaan aneh yang mulai merayapi ben

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Makan Malam

    Mak Ti mengangguk, ekspresinya seakan mengatakan bahwa hal ini wajar saja.Ayu menghela napas, berusaha menepis pikirannya yang mulai berlarian ke arah yang tidak seharusnya. "Ah… nggak. Gak mungkin, kan?" batinnya.Ia mengusap wajah, mencoba mengembalikan fokusnya. "Ya udah, Mak. Saya siap-siap dulu ya."Mak Ti tersenyum. "Baiklah. Kami tunggu di bawah, ya."Setelah pintu tertutup, Ayu menghela napas panjang, lalu berjalan menuju wastafel. Percikan air dingin menyentuh wajahnya, membuatnya sedikit lebih segar.Ia berdiri di depan lemari, tangannya terulur, menyentuh deretan pakaian yang tersusun rapi. Matanya menelusuri satu per satu sebelum akhirnya mengambil sebuah dress yang terlihat cantik namun tetap sederhana.Saat mengenakannya, ia melangkah ke depan cermin.Sejenak, ia tertegun.Pantulan d

    Last Updated : 2025-03-18
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kepedulian Sang CEO

    "Saya nggak enak sama yang lain. Jadi, biarkan saya makan bersama mereka saja, ya?"Baim menyandarkan tubuhnya ke kursi, menatap Ayu dengan sorot penuh ketenangan."Ayu," katanya, nada suaranya lebih dalam. "Kamu adalah ibu susu anak-anakku. Aku perlu membahagiakanmu demi menjaga kualitas ASI yang kamu berikan untuk mereka."Ayu tercekat. Kata-kata itu seharusnya terdengar biasa, sangat masuk akal. Tapi entah kenapa, sesuatu dalam dirinya bergetar.Dada Ayu berdesir pelan. Ia menggigit bibir, mencoba menekan perasaan yang mulai menguar di hatinya."Ya Allah… andai saja suamiku memperlakukanku seperti dia," bisiknya dalam hati.Tapi seketika ia menggeleng halus, menepis harapan yang tak seharusnya ada.Ia menarik napas dalam, lalu dengan ragu meraih sendoknya.Di hadapannya, Baim masih tersenyum.Dan untuk pertama kalinya, Ayu merasa dihargai.Bik Imah melangkah mendekati meja makan, tatapannya hangat saat i

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perasaan Iri

    Mak Ti yang berdiri di dekat Indri menyenggol lengannya pelan. "Udah, jangan cari masalah. Lebih baik kamu bersikap ramah sama karyawan baru kali ini."Indri mendengus, melipat tangan di dada. "Gak mau! Kalau bukan Ibu Laura, gak ada yang boleh memiliki hati Pak Baim—kecuali aku," ujarnya sambil menyeringai.Mak Ti menatapnya tajam. "Kamu pikir Pak Baim mau sama kamu?"Indri segera merangkul lengan Mak Ti dengan manja. "Mak Ti harus bantu aku dong! Pak Baim pasti nurut sama Mak Ti, kan?"Mak Ti mencibir. "Jangan mimpi..."Indri mendengus kesal, kakinya menghentak lantai dengan gemas.Setelah menghabiskan makan malamnya, Ayu segera menuju kamar si kembar untuk menyusui mereka. Sementara itu, para pengasuh menikmati makan malam bersama karyawan lainnya.Seperti biasa, si kembar menyusu dengan lahap sebelum akhirnya terlelap dalam tidur yang damai.Ayu menghela napas lega. Dengan penuh kasih, ia mengusap kepala mungil mereka

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Peringatan Keras

    Ayu hanya diam, tak ingin terpancing.Indri menyeringai, tangannya semakin kuat menekan pel ke lantai. "Semoga aja gak ada yang lupa diri gara-gara kebaikan orang, ya. Soalnya, kalau jatuh dari angan-angan, sakitnya bisa keterlaluan."Ayu berusaha tak peduli. Ia hendak melangkah ke dispenser, tapi tiba-tiba ujung alat pel Indri berkali-kali menyentuh kakinya, seolah disengaja.Ayu berhenti. Mata mereka bertemu—tatapan Indri tajam, penuh amarah yang tak tersampaikan.Ayu menegakkan tubuhnya, menatap Indri dengan ekspresi tenang tapi menusuk. "Mbak Indri… Aku permisi ya, mau ambil air." Kali ini, nada suaranya mengandung sedikit ketegasan.Indri menyeringai sinis. "Gak liat apa aku lagi ngepel?" Gerakannya makin kasar, membasahi lantai di dekat kaki Ayu."Indri…" Suara Mak Ti dari meja makan terdengar seperti peringatan.

    Last Updated : 2025-03-19
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perasaan Menyiksa

    Baim hanya tersenyum kecil. "Apa yang kamu pikirkan? Sampai gak lihat aku yang berdiri di depan."Ayu berusaha tersenyum, mencoba menyembunyikan kegugupan yang mulai menjalari tubuhnya. "Nggak kok, Mas. Gak ada…"Baim mengamati wajahnya. "Aku perhatiin, kamu sering jalan sambil nunduk. Di rumah sakit juga begitu. Itu pasti karena kamu banyak pikiran, kan?"Ayu menggeleng cepat. "Enggak, Mas. Beneran enggak."Baim tak langsung menjawab. Ia hanya menatapnya, seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu. Lalu, dengan suara lebih lembut, ia bertanya, "Ayu… Apa ada sesuatu yang membuatmu gak nyaman di rumah ini?"Ayu ingin menjawab. Ingin sekali mengatakan bahwa iya, dia merasa tak nyaman. Tapi bukan karena rumah ini, bukan karena orang-orang di dalamnya.Tapi karena dia.Baim."Kamu yang membuat aku gak nyaman, Mas. Kebaikanmu terlalu berlebihan. Aku takut..." batinnya.Baim mengulurkan tangan, menyentuh bahunya pe

    Last Updated : 2025-03-20
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Menghindar

    "Indri?"Indri menyilangkan tangan di dada, alisnya sedikit terangkat. "Kenapa kaget? Kecewa yang datang bukan Pak Baim?"Ayu mengerjap, berusaha menguasai ekspresinya. "Ah... nggak kok. Aku cuma kaget. Kenapa kamu di sini? Bukannya kamu nggak suka sama aku?"Indri terkekeh sinis, lalu mengangkat alat bersih-bersih yang dibawanya. "Servis room. Aku mau bersihin kamar kamu."Ayu menghela napas, membuka pintunya lebih lebar. "Oh... baiklah. Silakan."Indri melangkah masuk, bola matanya langsung berkeliling, menelusuri setiap sudut ruangan. Napasnya terdengar berat, seperti ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Matanya menyipit ketika melihat fasilitas yang ada di kamar itu—tempat tidur yang lebih besar, lemari yang lebih mewah, bahkan ada kursi empuk di pojokan."Hebat juga kamu, bisa bikin Pak Baim memberikan semua ini," katanya, suaranya sarat dengan racun.Ia melangkah mendekat, lengannya bersedekap. "Kamu... nggak ngeray

    Last Updated : 2025-03-20
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Mencari Alasan

    Langkah Baim sempat terhenti, sorot matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terpaku.Ayu buru-buru menutup dadanya dengan telapak tangan, wajahnya memanas seketika.Baim pun tampak kaget, tatapannya hanya bertahan satu detik sebelum dengan cepat ia membalikkan badan, punggungnya kini menghadap Ayu."Ohh, maaf, Ayu. Aku nggak tahu kamu sedang menyusui," ucapnya terbata.Suara beratnya memenuhi ruangan yang mendadak terasa sempit.Ayu menelan ludah. Dada yang sejak tadi sesak karena kejutan kini terasa semakin sulit bernapas."Ada perlu apa, Mas?" suaranya nyaris berbisik, tapi cukup untuk membuat Baim kembali menegang.Baim terdiam sejenak, mengatur napas sebelum menjawab. "Aku mau pamit sama si kembar sebelum ke kantor."Perlahan, Ayu melepas bibir mungil Arjuna dari dadanya, lalu menarik kain untuk menutup tubuhnya. Dadanya masih naik-turun, bukan karena kelelahan, tapi karena jantungnya yang berdetak tak karuan."Iya

    Last Updated : 2025-03-20

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Diserbu Media

    Langkah Baim dan Laura menjauh, dan suara tawa Laura terdengar sayup, menggema di ruang yang kini terasa kosong bagi Ayu. Satu-satunya yang tersisa hanyalah keheningan—dan lengan Ayu yang masih terasa hangat meski tak lagi memeluk siapa pun.Mereka akhirnya berangkat menuju Playtopia di Senayan Park. Kedua pengasuh, Fatma dan Sari, berjalan di belakang sambil menggendong si kembar yang masih terlelap.Sesaat sebelum masuk ke mobil, Baim melirik ke arah mereka. "Aku rasa... Fatma dan Sari nggak perlu ikut."Laura menoleh cepat. "Loh, kenapa, Mas? Nanti aku jadi repot dong kalau gak ada mereka.""Kamu yang bilang ingin lebih dekat dengan anak-anak," ujar Baim pelan, nada suaranya cerminan kesabaran yang mulai tipis. "Kalau memang serius, ya harus siap repot, Laura."Laura menghela napas panjang, lalu menoleh padanya sambil tersenyum manis—senyum yang tidak menjangkau matanya. "Mas…

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Berat Untuk Melepaskan

    Fatma memutar badan. Langkahnya terhenti mendadak. Di ambang pintu, Laura berdiri tegak, di sampingnya Baim menyusul pelan. Tanpa diminta, Fatma menunduk dalam."Bu…" ucapnya pelan, nyaris seperti minta ampun.Senyum Ayu meredup, seperti cahaya lampu yang dipadamkan mendadak. Pelukannya pada Srikandi menguat, seolah dunia bisa runtuh kapan saja dan hanya tubuh kecil itu yang membuatnya tetap berdiri.Langkah Laura masuk penuh wibawa dan dingin. "Kami yang akan membawa mereka jalan-jalan," ujarnya tajam, tatapannya menusuk lurus ke arah Ayu. "Kamu gak lupa perintahku kemarin, kan? Jangan terlalu dekat sama si kembar. Kamu cuma ibu susunya, Ayu. Bukan ibu kandung."Ayu berdiri perlahan, namun sikapnya tak lagi tunduk. Srikandi masih dalam pelukannya, dilindungi seperti sesuatu yang tak ternilai. Suaranya tenang, tapi ada bara dalam nada itu. "Memang bukan. Tapi darah saya mengalir d

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Penolakan Yang Samar

    Ciuman Laura mendarat perlahan di dada Baim—lembap, hangat—meninggalkan jejak yang seolah membakar kulit… dan hati. Jemarinya menelusuri sisi tubuh pria itu, seakan ingin mengingat kembali setiap lekuk yang dulu pernah menjadi miliknya.Namun dalam benak Baim, wajah Ayu perlahan muncul. Tatapan matanya yang jernih. Suara lembutnya saat berbicara. Dan kepolosannya yang selalu berhasil menggugah naluri Baim untuk melindungi.Seketika, dadanya terasa sesak. Antara raga yang disentuh godaan… dan jiwa yang ingin melarikan diri.Bibir Laura semakin intens menyusuri dada dan lehernya—pelan, menggoda. Tapi tubuh Baim tetap kaku. Tak ada reaksi. Seolah setiap sentuhan itu gagal menyalakan bara di dalam dirinya. Ia memejamkan mata, berusaha memanggil hasrat yang dulu pernah ada. Tapi yang ia temukan hanyalah kehampaan."Kenapa aku gak bisa merasakan apa-apa?" batinnya bertanya, getir.Laur

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Gemuruh Batin Baim

    "Aku ini ibu dari anak-anakmu, Mas..." Suara Laura meninggi, nyaris pecah di ujung kalimat.Langkah Baim terhenti mendadak. Ia membalikkan tubuh dengan gerakan tajam, matanya menghujam Laura tanpa ampun."Ya, kamu ibu mereka," ujarnya pelan, tapi nadanya tegas—dingin dan menusuk, lebih tajam dari teriakan. "Dan itu seharusnya jadi alasanmu untuk pulang. Tapi kenyataannya… bukan mereka yang membuatmu kembali, kan?"Tatapan Laura yang semula menantang perlahan meredup. Bahunya jatuh sedikit, dan sorot matanya mulai menampakkan retakan yang selama ini ia sembunyikan. Ia melangkah mendekat, lalu memeluk tubuh Baim—erat, rapuh—seolah ingin menghapus jarak yang pernah ia ciptakan sendiri."Aku salah, Mas… Aku tahu," bisiknya, suaranya pecah di dada Baim. "Tapi… apa aku salah kalau aku takut kehilangan kamu?"Pelukannya menguat, putus

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Ciuman Liar

    "Kamu—"Belum sempat Baim menyelesaikan kata-katanya, Laura melangkah maju dengan langkah tajam. Tangannya mencengkeram kerah kemeja Baim, menariknya mendekat—dan tanpa memberi ruang untuk berpikir, bibirnya menabrak bibir suaminya.Ciuman itu bukan cerminan rindu, melainkan ledakan kepemilikan yang membara. Lidahnya menelusup liar, menuntut, mendesak, seolah ingin membakar semua keraguan. Ia mencium Baim bukan hanya untuk merasakan, tapi untuk menunjukkan sebuah kekuasaan pada Ayu.Ayu berdiri mematung, dadanya terasa sesak. Ada sesuatu yang dingin mengalir pelan dari dadanya ke perut—rasa yang tak ia ingin kenali, tapi tak bisa ia tolak: cemburu. Matanya membeku, namun tak bisa berpaling. Ciuman itu mengiris, menusuk lembut seperti belati yang tersenyum. Di balik gairah yang memekik dari bibir Laura, Ayu bisa melihatnya—tatapan singkat, penuh kemenangan.Laura menarik diri perlahan, membiarkan suara ciuman yang basah dan provokat

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Tamparan Yang Mengejutkan

    "Hah... Kamu tercengang?" Laura melangkah mendekat, sorot matanya tajam, nyaris menusuk. Senyum sinis mengembang di wajahnya. "Kamu pikir aku Baim di balik pintu? Atau sebenarnya... kamu merindukan pelukannya? Merindukan tubuhnya di ranjangmu?!"Ayu menggeleng cepat. Napasnya memburu, seperti tercekik oleh udara yang mendadak terasa berat. Matanya menyapu wajah Laura dengan tatapan gamang. Bibirnya terbuka, tapi tak satu kata pun lolos—seolah lidahnya terikat oleh sesuatu yang tak kasatmata. Suaranya tertelan oleh gelombang panik yang merambat dari dada hingga ke ujung jemari yang mulai gemetar.Hanya mendapat balasan berupa gelengan dan tatapan kosong membuat darah Laura mendidih. Matanya menyala, seperti kobaran api yang tak lagi bisa dikendalikan. Ia mengangkat tangannya sekali lagi, kali ini lebih tinggi, lebih mengancam."Munafik...!"Plak!Tampar

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Harapan Yang Berakhir Petaka

    "Hah… Mas Baim?"Ayu buru-buru menarik pintu kamarnya hingga kembali tertutup, setelah sekilas menangkap bayangan Baim melintas di ujung lorong.Sudah beberapa hari sejak Laura kembali ke rumah itu—dan sejak saat itu pula, Ayu menjaga jarak. Ia tak lagi muncul di ruang makan, tak lagi berpapasan di ruang tamu. Hari-harinya dihabiskan dalam keheningan kamar bayi, menyanyikan lagu nina bobo untuk Arjuna dan Srikandi, mengganti popok, atau sekadar memandangi wajah polos mereka saat terlelap. Setiap langkah kaki Baim yang terdengar di lantai atas, Ayu tahu. Tapi yang ia pilih hanyalah pintu yang terkunci dan dada yang berisik oleh perasaan yang tak bisa ia ungkapkan.Perlahan, ia menyandarkan tubuh ke daun pintu. Helaan napasnya berat, seolah menyimpan rindu yang tak sempat tumbuh sempurna. Jantungnya berdetak tak beraturan setiap kali melihat sekilas paras Baim—tapi tak ada ruang, tak ada hak, untuk sekadar menyapa."Ya Allah… sampa

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perdebatan Di Dalam Kamar

    "Aku di sini... hanya untuk si kembar." Suara Ayu nyaris tak terdengar, tapi mengandung keteguhan yang perlahan kembali tumbuh.Wajah dua bayi itu menari dalam benaknya. Tawa-tawa kecil, tangisan lapar di malam hari, genggaman mungil di ujung jarinya. Semua itu bukan sekadar pekerjaan baginya—itu kehidupan baru. Sebuah makna yang tak pernah ia sangka akan ia peluk."Mereka... adalah jiwaku. Alasanku tetap bertahan di rumah ini," gumamnya, kini lebih yakin. Ia menghapus lembut sudut matanya, lalu berbalik menuju meja.Di atas meja, dompet kecil tergeletak. Ia mengambilnya, membuka pelan—seperti menyentuh sesuatu yang rapuh. Jemarinya menyusuri lapisan kulit dompet itu, lalu menarik selembar foto kecil dari balik sekat.Foto seorang bayi mungil dengan kulit yang masih keriput dan mata yang terpejam—menyiratkan betapa singkatnya ia hadir di dunia ini."Bintang... apa kabarmu, Sayang..." Suaranya mulai bergetar. " Alasan Ibu di rumah

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pria Lain Di Belakang Laura

    "Sstt!" Laura spontan menutup ponsel dengan telapak tangannya. Matanya menyapu sekeliling, napasnya memburu. Detak jantungnya tak karuan. Ia tak sadar, dari balik pintu yang sedikit terbuka, Ayu berdiri diam, matanya mengawasi dengan wajah murung.Laura menggigit bibir, lalu melangkah cepat menjauh, mencari tempat yang lebih sepi. Ia kembali mendekatkan ponsel ke telinga. Suaranya pelan tapi tegas."Papi, jangan bahas Leon sekarang. Aku sudah punya anak, Pi. Aku harus mengurus mereka.""Laura, kamu yakin mau korbankan masa mudamu demi merawat bayi-bayi itu? Dengar, masa depanmu masih panjang! Jangan buang karirmu hanya untuk merawat bayi. Kamu belum pantas menjadi ibu, Laura. Dan berhentilah bersikap bodoh! Harusnya kamu pakek logika. Mana mungkin anak yatim piatu bisa sukses bersih begitu?"Laura terdiam sejenak. Suaranya nyaris pecah saat menjawab, "Papi... beri aku kesempatan. Aku ing

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status