Share

Ayo Lawan Mereka

last update Last Updated: 2025-03-24 06:00:49

Ayu mengepalkan jemarinya semakin erat. Napasnya memburu, dadanya naik turun dengan cepat. Ia tidak bisa terus berada di sini. Tidak ingin terlalu lama berhadapan dengan Maharani.

"Mas… ayo kita pulang saja," pintanya pada Baim. Suaranya terdengar tenang, tapi ada ketegangan yang sulit disembunyikan.

Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik, berniat mengakhiri semua ini.

Namun, dalam sekejap, genggaman kuat menghentikannya.

Baim menarik tangannya, menghentikannya di tempat.

"Kita nggak akan pergi sebelum membayar tas ini," ucapnya datar, tapi tegas.

Ayu menoleh, matanya masih dipenuhi gejolak.

"Mas…" bisiknya, setengah memohon.

Namun Baim tetap tak bergeming. Tatapannya dalam, menenangkan. Seolah berkata, Jangan takut. Aku di sini.

Genggamannya menghangatkan jemari A

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kecupan Pertama

    Baim mengulurkan tangannya, seakan menawarkan sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar perlindungan."Jadikan aku kekuatanmu."Keheningan menyelimuti mereka, menciptakan ruang di mana hanya suara napas yang terdengar, beradu dengan dengung pendingin mobil.Tatapan mereka bertemu.Mata Baim penuh dengan sesuatu yang tak bisa dijelaskan—dorongan, ketertarikan, atau mungkin sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rasa peduli.Ayu terpaku.Napasnya memburu, dadanya naik turun tak teratur. Ia seharusnya berpaling, menarik diri, tetapi tubuhnya menolak bergerak.Jantungnya berdebar semakin cepat saat Baim perlahan mendekat.Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci. Ayu bisa merasakan hembusan napas hangat Baim menyapu pipinya, membawa aroma maskulin yang samar.Ia ingin berkata sesuatu—apa saja yang bisa menghentikan ini. Tapi suaranya seakan menghilang, terkunci di tenggorokan.Jari Baim terangkat,

    Last Updated : 2025-03-25
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bodoh!

    Suara Ayu bergetar, hampir tertelan oleh dengungan mesin lift yang bergerak naik."Mas... kita mau ngapain di sini?"Baim tetap diam. Rahangnya mengeras, tatapannya kosong menatap angka-angka di panel lift yang berubah perlahan.Ding!Pintu lift terbuka di lantai tiga. Tanpa menunggu, Baim langsung melangkah keluar, punggungnya tegap, langkahnya cepat.Ayu menghela napas dan bergegas mengejarnya. "Mas, tungguin…"Napasnya mulai tersengal ketika mereka hampir sampai di depan pintu kantor. Ia mempercepat langkah, memutari Baim, lalu berdiri di depannya, menghalangi jalannya."Mas…" Ayu menatapnya, mencari-cari sesuatu di wajah pria itu. "Mas marah?"Baim berhenti, tapi tatapannya tetap dingin. Tanpa menjawab, ia hanya menggeser sedikit badannya dan berjalan melewatinya begitu saja, seolah Ayu hanyalah angin yang tak layak dip

    Last Updated : 2025-03-25
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Rasa Yang Tak Bisa Pudar

    "Terlepas dari semua tuduhan orang-orang di rumah. Entah aku tahu banyak tentang Mbak Laura atau tidak, tapi ini—" Ayu menarik napas panjang, suaranya bergetar, "ini memang seharusnya tidak terjadi, kan, Mas?"Matanya redup, menatap Baim dengan kesedihan yang tak terbendung. Bahunya turun, seolah beban yang ia pikul terlalu berat.Baim membalas tatapannya. Tenggorokannya terasa kering, kata-kata seakan tersangkut di kerongkongan. Ia ingin menyangkal, ingin berkata bahwa semua ini salah. Tapi kenapa hatinya justru berdebar? Kenapa setiap kali melihat Ayu, ruang kosong dalam dirinya terasa terisi?"Bolehkah…" suaranya nyaris berbisik, "... jika aku berkata bahwa aku menginginkan semua ini terjadi?"Ayu membelalak. Napasnya tercekat. Bibirnya terbuka sedikit, seakan hendak berkata sesuatu, tapi tak satu pun kata berhasil keluar. Dadanya naik turun, jari-jarinya meremas kain rok yang ia kenakan.Diam. Hanya ada tatapan yang saling mencari

    Last Updated : 2025-03-26
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Bukan Kekasih

    "Aku sudah sangat berusaha untuk menahannya." Suara Baim terdengar pelan, hampir seperti gumaman.Dulu, saat mengetahui kenyataan Ayu adalah ibu susu bayinya—dan lebih dari itu, seorang wanita bersuami—ia segera menetapkan batas. Ia menulis poin dalam kontrak kerja sama mereka, seolah itu cukup untuk menjaga jarak.Agar mereka tidak saling terlibat emosi.Agar ia tidak semakin jatuh hati.Namun kenyataan berkata lain."Tapi apa yang terjadi?" Baim terkekeh kecil, pahit. "Perasaanku padamu justru semakin besar. Aku pikir, aku hanya bersimpati. Tapi semakin aku melihatmu tertindas, aku semakin marah."Baim menoleh, menatap Ayu yang masih berdiri di tempatnya. Mata pria itu meredup, tapi di baliknya, ada kobaran api yang tak bisa ia sembunyikan."Aku tidak rela siapapun menyakitimu."Ayu terdiam. Napasnya tercekat. Kata-kata itu menghantam dadanya begitu keras.Ini bukan sekadar simpati. Bukan sekadar kepedulian

    Last Updated : 2025-03-26
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Hilangnya Kesabaran

    Baim tersenyum. Tipis. Samar."Aku akan melakukan apa pun agar kamu gak selalu bersedih, Ayu," katanya lembut. "Kamu harus menjaga kualitas ASI-mu untuk anak-anakku." Ia mengangguk seakan meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu adalah alasan yang tepat. "Yah… itu alasanku membantumu."Bohong.Tapi setidaknya, itulah satu-satunya alasan yang bisa ia berikan saat ini. Alasan yang paling masuk akal. Meskipun jauh di lubuk hatinya ia ingin mengatakan, "aku melakukan ini karena mencintaimu."Ayu mengepalkan tangan di depan dadanya, sorot matanya kini tegas. "Saya janji nggak akan bersedih lagi, Mas. Saya juga akan melawan… siapa pun yang menindas saya," suaranya mantap, tanpa ragu.Baim menatapnya sejenak, lalu bibirnya melengkung dalam senyum tipis. Ada sesuatu di matanya—kelegaan. Namun, seolah baru teringat sesuatu, ia tiba-tiba meraih tangan Ayu. Jemarinya hangat, menggenggam erat."Ayu… Ikuti aku."Ayu terhenyak. Jantungnya

    Last Updated : 2025-03-27
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Perubahan Drastis

    Sari terperanjat, lalu buru-buru menarik tangan Ayu dari rambut Fatma. "Ayu! Kamu apa-apaan sih?! Lepasin!"Napas Ayu memburu, jemarinya masih mencengkeram erat. Di belakang mereka, Arjuna terus menangis, tangisannya menusuk telinga, mencerminkan luka yang sama di hati Ayu.Ayu akhirnya melepaskan rambut Fatma dengan kasar. Napasnya masih tersengal, matanya menatap tajam ke arah dua pengasuh itu."Gendong Arjuna. Sekarang!" suaranya dingin, nyaris seperti perintah. "Kalau kalian masih memperlakukan si kembar seperti ini, aku gak akan segan-segan kasih pelajaran."Fatma mengusap kepalanya yang masih terasa nyeri, raut wajahnya menunjukkan keterkejutan sekaligus ketakutan."Ayu... Kamu kok jadi begini, sih?" tanya Sari, suaranya melemah.Ayu menatap mereka tanpa ragu. "Kalian yang memaksa aku jadi begini," ujarnya, suaranya bergetar, bukan karena takut, tapi karena penuh tekad. "Aku gak pernah berbaik hati pada orang yang zalim. Da

    Last Updated : 2025-03-27
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sebuah Bukti

    Sari menggeleng pelan, alisnya berkerut dalam. "Iya. Dia bukan seperti Ayu yang kita kenal dulu," gumamnya, suaranya sarat kebingungan. Jemarinya mengetuk meja dapur, seakan berharap menemukan jawaban di sana."Ayu yang kita kenal, bukankah dia lemah lembut dan polos?" lanjutnya, kali ini lebih pelan. "Kenapa dia tiba-tiba jadi seganas itu ya?"Di sudut meja makan, Indri yang tengah menyendok sarapannya terhenti. Ia menegakkan punggung, matanya membesar. "Ada apa? Pagi-pagi wajah kalian udah kayak awan mendung gitu," tanyanya, menatap mereka bergantian.Sari duduk di meja makan, mengaduk sendoknya tanpa niat makan. Fatma di sebelahnya masih sibuk mengelus rambutnya yang tadi dijambak Ayu."Ini si Fatma," kata Sari akhirnya, suaranya sedikit pelan tapi penuh arti. "Baru aja abis dijambak sama Ayu."Indri yang sedang menyeruput kopi spontan berdiri. Cangkir nyaris terjatuh saat tangannya menggebrak meja. "Apa?! Serius kalian?""Ngapain juga ak

    Last Updated : 2025-03-28
  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pura-Pura Polos

    Fatma dan Sari saling melirik, tapi tak ada yang berani buka suara.Indri, sebaliknya, malah menyeringai. Tatapannya tajam, penuh tantangan. "Iya. Kami membicarakanmu. Kenapa?"Ayu tersenyum miring, nada suaranya ringan, tapi menusuk. "Nggak apa-apa, sih. Pasti kamu mulai suka sama aku, ya? Makanya selalu kepo sama kehidupanku."Sari menahan napas, Fatma menggigit bibir. Mereka tahu betul Indri tak akan membiarkan sindiran itu berlalu begitu saja.Dan benar saja.Indri mendengus tajam, wajahnya seketika berubah masam. "Ih… najis! Aku justru makin gak suka sama kamu!"Ketegangan kembali mengisi ruangan. Hanya suara Bi Imah yang sibuk mengaduk panci yang terdengar, seakan menjadi satu-satunya hal yang masih berjalan normal di dapur itu.Bi Imah datang membawa mangkuk berisi rebusan daun katuk, lalu meletakkannya di meja dekat Ayu."Indri… cukup." Suaranya tegas, tapi tetap lembut.Indri mendengus, menyilangka

    Last Updated : 2025-03-28

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Sebuah Ancaman

    "Maaf, Nyonya. Saya harus mengepel lantai ini lagi. Permisi..."Tanpa membantah, Ayu mulai bekerja. Ia mengepel lantai dengan tenang, seolah tanpa emosi—meskipun di dalam hatinya, mungkin ia sedang menyusun balasan yang rapi dan penuh perhitungan.Semua orang di ruangan itu terdiam, tercengang. Tak seorang pun tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Ayu.Rani mendekati ibunya, Hayati, lalu berbisik pelan,"Ada apa dengan Ayu, Ma? Tumben dia nggak melawan. Padahal tadi kelihatan banget dia siap berperang."Hayati mengerutkan kening, matanya terus mengikuti gerakan Ayu yang sibuk mengepel."Mama juga nggak tahu. Apa mungkin berita itu membuatnya berubah?""Oh... iya. Sekarang semua orang balik menyalahkannya," ujar Rani, tampak berpikir. "Jangan-jangan dia nyesel sudah sok berani di pesta Jaka kemarin."Tak lama kemudian, Sambo datang dengan langkah perlahan."Ayu... kamu sudah kembali?"Ayu berdiri. Tubuhnya menegang mendengar suara Sambo. "Tumben dia bertanya. Ada drama apalagi kali ini?"

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Mokondo Percaya Diri

    "Apaan sih, Mas..."Sentuhan itu nyaris kena, tapi Ayu lebih cepat menghindar. Tubuhnya bergeser tanpa banyak usaha, menolak Jaka tanpa perlu tenaga.Jaka menyeringai kecil. "Yakin nggak mau? Nindi aja ketagihan.""Aku nggak sebodoh dia, Mas," desis Ayu. Matanya menusuk, pandangan dingin penuh penghinaan. "Mau-maunya melayani cowok mokondo."Seketika itu juga, pintu kamar terbuka.Nindi muncul, setengah berlari, memeluk Jaka dari belakang. Kain tipis membalut tubuhnya, nyaris transparan, memperlihatkan kulit bersih yang seperti sengaja dipamerkan."Mas Jaka... Ayolah. Aku masih mau lagi," suara Nindi terdengar manja.Jaka menggenggam tangan Nindi yang melingkar di pinggangnya. Ia terkekeh kecil, seolah pamer."Sayang... Kita kedatangan tamu," katanya sambil melirik Ayu.Nindi mengerucutkan bibir. "Dia itu bukan tamu, Mas. Dia juga istri kamu, kan? Suruh aja dia masuk. Pas banget rumah kita kayak kapal pecah. Biar

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Hari Menyebalkan

    "Aku gak nyangka. Hidup Ayu setragis ini," bisik Laura. Kelopak matanya jatuh. Matanya berkaca-kaca. "Tragis? Memangnya Ayu kenapa, Bu?" tanya Indri, penasaran. Laura tak langsung menjawab. Ia menurunkan surat itu sedikit, lalu membalik halaman terakhir. Di sana, stempel kepolisian tampak samar, tapi jelas. "Ini… sepertinya surat perjanjian dengan suaminya. Dikeluarkan oleh kepolisian," gumamnya. Suara Laura terdengar jauh lebih pelan. Bukan karena ragu—melainkan karena beban. Amarah yang tadi menyulut-nyulut kini seolah meleleh begitu saja. Tatapannya tidak lagi membenci. Justru ada sesuatu yang menyerupai iba di sana. "Dikeluarkan oleh kepolisian? Memangnya itu surat apa, Bu?" Laura menarik napas dalam, menggeleng pelan. "Indri…" panggilnya, dengan nada yang lebih lembut daripada sebelumnya. "Jangan pernah ceritakan soal ini pada siapa pun. Termasuk Mas Bai

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Misteri Dalam Surat Perjanjian

    "Tuhan... apa yang harus aku lakukan sekarang?"Baim menunduk, kedua bahunya turun seolah menahan beban yang tak terlihat. Tangannya meremas ujung jas, dan napas berat keluar perlahan dari sela-sela bibir. Di dalam dadanya, sesuatu terasa mengganjal, mencekik, membuat pikirannya kacau.Ia tetap berdiri mematung. Tatapan kosongnya melekat pada pintu yang tertutup rapat—sebuah jalan keluar yang terasa begitu jauh.Langkah kaki terdengar mendekat, membuat Baim menoleh pelan."Yoga..." suaranya serak, nyaris hanya bisikan. "Apa sebenarnya hubungan Bram dengan Gubernur?"Yoga berhenti beberapa langkah dari Baim, menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tak ada telinga lain yang mengintai. Ia melangkah lebih dekat, membungkuk sedikit, lalu berbisik di samping Baim, nadanya seperti mengendap di udara."Beliau adalah salah satu donatur utama dalam pemilihan Gubernur. Setelah itu, bisnis-bisnisnya tumbuh pesat, bahkan termasuk yang tidak ter

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Dua Pilihan Yang Sulit

    "Mohon maaf atas ketidaknyamanan ini." Suara Baim terdengar berat. Seperti menahan beban yang teramat besar.Suasana di ruang rapat Hotel Gran Mahakam ini tampak mencekam. Lampu kristal menggantung tenang di atas meja panjang yang penuh oleh wajah-wajah tegang. Dua puluh pasang mata menatap ke arah ujung meja, tempat Baim duduk, jasnya rapi tapi kerah kemeja bagian dalam tampak sedikit kusut—seperti baru saja disesuaikan dengan tergesa.Tangan seorang pria paruh baya mengetuk-ngetuk pena ke permukaan meja, semakin cepat, semakin gelisah. "Kami gak mau tau," katanya akhirnya, suaranya berat dan memotong udara yang sejak tadi pekat. "Bagaimanapun juga, Baim harus turun dari jabatannya. Dia sudah mencoreng nama perusahaan."Baim menarik napas dalam, tapi matanya tak bergeming dari lawan bicaranya. Di balik ketenangan itu, jarinya menggenggam lengan kursi sedikit lebih erat."Pak…" katanya pelan, hampir seperti memohon tapi tetap berusaha menjaga

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Kepergian Yang Tak Diinginkan

    "Itu... suara mobil Pak Baim?" kata Indri lirih, lalu melesat ke pintu.Daun pintu terayun lebar, dan sinar matahari siang langsung menusuk matanya. Panas aspal memantulkan cahaya menyilaukan. Indri menyipit, menelusuri jalan dengan pandangan gelisah."Biar aku lihat... jangan-jangan itu memang dia."Laura melipat tangan di dada, satu alis terangkat. "Benar, kan? Kamu sengaja mengulur waktu biar Mas Baim datang mencegah kamu pergi."Ayu membuka mulut, tapi tak sempat bicara. Indri masuk kembali sambil menutup pintu dengan gerakan cepat. "Bukan. Ternyata cuma taksi online," ujarnya menyeringai.Ayu menatap Laura, matanya sempit seperti bilah silet. Sebuah senyum tipis, penuh ejekan, muncul di wajahnya."Andai saya mau, saya bisa minta Mas Baim datang sekarang juga. Tapi saya cukup tahu diri."Laura mendengus. "Baguslah. Kalau begitu, cepat pergi!"Tanpa menunggu jawaban, ia berbalik dan berjal

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Langkah Berat Dari Lantai Dua

    Laura menoleh cepat ke arah tangga. Matanya menyipit, napasnya tercekat. Ia menelan ludah, tubuhnya sedikit mundur—seolah berharap langkah kaki itu bukan pertanda bencana."Awas aja kalau kamu berani bicara pada orang lain," ancamnya.Ayu terdiam. Wajahnya datar, matanya tak lepas dari arah tangga. Alisnya mengernyit, mencoba mengenali siapa yang akan muncul.Langkah pelan terdengar, dan sesaat kemudian, Sari muncul dari ujung tangga.Laura menarik napas tajam, lalu melempar tatapan dingin pada Ayu. "Ingat ya, jangan bicara macam-macam.""Bu Laura... Ayu. Ada apa?"Laura menyilangkan tangan di dada, dagunya terangkat sedikit. "Kamu juga. Kepo banget sama urusan orang. Udah sana!"Sari tersenyum masam. Matanya bergerak cepat dari Laura ke Ayu. "Maaf, Bu, kalau saya mengganggu. Ayu... Aku nanti balik lagi ya."Ayu hanya mengangguk dan tersenyum tipis, lebih seperti isyarat terima kasih yang tidak terdengar.

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Akankah Sebuah Rahasia Terungkap?

    "Apa kamu juga melihat pesan itu?" tanya Sari, matanya memburu wajah Fatma.Fatma mengangguk pelan. Sorot matanya berguncang, menyimpan sisa-sisa kepanikan yang belum reda.Para karyawan saling pandang, gugup, setelah mengecek ponsel masing-masing."Itu kamu, kan, Indri?" Sari menatap tajam."Aku? Kenapa harus aku?" Indri mengangkat alis, suaranya meninggi."Pesan ini dikirim ke grup karyawan rumah. Dan cuma kamu yang selama ini paling suka menguliti hubungan Pak Baim dan Ayu. Jadi... itu pasti kamu, kan?" nada Sari tajam, tak menyisakan ruang untuk menyangkal."Yeh... jangan asal nuduh, dong." Indri mengibaskan tangan. "Aku mana punya akses ke rekaman CCTV rumah." Ia terdiam sejenak, lalu mendongak, matanya menyipit. "Apa jangan-jangan... Bu Laura udah lama punya bukti perselingkuhan mereka?"Mak Ti, yang sejak tadi hanya menunduk menatap lantai, akhirnya mengangkat wajah. Guratan kekhawatiran mengukir garis di keningny

  • Menjadi Ibu Susu Bayi Kembar CEO   Pesan Misterius

    "Yu... kamu udah lihat berita hari ini?" Suara Fatma gemetar, nyaris berbisik tapi sarat tekanan.Ia melangkah cepat dari balik pintu, beberapa detik setelah Baim pergi. Napasnya memburu, matanya membelalak saat ia memasuki ruang bayi. Seolah ada sesuatu yang besar—mendesak—yang harus segera disampaikan.Ayu yang tengah hendak meletakkan Arjuna menoleh. Langkahnya terhenti."Berita apa, Mbak? Aku belum buka handphone."Tanpa menjawab, Fatma langsung meraih Arjuna dari pelukan Ayu dan memindahkannya ke boks bayi. Gerakannya terburu-buru, seperti ingin segera menyelesaikan sesuatu yang jauh lebih penting. Ayu spontan mengangkat Srikandi dan menempatkannya ke boks satunya.Fatma mengeluarkan ponselnya, membuka sebuah video YouTube, lalu menyodorkannya pada Ayu. "Lihat ini."Di layar, wajah Baim muncul, disandingkan dengan judul besar dan mencolok:"Skandal Cinta CEO Gran Mahakam dan Menantu Gubernur: Perselingkuhan, Kehancu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status