"Kita tidak bisa membiarkan mereka menang," kata Noah dengan nada tajam. Matanya yang gelap penuh determinasi menatap layar komputer yang menampilkan data dari penyelidikan terbaru.
Jasmine duduk di seberangnya, menyilangkan tangan di dada. "Kita harus memastikan langkah kita benar. Jika kita terburu-buru, mereka bisa membalikkan keadaan dan menjebak kita."
Noah mengangguk, rahangnya mengencang. "Aku sudah menghubungi beberapa orang kepercayaanku. Kita harus menangkap mereka dengan tangan kosong. Bukan hanya Zora dan Juan, tetapi juga Leonard dan Pradipta."
Jasmine menatap layar komputer itu dengan tajam. “Video yang mereka coba sebarkan tentangmu… kita harus memotongnya sebelum sampai ke media.”
Noah mengetuk jemarinya di meja, berpikir dalam-dalam. "Aku punya seseorang di dunia media yang bisa membantu kita. Jika mereka mencoba menjatuhkan kita dengan cara ini, kita harus mengendalikan narasi sebelum terlambat."
Jasmine menyipi
Langkah kaki Noah terdengar mantap saat ia berjalan memasuki ruang kantornya. Mata tajamnya menyapu seluruh ruangan, memastikan bahwa hanya ada orang-orang kepercayaannya di sana. Jasmine duduk di sisi meja, jemarinya mengetik cepat di laptopnya, memverifikasi ulang rekaman yang mereka dapatkan tadi malam."Semua data sudah kuamankan," kata Jasmine tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Rekaman ini cukup kuat untuk menjatuhkan Leonard dan Pradipta."Noah menarik napas dalam, menatap layar yang menampilkan wajah dua pria yang selama ini menjadi duri dalam dagingnya. "Kita tidak bisa gegabah. Aku ingin semua bukti ini tersusun rapi sebelum kita melangkah lebih jauh."Jasmine mengangguk. "Aku akan menghubungi tim hukum kita. Dengan semua bukti ini, mereka tidak akan bisa mengelak lagi."Tapi sebelum Jasmine sempat melanjutkan pekerjaannya, ponsel Noah bergetar di meja. Ia meraihnya dan membaca pesan yang masuk.“Jangan pikir kalian sudah menang.
Jasmine memandangi layar ponselnya dengan ragu. Pesan misterius yang baru saja masuk masih terpampang jelas di layar:"Aku bisa memberimu bukti, tapi kau harus menemuiku sendirian."Tangannya sedikit gemetar saat ia mengetik balasan. "Di mana?"Beberapa detik berlalu sebelum pesan lain masuk. "Midtown Hotel, lantai 15, kamar 1507. Datang jam 10 malam. Jangan bawa siapa pun."Jasmine menggigit bibirnya. Ini bisa jadi jebakan, tapi nalurinya mengatakan bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bisa benar-benar menghancurkan Zora, Juan, Leonard, dan Pradipta.Ia menoleh ke arah Noah, yang masih berbicara di telepon dengan ekspresi tegang. Ia tahu Noah tidak akan membiarkannya pergi sendirian. Tapi untuk pertama kalinya, Jasmine merasa bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan sendiri.Dengan cepat, ia mengunci layar ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Ia sudah men
"Ini tidak akan berakhir begitu saja, Jasmine. Mereka akan menyerang balik."Suara Noah terdengar tegas saat dia menutup laptopnya dengan gerakan mantap. Matanya menatap tajam ke arah Jasmine, yang masih menelusuri laporan investigasi di layar komputernya.Jasmine menghela napas dalam. "Aku tahu. Dan itu berarti kita harus lebih cepat dari mereka. Jika Leonard, Pradipta, dan Zora sedang merencanakan sesuatu, maka kita harus memastikan mereka tidak punya kesempatan untuk menjalankannya."Noah menyilangkan tangannya di dada, rahangnya mengencang. "Leonard bukan orang yang mudah dijatuhkan. Dia licik dan selalu selangkah lebih maju."Jasmine menatapnya dalam-dalam. "Tapi dia bukan satu-satunya yang licik. Kita juga bisa bermain dengan cara mereka."Di apartemennya, Zora berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya dengan ekspresi penuh perhitungan. Di belakangnya, Juan sedang duduk di sofa sambil menyesap segelas anggur."Kau yakin ini ak
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Suara Noah terdengar tajam saat dia meletakkan dokumen di atas meja. Matanya menatap Jasmine dengan intensitas yang sulit diartikan.Jasmine yang duduk di hadapannya menyandarkan punggung ke kursi, jemarinya terlipat di atas meja. "Aku setuju. Tapi kita harus memastikan semua langkah kita sudah benar. Kalau kita terburu-buru, Leonard bisa berbalik menyerang kita."Noah mendesah pelan, lalu mengusap wajahnya. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka bergerak lebih jauh. Zora sudah mencoba menjebakmu. Aku tidak akan membiarkan dia mencoba lagi."Jasmine tersenyum kecil. "Aku tidak akan membiarkan mereka menang, Noah. Kita harus tetap fokus."Noah menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk. "Baik. Kita akan memastikan mereka tidak punya kesempatan untuk melawan."Di sisi lain kota, Zora duduk di sebuah bar mewah, menyesap anggur merahnya dengan elegan. Di hadapannya, Leonard duduk dengan tenang,
"Kita harus bergerak sekarang sebelum mereka mendahului kita."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi. Matanya menatap tajam ke arah Jasmine, yang tengah sibuk meneliti dokumen di layar laptopnya.Jasmine mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Aku sudah menghubungi beberapa orang di pihak berwenang. Jika semua berjalan sesuai rencana, dalam waktu 24 jam, Leonard dan Pradipta tidak akan punya tempat untuk bersembunyi."Noah menyilangkan tangannya di dada, ekspresinya tetap tegas. "Aku ingin ini berakhir secepat mungkin. Zora dan Juan juga tidak bisa dibiarkan berkeliaran bebas setelah semua yang mereka lakukan."Jasmine menutup laptopnya dan menatap Noah. "Kita harus memastikan mereka tidak bisa menyusun rencana lain. Jika mereka punya celah, mereka akan menyerang balik."Noah menarik napas dalam. "Itulah kenapa kita harus menyelesaikan ini sekali untuk selamanya."Di tempat lain, Zora menatap layar ponselnya
"Kita tidak punya waktu banyak."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi, nadanya penuh ketegangan. Matanya menatap layar laptop yang menampilkan video rekayasa yang baru saja mereka temukan. Jasmine duduk di sampingnya, ekspresi wajahnya tidak kalah serius."Aku sudah menyebarkan informasi ke beberapa kontak di media. Kita harus memastikan video ini tidak menyebar sebelum kita bisa membuktikan itu palsu," kata Jasmine sambil mengetik cepat di laptopnya.Noah mengetuk jemarinya di atas meja, berpikir cepat. "Leonard dan Zora akan mencoba menjatuhkan kita secepat mungkin. Kita harus membalikkan situasi sebelum mereka mendapatkan kesempatan itu."Jasmine menatap Noah dalam-dalam. "Aku punya ide. Bagaimana jika kita membiarkan mereka berpikir bahwa rencana mereka berhasil? Biarkan mereka merasa percaya diri, lalu kita serang balik dengan bukti yang lebih kuat."Noah tersenyum tipis. "Aku suka caramu berpikir. Tapi kita harus ekstra hati-hati. Ji
"Mereka tidak akan berhenti sampai kita jatuh."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi, nadanya penuh ketegangan. Rahangnya mengatup erat, jemarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme tak sabar. Matanya menatap layar laptop dengan tajam, memperhatikan laporan terbaru dari tim investigasi mereka.Di sampingnya, Jasmine duduk dengan punggung tegak, jemarinya mengetik cepat di keyboard. Cahaya dari layar komputer memantulkan sinar biru di wajahnya yang serius, sementara dahinya sedikit berkerut. Ia mencoba mencari celah untuk menekan lawan mereka lebih jauh, otaknya bekerja cepat menyusun strategi."Tapi kali ini, kita sudah selangkah lebih maju." Jasmine melirik Noah, matanya bersinar dengan tekad. Ia menggulirkan beberapa file di layar, lalu menoleh ke arahnya. "Tim kita sudah berhasil mengumpulkan bukti manipulasi video itu. Sekarang tinggal bagaimana kita menampilkan ini di waktu yang tepat."Noah mengetuk meja dengan ujung jarinya
"Besok segalanya akan berubah."Noah menyandarkan punggungnya di kursi, menatap layar laptop dengan ekspresi penuh perhitungan. Di sampingnya, Jasmine terus mengetik dengan cepat, memastikan setiap dokumen dan bukti yang mereka kumpulkan sudah tersusun rapi."Aku baru saja mendapatkan konfirmasi dari tim IT," ujar Jasmine, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. "Semua rekayasa video itu bisa kita buktikan dengan data forensik digital. Mereka tidak akan punya celah untuk berkilah."Noah menyeringai. "Bagus. Sekarang tinggal memastikan kapan dan di mana kita akan menjatuhkan mereka. Aku ingin ini dilakukan dengan cara yang tidak bisa mereka hindari."Jasmine akhirnya menoleh, menatap Noah dengan sorot mata penuh keyakinan. "Besok pagi, dalam wawancara eksklusif itu. Kita biarkan mereka datang dengan rasa percaya diri yang berlebihan, lalu kita hancurkan mereka di hadapan publik."Noah mengetukkan jarinya ke meja, berpikir sejenak sebelum mengangg
"Sudah waktunya kita mengakhiri ini."Noah melirik arlojinya, lalu kembali menatap layar laptop yang menampilkan berita utama pagi ini. Jasmine duduk di sampingnya, menyesap kopi hitam tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya. Wajahnya tetap tenang, tapi ada kilatan waspada di matanya."Media mulai mempertanyakan keaslian video itu," kata Jasmine pelan. "Tapi Leonard dan Zora masih punya pengaruh yang cukup besar untuk mengontrol narasi. Kita harus memastikan pukulan terakhir ini mengenai sasaran."Noah menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kita akan mendapatkan mereka saat mereka lengah. Selama ini mereka terbiasa bermain aman. Kali ini, kita buat mereka berhadapan langsung dengan kebenaran di tempat yang tidak bisa mereka hindari."Jasmine meletakkan ponselnya di meja dan menatap Noah dalam. "Hari ini kita akan ke studio untuk wawancara eksklusif. Aku yakin Zora dan Leonard tidak akan bisa menahan diri untuk hadir. Mereka ingin melihat kita jatuh
"Besok segalanya akan berubah."Noah menyandarkan punggungnya di kursi, menatap layar laptop dengan ekspresi penuh perhitungan. Di sampingnya, Jasmine terus mengetik dengan cepat, memastikan setiap dokumen dan bukti yang mereka kumpulkan sudah tersusun rapi."Aku baru saja mendapatkan konfirmasi dari tim IT," ujar Jasmine, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. "Semua rekayasa video itu bisa kita buktikan dengan data forensik digital. Mereka tidak akan punya celah untuk berkilah."Noah menyeringai. "Bagus. Sekarang tinggal memastikan kapan dan di mana kita akan menjatuhkan mereka. Aku ingin ini dilakukan dengan cara yang tidak bisa mereka hindari."Jasmine akhirnya menoleh, menatap Noah dengan sorot mata penuh keyakinan. "Besok pagi, dalam wawancara eksklusif itu. Kita biarkan mereka datang dengan rasa percaya diri yang berlebihan, lalu kita hancurkan mereka di hadapan publik."Noah mengetukkan jarinya ke meja, berpikir sejenak sebelum mengangg
"Mereka tidak akan berhenti sampai kita jatuh."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi, nadanya penuh ketegangan. Rahangnya mengatup erat, jemarinya mengetuk permukaan meja dengan ritme tak sabar. Matanya menatap layar laptop dengan tajam, memperhatikan laporan terbaru dari tim investigasi mereka.Di sampingnya, Jasmine duduk dengan punggung tegak, jemarinya mengetik cepat di keyboard. Cahaya dari layar komputer memantulkan sinar biru di wajahnya yang serius, sementara dahinya sedikit berkerut. Ia mencoba mencari celah untuk menekan lawan mereka lebih jauh, otaknya bekerja cepat menyusun strategi."Tapi kali ini, kita sudah selangkah lebih maju." Jasmine melirik Noah, matanya bersinar dengan tekad. Ia menggulirkan beberapa file di layar, lalu menoleh ke arahnya. "Tim kita sudah berhasil mengumpulkan bukti manipulasi video itu. Sekarang tinggal bagaimana kita menampilkan ini di waktu yang tepat."Noah mengetuk meja dengan ujung jarinya
"Kita tidak punya waktu banyak."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi, nadanya penuh ketegangan. Matanya menatap layar laptop yang menampilkan video rekayasa yang baru saja mereka temukan. Jasmine duduk di sampingnya, ekspresi wajahnya tidak kalah serius."Aku sudah menyebarkan informasi ke beberapa kontak di media. Kita harus memastikan video ini tidak menyebar sebelum kita bisa membuktikan itu palsu," kata Jasmine sambil mengetik cepat di laptopnya.Noah mengetuk jemarinya di atas meja, berpikir cepat. "Leonard dan Zora akan mencoba menjatuhkan kita secepat mungkin. Kita harus membalikkan situasi sebelum mereka mendapatkan kesempatan itu."Jasmine menatap Noah dalam-dalam. "Aku punya ide. Bagaimana jika kita membiarkan mereka berpikir bahwa rencana mereka berhasil? Biarkan mereka merasa percaya diri, lalu kita serang balik dengan bukti yang lebih kuat."Noah tersenyum tipis. "Aku suka caramu berpikir. Tapi kita harus ekstra hati-hati. Ji
"Kita harus bergerak sekarang sebelum mereka mendahului kita."Suara Noah terdengar dalam ruangan yang sunyi. Matanya menatap tajam ke arah Jasmine, yang tengah sibuk meneliti dokumen di layar laptopnya.Jasmine mengangguk tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Aku sudah menghubungi beberapa orang di pihak berwenang. Jika semua berjalan sesuai rencana, dalam waktu 24 jam, Leonard dan Pradipta tidak akan punya tempat untuk bersembunyi."Noah menyilangkan tangannya di dada, ekspresinya tetap tegas. "Aku ingin ini berakhir secepat mungkin. Zora dan Juan juga tidak bisa dibiarkan berkeliaran bebas setelah semua yang mereka lakukan."Jasmine menutup laptopnya dan menatap Noah. "Kita harus memastikan mereka tidak bisa menyusun rencana lain. Jika mereka punya celah, mereka akan menyerang balik."Noah menarik napas dalam. "Itulah kenapa kita harus menyelesaikan ini sekali untuk selamanya."Di tempat lain, Zora menatap layar ponselnya
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi."Suara Noah terdengar tajam saat dia meletakkan dokumen di atas meja. Matanya menatap Jasmine dengan intensitas yang sulit diartikan.Jasmine yang duduk di hadapannya menyandarkan punggung ke kursi, jemarinya terlipat di atas meja. "Aku setuju. Tapi kita harus memastikan semua langkah kita sudah benar. Kalau kita terburu-buru, Leonard bisa berbalik menyerang kita."Noah mendesah pelan, lalu mengusap wajahnya. "Aku tahu. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka bergerak lebih jauh. Zora sudah mencoba menjebakmu. Aku tidak akan membiarkan dia mencoba lagi."Jasmine tersenyum kecil. "Aku tidak akan membiarkan mereka menang, Noah. Kita harus tetap fokus."Noah menatapnya dalam-dalam, lalu mengangguk. "Baik. Kita akan memastikan mereka tidak punya kesempatan untuk melawan."Di sisi lain kota, Zora duduk di sebuah bar mewah, menyesap anggur merahnya dengan elegan. Di hadapannya, Leonard duduk dengan tenang,
"Ini tidak akan berakhir begitu saja, Jasmine. Mereka akan menyerang balik."Suara Noah terdengar tegas saat dia menutup laptopnya dengan gerakan mantap. Matanya menatap tajam ke arah Jasmine, yang masih menelusuri laporan investigasi di layar komputernya.Jasmine menghela napas dalam. "Aku tahu. Dan itu berarti kita harus lebih cepat dari mereka. Jika Leonard, Pradipta, dan Zora sedang merencanakan sesuatu, maka kita harus memastikan mereka tidak punya kesempatan untuk menjalankannya."Noah menyilangkan tangannya di dada, rahangnya mengencang. "Leonard bukan orang yang mudah dijatuhkan. Dia licik dan selalu selangkah lebih maju."Jasmine menatapnya dalam-dalam. "Tapi dia bukan satu-satunya yang licik. Kita juga bisa bermain dengan cara mereka."Di apartemennya, Zora berdiri di depan cermin besar, menatap bayangannya dengan ekspresi penuh perhitungan. Di belakangnya, Juan sedang duduk di sofa sambil menyesap segelas anggur."Kau yakin ini ak
Jasmine memandangi layar ponselnya dengan ragu. Pesan misterius yang baru saja masuk masih terpampang jelas di layar:"Aku bisa memberimu bukti, tapi kau harus menemuiku sendirian."Tangannya sedikit gemetar saat ia mengetik balasan. "Di mana?"Beberapa detik berlalu sebelum pesan lain masuk. "Midtown Hotel, lantai 15, kamar 1507. Datang jam 10 malam. Jangan bawa siapa pun."Jasmine menggigit bibirnya. Ini bisa jadi jebakan, tapi nalurinya mengatakan bahwa ini adalah kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Sesuatu yang bisa benar-benar menghancurkan Zora, Juan, Leonard, dan Pradipta.Ia menoleh ke arah Noah, yang masih berbicara di telepon dengan ekspresi tegang. Ia tahu Noah tidak akan membiarkannya pergi sendirian. Tapi untuk pertama kalinya, Jasmine merasa bahwa ini adalah sesuatu yang harus ia lakukan sendiri.Dengan cepat, ia mengunci layar ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Ia sudah men
Langkah kaki Noah terdengar mantap saat ia berjalan memasuki ruang kantornya. Mata tajamnya menyapu seluruh ruangan, memastikan bahwa hanya ada orang-orang kepercayaannya di sana. Jasmine duduk di sisi meja, jemarinya mengetik cepat di laptopnya, memverifikasi ulang rekaman yang mereka dapatkan tadi malam."Semua data sudah kuamankan," kata Jasmine tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Rekaman ini cukup kuat untuk menjatuhkan Leonard dan Pradipta."Noah menarik napas dalam, menatap layar yang menampilkan wajah dua pria yang selama ini menjadi duri dalam dagingnya. "Kita tidak bisa gegabah. Aku ingin semua bukti ini tersusun rapi sebelum kita melangkah lebih jauh."Jasmine mengangguk. "Aku akan menghubungi tim hukum kita. Dengan semua bukti ini, mereka tidak akan bisa mengelak lagi."Tapi sebelum Jasmine sempat melanjutkan pekerjaannya, ponsel Noah bergetar di meja. Ia meraihnya dan membaca pesan yang masuk.“Jangan pikir kalian sudah menang.