Tania menyandarkan kepalanya di dinding kaca, didalam Lift, hari ini tenaganya terkuras banyak karena menyiapkan deadline dari dosen killernya, beruntung usahanya tidak sia- sia, Tania mendapat nilai A, meskipun harus begadang untuk menyiapkan tugasnya dengan baik, sebelum mengumpulkannya.
ting… Pintu Lift terbuka, Tania langsung berjalan ke arah kamarnya, dahi Tania mengkerut saat melihat ada bouquet mawar yang lumayan besar. ia mengambil bouquet itu, Tania mencium mawar dengan warna merah pekat, wanginya sangat ia kenal, itu wangi Reyhan. Tania tersenyum saat mengetahui dari siapa bunga ini, rasa lelahnya seketika hilang, wangi Reyhan yang ada pada mawar ini menjadi penyemangat nya dari hari yang melelahkan. Mata Tania melihat sebuah kertas di tengah- tengan bunga, ada kartu berwarna hitam dengan goresan tinta berwarna gold. Datanglah ke hotel, Lion King. Dandan yang cantik, aku menunggumu disana. Isi pesan yang sepertinya ditulis langsung oleh Reyhan, karena ia sangat tau tulisan tangan Reyhan seperti apa. “Kenapa dia, kenapa harus menggunakan bunga segala, sih, kan bisa langsung ngomong aja.” gumam Tania, tapi ia senang dengan perlakuan Reyhan. Belakangan ini banyak hal yang berubah dalam hubungan mereka. Reyhan terlihat lebih perhatian dan sedikit over protektif terhadapnya. Tania langsung masuk ke dalam apartemen, dan saat sudah di dalam, Tania kembali terkejut saat melihat ada sebuah Dress yang masih berbalut plastik di atas sofanya, Tania exited dan berjalan mendekat, di atas nya lagi- lagi ada kartu. Pakai ini, akan ada pesta di sana, dan bawa lah kartu undangan yang di meja. Mata Tania reflek melihat ke atas meja, benar, di sana ada sebuah undangan. Tania makin sumringah, ia tidak sabar menantikan malam tiba. *** Simpanan Elite! *** Tania kembali memutar tubuhnya di depan cermin, dress panjang dengan belahan sampai paha membuat penampilan Tania sangat elegan di tubuhnya yang semampai, kaki jenjangnya menambah kesan sexy dalam balutan dress Merah maroon itu. Wajah Tania yang cantik serta rambut panjang Curly nya membuat siapa pun pasti akan menyukainya. “selera, Mas Reyhan memang tidak bisa di ragukan, bahkan Dress ini sangat pas di tubuhku.” Tania tidak bisa tidak memuji dirinya sendiri. ia mengambil foto dan mengirimnya pada Reyhan. [Mas, aku sudah selesai, kapan mau di jemput] pesan terkirim dengan foto belahan pahanya, Tania sengaja untuk sedikit menggoda Reyhan. pesannya dibaca, lalu secepat kilat Reyhan membalas. [sudah ada sopir yang menunggumu di bawah, kita bertemu di hotel] Tania tidak membalas lagi, dan langsung turun ke bawah. Tania banyak mengambil gambar di kaca Lift, ia sangat suka dengan dressnya. sampai di lobby, Tania melihat mobil RR berwarna hitam terparkir tepat di depan pintu lobby. saat sudah dekat, sopir yang sudah berdiri disamping mobilnya pun membuka pintu, mempersilahkan Tania masuk dengan sopan. “Terima kasih, Pak.” ucap Tania saat sudah duduk di kursi penumpang. sopir itu hanya tersenyum dan membungkuk. lalu masuk ke belakang kemudi, membawa Tania ke tempat yang di perintahkan tuannya. Sepanjang jalan Tania hanya memandang keluar jendela, senyumannya terus mengembang, Tania sudah membayangkan makan malam romantis berdua dengan Reyhan. Sekitar tiga puluh menit berkendara, Tania akhirnya telah sampai di depan lobby Hotel, di sana terlihat banyak tamu- tamu lain yang datang. Mereka semua tampak sangat berkelas, balutan dress dan Tuksedo yang digunakan menandakan bahwa acara malam ini begitu mewah. Tania tampak ragu, apakah ini benar tempat ia tuju, tapi kartu undangannya benar disini. Meski ragu, tapi Tania tetap berjalan masuk, menyerahkan undangan nya ke staf yang berjaga. Lalu staf lainnya membawa Tania masuk, dan menyuruhnya untuk duduk di kursi yang sudah di tentukan, hanya ada dia disini. Tania mengambil ponselnya dari dalam tas dan menghubungi Reyhan, namun tak ada jawaban. Tania makin gelisah saat para tamu mulai mengisi kursi yang di sediakan, mereka semua tampak mengobrol satu sama lain, sedangkan Tania masih duduk sendiri di kursi dengan meja bundar di hadapannya/ Mas Reyhan, kamu kemana, sih. Tania mulai mengoyang- goyangkan kakinya di bawah meja, kepalanya selalu melihat ke arah langkah kaki yang terdengar, berharap itu Reyhan. Saat Tania menunduk dan fokus ke ponselnya, terdengar suara pelayan di sampingnya dan menarik kursi yang ada di samping Tania. “Silahkan, Tuan” ucap pelayan itu, mempersilahkan seseorang duduk. Mata Tania berbinar saat melihat pria di sampingnya, itu Reyhan, namun, kebahagian nya seketika luntur, setelah terlihat seorang wanita yang tengah menggandeng lengan Reyhan. Wajah Tania berubah pias, kaget, panik dan malu bercampur jadi satu, Reyhan bersama Kinan– istrinya. Tak hanya Tania, ternyata Kinan pun sama kagetnya dengan Tania. Namun, Kinan dapat mengontrol dirinya, dan memilih mengabaikan kehadiran Tania. tania semakin tidak nyaman, ia tidak menyangka jika hal ini akan terjadi, dan saat melihat Reyhan, pria itu tampak tersenyum ke arahya. Tania tidak tahu harus bagaimana menanggapi senyuman Reyhan. akhirnya Tania memilih membals senyuman Reyhan dengan sangat canggung. “Sayang, apa kita akan membeli sesuatu di pelelangan nanti?” Kinan mengandeng tangan Reyhan kembali, ia mendekatkan dirinya ke Reyhan, Tania haya melihat itu melalui ekor matanya, tidak menatap langsung. “Ya, pilihlah apa yang kau mau,”jawab Reyhan, Kinan tersenyum bahagia mendengar itu. “Terima kasih, Sayang. Kau memang suami terbaik.”ada penekanan suara di kalimat suami terbaik, seakan di tunjukan pada Tania, gadis itu semakin berdesir hatinya. Sejujurnya, saat ini pun Tania ingin sekali pergi, namun kakinya masih terlalu lemah, ia masih mengumpulkan tenaganya, sebelum pergi dari tempat menyesakan ini. Apa maksudmu, mas. Kenapa kau membawaku ke situasi menyulitkan, dan menyesakan seperti ini. Batin Tania, ia sangat frustasi sekarang. Tapi Reyhan tampak menikmati wajah pias Tania. Tania sudah tidak tahan lagi, ia menggenggam tasnya, dan akan segera pergi, tapi sebelum itu terjadi, Reyhan menahannya, ia menekan paha Tania dengan tangannya. Entah kapan tangan itu ada di sana, yang pasti, Tania mengurungkan niatnya dan masih tetap di tempatnya. Meski dengan hati yang gusar.“Tetap disini, dan nikmati acaranya.” mata Taia membulat sempurna saat mendengar perkataan Reyhan. Menikmati katanya? Apa di pikir aku bisa menikmati ini semua dengan adanya kak Kinan disini. Mas Reyhan, kau pasti sudah gila. gumam Tania dalam hati, kini ia sangat jengkel.Jangankan untuk menikmati, bahkan Tania tidak bisa menaruh pandangannya pada satu objek, Tania tidak mengenal sama sekali orang disini. Di meja bundar ini ada lima kursi, padahal di meja- meja lain hanya ada empat, tiga telah terisi dan tersisa oleh Tania, Reyhan dan Kinan, dua orang lagi masih belum tampak hadir.Reyhan tengah berbicang dengan Kinan, lebih tepatnya Kinan selalu saja membuka obrolan dengan Reyhan, seakan sengaja, agar Tania terlihat menyedihkan. Selang berapa lama, datang dua orang yang sepertinya pemilik kursi di samping dan di sebrang Tania.Seorang pria muda dan seorang Wanita paruh baya, dandanan wanita itu memperlihatkan betapa berkelasnya dia dan dari mana dia berasal. pria muda itu menari
Reyhan berjalan ke arah toilet, di sana ia melihat Tania tengah berdiri sambil menunduk. Reyhan langsung menarik tangan Tania dan membawanya ke dalam Toilet Pria, sebelumnya Reyhan telah memerintahkan pengawalnya untuk berjaga di depan pintu toilet, agar tidak ada orang yang masuk.Tania merasakan sedikit sakit di lengan tangannya, akibat dari tarik paksa Reyhan. Ia baru dilepaskan setelah punggungnya menempel pada tembok.Dapat Tania lihat wajah merah padam Reyhan, matanya pun menjadi gelap menyiratkan kemarahan. Tapi apa sebab Reyhan marah? Tania masih belum mengerti.Reyhan sedikit membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Tania, dagu Tania di paksa naik oleh Reyhan, dan kedua tangannya di kunci ke atas, wajah cantik Tania semakin membuat Reyhan gila, ia sudah menahan dirinya agar tidak mencium Tania saat pertama kali ia melihat Tania, tadi.Dan sekarang waktunya, Reyhan meraih bibir merah Tania, menciumnya sampai terdengar bunyi kecapan. Tania kembali menahan nafas atas tinda
Sebentar lagi acara lelang akan berlangsung, para tamu undangan sudah dipersilahkan masuk ke dalam ruang, tempat lelang akan berlangsung. Kinan sudah menggandeng tangan Reyhan, tapi Reyhan terlihat sangat gelisah, dari tadi tangan dan matanya tidak lepas dari ponsel.Para tamu undangan satu persatu telah meninggalkan ruangan, tapi Reyhan masih berdiri dan menunggu informasi tentang Tania. “Mas, ayo,” KInan menarik lengan Reyhan agar segera pergi ke tempat lelang. Tapi Reyhan tidak melangkah sedikitpun.“Pergilah dulu, nanti Mas akan menyusul.” Akhirnya Reyhan menyuruh Kinan untuk pergi terlebih dahulu. Kinan tidak banyak bertanya, dan memilih pergi saja, karena ia pun tidak mau melewatkan acara lelang yang hanya ada perdua tahun sekali, Kinan juga sudah mengincar beberapa perhiasan langkah untuk di belinya.Reyhan tidak lagi melihat Kinan setelah Wanita itu masuk keruangan lain, ia langsung mengambil ponsel dan kembali melacak Tania dengan Gps yang ia sambungan di ponselnya, tapi sa
Kinan sudah menghubungi Reyhan berulang kali, tapi Reyhan sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana kamu, Rey. Bisa- bisanya pergi meninggalkanku, di saat- saat penting seperti ini.” Kinan merutuki Reyhan, tapi ia tetap memasang senyum pada wajahnya.Saat Kinan tengah kembali menghubungi Reyhan, datang seorang pria menghampiri Kinan yang tengah berdiri sendiri di dekat pintu masuk ruangan lelang.“Hai! Sedang menunggu seseorang?” Tanya pria yang memegang gelas berisi wine.Kinan memutar tubuhnya perlahan dan elegan, melihat siapa yang sedang menyapanya. “Ya, begitulah.” Jawab Kinan dan langsung mematikan panggilan untuk Reyhan. Kinan mengamati tubuh dan wajah pria di hadapannya saat ini. Tampan dan gagah, hanya saja ia sedikit lebih pendek dari Reyhan tapi tetap lebih tinggi dari Kinan.“Tidak mau bergabung?” Pria itu menunjuk deretan kursi dengan orang- orang yang telah duduk di kursinya masing- masing. Kinan tersenyum, “Kau sendiri?” Kinan balik bertanya pada pria itu
Reyhan terus berkendara tanpa arah, ia masih belum mendapatkan informasi tentang keberadaan Tania, ia tidak tahu harus mencari kemana, selama ini Tania tidak di izinkan pergi kemana pun setelah pulang kuliah, ia boleh pergi jika Reyhan bersamanya. Reyhan juga tidak punya kontak temannya untuk di hubungi, ia tidak akan menyangka jika akan terjadi hal seperti ini.“Tania, dimana kau, sayang.” Reyhan berulang kali memukul stir, menyalurkan emosi dan amarahnya, sedangkan kim sedang memperhatikan ponselnya, mencari informasi dari bawahannya tentang Tania. Sekitar dua jam berlalu, Tania tidak juga ada kabarnya, Reyhan kini tengah berhenti di pinggir jalan. wajahnya ia benamkan di antara tangannya yang berada di stir mobil. Terdengar isakan kecil dari Reyhan. Kim yang berada di sampingnya memilih membuang muka keluar jendela mobil, tidak ingin melihat Reyhan seperti ini.ponsel di saku celana Reyhan berbunyi, ia langsung mengambilnya, mata Reyhan membulat saat melihat nama orang yang menele
Kim terus mengamati Taxi di depan, ia tidak akan kehilangan jejak lagi, karena jika Tania kabur, Reyhan pasti akan sibuk mencarinya, itu semua akan menghambat semua pekerjaan Reyhan di kantor dan mengganggu konsentrasi Reyhan. Jadi, Kim akan menangkap Tania apapun yang terjadi.Sedangkan Reyhan, ia mengikuti GPS yang dikirimkan Kim, ia pacu mobil dengan kecepatan penuh, Reyhan tidak akan kehilangan Tania lagi.Saat sudah sampai di samping Taxi Kim, Reyhan membuka kaca mobilnya.“Dimana dia?” Tanya Reyhan.“Itu, taxi depan.” Kim menunjuk Taxi yang berada persis di depan mereka. Tanpa bertanya lagi, Reyhan langsung menambah kecepatannya, lalu menghadang mobil Taxi yang membawa Tania.Taxi yang dikendarai Tania berhenti mendadak, karena ada mobil yang terparkir di hadapannya. Tania tersentak kaget, ia melihat ke depan, sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan mobil yang ia tumpangi.Perasaan Tania mulai tidak enak, ia merasa jika itu Reyhan, Tania terus mengamati mobil di depannya, tap
“Sekarang, terima hukumanmu, Nia.” Reyhan berdiri di depan Tania, gadis itu memalingkan wajahnya, mata Reyhan yang tajam menatap Tania membuat jantungnya berdegup kencang.Tania tidak tahu kapan tepatnya Reyhan berubah menjadi sangat mengerikan seperti ini, Tania suka dengan Reyhan yang cuek dan tidak peduli padanya. Tania merasa hidupnya semakin tertekan, setiap langkahnya seperti di awasi, dan ruang geraknya menjadi sempit.Padahal setahun lalu Reyhan hanya mendatanginya di apartemen beberapa kali dalam seminggu. Sekarang malah Reyhan senang sekali tinggal bersamanya di apartemen, Reyhan hanya tidak pulang sehari, lalu esoknya dia akan meniduri Tania seakan tidak bertemu setahun.Dan sekarang, Reyhan mulai mengancam akan menghukumnya, entahh hukuman apa yang akan di berikan Reyhan, yang pasti Tania tidak siap apapun itu.“Jangan palingkan wajahmu dariku, Nia.” ujar Reyhan dengan nada berat, dan dengan perlahan Tania menghadap Reyhan lagi. BIbirnya begetar, menahan tangis. Tania menc
Tiga jam berlalu, tapi Tania masih belum juga sadar, Dokter Alex belum beranjak dari apartemen Tania, karena Reyhan melarangnya, dan menyuruh Dokter Alex untuk tetap disini sampai Tania sadar. Reyhan tidak beranjak sesenti pun dari sisi Tania, Pria itu terus saja memandangi Tania yang masih terpejam. denyut Nadinya sudah terlihat stabil, hanya menunggu sadar saja, kata dokter Alex. “Rey, Tania sudah baik- baik saja, aku akan kembali ke rumah sakit, pagi ini aku ada operasi.” Alex mencoba berdiskusi dengan Reyhan, agar bisa kembali ke Rumah sakit. “Hem, kembalilah.” jawab Reyhan tanpa melihat ke Alex yang sedang tiduran di sofa. Dokter itu terbangun saat alarm di ponselnya berbunyi. “Benarkah, baiklah. Aku pamit dulu. Kabari aku jika perlu apapun.” Dokter Alex tersenyum sumringah, ia berdiri dan ingin beranjak dari sofa. “Sekalian beres kan dokumen pengundunduran dirimu, Lex.” ucap Reyhan, membuat langkah Alex terhenti. “Haha, aku hanya bercanda, Rey. Aku akan tetap disini sampai
Reyhan menunggu Tania memakai baju, pandangan mata Reyhan tidak lepas dari gerakan tubuh Tania. Setelah Tania selesai, Tania langsung menghampiri Reyhan yang menunggunya di pinggir tempat tidur. Reyhan tampak memangku sebuah kotak. “Kemarilah,” panggil Reyhan pada Tania, ia menepuk kasur di sampingnya. Tania duduk di samping Reyhan, pandangan Tania menjadi fokus pada kotak yang di pangku Reyhan. “Apa itu, Mas?” Tanya Tania penasaran. Reyhan pun langsung membuka kotak itu, terlihat sebuah gelang dengan permata seperti batu, sedikit norak. Pikir Tania. Reyhan mengambil gelang itu, lalu memakaikannya pada Tania. Gadis itu kaget, karena dia bahkan belum setuju ataupun mau memakai gelang itu, tapi Reyhan telah memakaikannya. “Mas, apa ini.” Tania mencoba melepaskan nya, tapi tidak bisa. Bahkan Tania tidak melihat pengait di gelang itu. Bagaimana cara Reyhan memakaikannya, padahal ini bukan gelang sambungan, jelas Tania melihat jika tadi gelang ini memanjang, tidak terkait sama s
Reyhan berdiri di samping Tania, memandang wajah yang belakangan ini sangat mengganggunya, setiap saat Reyhan terus memikirkan perasaannya pada Tania. Reyhan sendiri masih belum yakin dengan perasaannya, apa ini sebuah cinta, atau rasa penasaran semata, atau, ini hanya pelampiasannya karena Reyhan masih menunggu seseorang.Besok seseorang yang selama tiga tahun ini ia tunggu akan pulang dari luar negeri, Reyhan masih penasaran, apa perasaannya masih sama atau Reyhan memang benar- benar melupakannya.Pernikahan Reyhan dengan Kinan yang terjadi atas perjodohan pun belum mampu membuat Reyhan melupakan masa lalunya, lalu apakah kehadiran Tania benar- benar bisa membuat Reyhan melupakannya. Setelah puas memandangi Tania, Reyhan langsung membuka selimut yang menutupi tubuh Tania, Reyhan melihat tangan Tania yang sedang menggenggam sesuatu, kain kecil berwarna senada dengan dress yang ia kenakan. Reyhan tersenyum miring, saat menyadari apa yang ada di tangan Tania.Reyhan semakin mendekat
Tiga jam berlalu, tapi Tania masih belum juga sadar, Dokter Alex belum beranjak dari apartemen Tania, karena Reyhan melarangnya, dan menyuruh Dokter Alex untuk tetap disini sampai Tania sadar. Reyhan tidak beranjak sesenti pun dari sisi Tania, Pria itu terus saja memandangi Tania yang masih terpejam. denyut Nadinya sudah terlihat stabil, hanya menunggu sadar saja, kata dokter Alex. “Rey, Tania sudah baik- baik saja, aku akan kembali ke rumah sakit, pagi ini aku ada operasi.” Alex mencoba berdiskusi dengan Reyhan, agar bisa kembali ke Rumah sakit. “Hem, kembalilah.” jawab Reyhan tanpa melihat ke Alex yang sedang tiduran di sofa. Dokter itu terbangun saat alarm di ponselnya berbunyi. “Benarkah, baiklah. Aku pamit dulu. Kabari aku jika perlu apapun.” Dokter Alex tersenyum sumringah, ia berdiri dan ingin beranjak dari sofa. “Sekalian beres kan dokumen pengundunduran dirimu, Lex.” ucap Reyhan, membuat langkah Alex terhenti. “Haha, aku hanya bercanda, Rey. Aku akan tetap disini sampai
“Sekarang, terima hukumanmu, Nia.” Reyhan berdiri di depan Tania, gadis itu memalingkan wajahnya, mata Reyhan yang tajam menatap Tania membuat jantungnya berdegup kencang.Tania tidak tahu kapan tepatnya Reyhan berubah menjadi sangat mengerikan seperti ini, Tania suka dengan Reyhan yang cuek dan tidak peduli padanya. Tania merasa hidupnya semakin tertekan, setiap langkahnya seperti di awasi, dan ruang geraknya menjadi sempit.Padahal setahun lalu Reyhan hanya mendatanginya di apartemen beberapa kali dalam seminggu. Sekarang malah Reyhan senang sekali tinggal bersamanya di apartemen, Reyhan hanya tidak pulang sehari, lalu esoknya dia akan meniduri Tania seakan tidak bertemu setahun.Dan sekarang, Reyhan mulai mengancam akan menghukumnya, entahh hukuman apa yang akan di berikan Reyhan, yang pasti Tania tidak siap apapun itu.“Jangan palingkan wajahmu dariku, Nia.” ujar Reyhan dengan nada berat, dan dengan perlahan Tania menghadap Reyhan lagi. BIbirnya begetar, menahan tangis. Tania menc
Kim terus mengamati Taxi di depan, ia tidak akan kehilangan jejak lagi, karena jika Tania kabur, Reyhan pasti akan sibuk mencarinya, itu semua akan menghambat semua pekerjaan Reyhan di kantor dan mengganggu konsentrasi Reyhan. Jadi, Kim akan menangkap Tania apapun yang terjadi.Sedangkan Reyhan, ia mengikuti GPS yang dikirimkan Kim, ia pacu mobil dengan kecepatan penuh, Reyhan tidak akan kehilangan Tania lagi.Saat sudah sampai di samping Taxi Kim, Reyhan membuka kaca mobilnya.“Dimana dia?” Tanya Reyhan.“Itu, taxi depan.” Kim menunjuk Taxi yang berada persis di depan mereka. Tanpa bertanya lagi, Reyhan langsung menambah kecepatannya, lalu menghadang mobil Taxi yang membawa Tania.Taxi yang dikendarai Tania berhenti mendadak, karena ada mobil yang terparkir di hadapannya. Tania tersentak kaget, ia melihat ke depan, sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan mobil yang ia tumpangi.Perasaan Tania mulai tidak enak, ia merasa jika itu Reyhan, Tania terus mengamati mobil di depannya, tap
Reyhan terus berkendara tanpa arah, ia masih belum mendapatkan informasi tentang keberadaan Tania, ia tidak tahu harus mencari kemana, selama ini Tania tidak di izinkan pergi kemana pun setelah pulang kuliah, ia boleh pergi jika Reyhan bersamanya. Reyhan juga tidak punya kontak temannya untuk di hubungi, ia tidak akan menyangka jika akan terjadi hal seperti ini.“Tania, dimana kau, sayang.” Reyhan berulang kali memukul stir, menyalurkan emosi dan amarahnya, sedangkan kim sedang memperhatikan ponselnya, mencari informasi dari bawahannya tentang Tania. Sekitar dua jam berlalu, Tania tidak juga ada kabarnya, Reyhan kini tengah berhenti di pinggir jalan. wajahnya ia benamkan di antara tangannya yang berada di stir mobil. Terdengar isakan kecil dari Reyhan. Kim yang berada di sampingnya memilih membuang muka keluar jendela mobil, tidak ingin melihat Reyhan seperti ini.ponsel di saku celana Reyhan berbunyi, ia langsung mengambilnya, mata Reyhan membulat saat melihat nama orang yang menele
Kinan sudah menghubungi Reyhan berulang kali, tapi Reyhan sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana kamu, Rey. Bisa- bisanya pergi meninggalkanku, di saat- saat penting seperti ini.” Kinan merutuki Reyhan, tapi ia tetap memasang senyum pada wajahnya.Saat Kinan tengah kembali menghubungi Reyhan, datang seorang pria menghampiri Kinan yang tengah berdiri sendiri di dekat pintu masuk ruangan lelang.“Hai! Sedang menunggu seseorang?” Tanya pria yang memegang gelas berisi wine.Kinan memutar tubuhnya perlahan dan elegan, melihat siapa yang sedang menyapanya. “Ya, begitulah.” Jawab Kinan dan langsung mematikan panggilan untuk Reyhan. Kinan mengamati tubuh dan wajah pria di hadapannya saat ini. Tampan dan gagah, hanya saja ia sedikit lebih pendek dari Reyhan tapi tetap lebih tinggi dari Kinan.“Tidak mau bergabung?” Pria itu menunjuk deretan kursi dengan orang- orang yang telah duduk di kursinya masing- masing. Kinan tersenyum, “Kau sendiri?” Kinan balik bertanya pada pria itu
Sebentar lagi acara lelang akan berlangsung, para tamu undangan sudah dipersilahkan masuk ke dalam ruang, tempat lelang akan berlangsung. Kinan sudah menggandeng tangan Reyhan, tapi Reyhan terlihat sangat gelisah, dari tadi tangan dan matanya tidak lepas dari ponsel.Para tamu undangan satu persatu telah meninggalkan ruangan, tapi Reyhan masih berdiri dan menunggu informasi tentang Tania. “Mas, ayo,” KInan menarik lengan Reyhan agar segera pergi ke tempat lelang. Tapi Reyhan tidak melangkah sedikitpun.“Pergilah dulu, nanti Mas akan menyusul.” Akhirnya Reyhan menyuruh Kinan untuk pergi terlebih dahulu. Kinan tidak banyak bertanya, dan memilih pergi saja, karena ia pun tidak mau melewatkan acara lelang yang hanya ada perdua tahun sekali, Kinan juga sudah mengincar beberapa perhiasan langkah untuk di belinya.Reyhan tidak lagi melihat Kinan setelah Wanita itu masuk keruangan lain, ia langsung mengambil ponsel dan kembali melacak Tania dengan Gps yang ia sambungan di ponselnya, tapi sa
Reyhan berjalan ke arah toilet, di sana ia melihat Tania tengah berdiri sambil menunduk. Reyhan langsung menarik tangan Tania dan membawanya ke dalam Toilet Pria, sebelumnya Reyhan telah memerintahkan pengawalnya untuk berjaga di depan pintu toilet, agar tidak ada orang yang masuk.Tania merasakan sedikit sakit di lengan tangannya, akibat dari tarik paksa Reyhan. Ia baru dilepaskan setelah punggungnya menempel pada tembok.Dapat Tania lihat wajah merah padam Reyhan, matanya pun menjadi gelap menyiratkan kemarahan. Tapi apa sebab Reyhan marah? Tania masih belum mengerti.Reyhan sedikit membungkukkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Tania, dagu Tania di paksa naik oleh Reyhan, dan kedua tangannya di kunci ke atas, wajah cantik Tania semakin membuat Reyhan gila, ia sudah menahan dirinya agar tidak mencium Tania saat pertama kali ia melihat Tania, tadi.Dan sekarang waktunya, Reyhan meraih bibir merah Tania, menciumnya sampai terdengar bunyi kecapan. Tania kembali menahan nafas atas tinda