Jika kebahagiaan tengah meliputi Joana dan Andreas, hal ini berbanding terbalik dengan keluarga Pak Gunawan. Sebab, kondisi Meta semakin hari semakin memprihatinkan. Luka bekas amputasi memang sudah mengering, tetapi luka psikologisnya semakin menganga. Ya, Meta yang tidak dapat menerima keadaan dirinya, kini kejiwaan wanita itu menjadi terganggu.
Setiap hari yang Meta lakukan hanyalah menangis, kemudian tertawa sendiri, dan sesekali menjerit frustrasi. Papa dan mamanya dibuat bingung karena dokter ahli kejiwaan yang menangani Meta pun, telah angkat tangan. Psikiater itu menyerah karena pasien yang dia tangani, sama sekali tidak menunjukkan perubahan bahkan semakin parah saja dari hari ke hari.
Sebenarnya, psikologis Meta masih dapat diselamatkan andai dia mendapatkan dukungan dari keluarga, terutama kedua orang tua. Namun, apa yang didapatkan oleh Meta adalah hal yang sebaliknya.
Saudara dan orang-orang terdekat, perlah
Kebahagiaan terus melingkupi rumah tangga Joana dan Andreas. Perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekat pun senantiasa mereka dapatkan. Apalagi, sejak mereka memutuskan untuk pindah ke apartemen milik Joana, beberapa hari setelah resepsi digelar, baik Bu Martha dan sang putra bungsu, juga Melanie dan Ricky yang selalu nempel pada kekasihnya itu,,sering menginap karena ingin ikut menjaga Joana yang sedang hamil.Andreas dan Joana tentu tidak keberatan, mereka berdua bahkan sangat senang karena unit terasa ramai dan hangat. Selain itu, Andreas juga tidak perlu khawatir jika dia pergi ke sekolah karena sang istri ada yang menemani, yaitu sang ibu. Melanie yang belum aktif masuk kuliah pun ikut menemani sang sahabat dan senantiasa ingin memastikan bahwa Joana baik-baik saja."Nak, ibu pulang sebentar, ya," pamit Bu Martha, tiba-tiba."Lho, Bu. Ibu 'kan baru semalam tidur di sini," rajuk Joana yang tidak rela
Joana dan Melanie bergegas menuju ke rumah sakit, tanpa berganti pakaian terlebih dahulu. Ibu hamil itu hanya menutup dress terbukanya dengan cardigan, sama seperti tadi ketika mengantar sang ibu mertua yang hendak pulang. Yang ada dalam pikiran Joana saat ini, bagaimana caranya agar mereka berdua bisa segera sampai di rumah sakit.Tadinya Om Jun mau menjemput, tetapi Joana melarang dan menyuruh pria berbadan tegap suruhan sang mama itu untuk berjaga di rumah sakit saja. Sebab, dari keterangan sekilas Om Jun tadi bahwa kecelakaan yang menimpa Bu Martha, sepertinya adalah sebuah kesengajaan. Om Jun sempat melihat pengendara motor sport yang menabrak Bu Martha, menelepon sebelum melakukan aksinya.Orang kepercayaan mama Joana itu tidak sempat menolong Bu Martha karena saat kejadian konsentrasinya sedang terpecah. Tepat di waktu yang hampir bersamaan dengan kecelakaan itu terjadi, anak buahnya yang disuruh untuk mengikuti Andreas me
Duka yang dirasakan Andreas beserta sang istri, juga Ryan, masih sangat terasa meski jenazah sang ibu sudah dikebumikan pagi tadi di pemakaman umum terdekat. Keluarga Bu Martha yang berhari-hari kemarin menemani di rumah duka, sudah kembali ke rumah masing-masing. Begitu pula dengan kedua orang tua Joana, mereka telah kembali ke negaranya.Andreas bahkan nampak enggan meninggalkan rumah yang penuh kenangan tersebut. Namun, sang istri tetap membujuknya untuk pulang ke unit karena Andreas harus sudah mulai masuk kerja. Sementara jika mereka masih di sini, akan repot juga karena jarak tempuh menuju ke sekolah terlalu jauh."Abang akan kecapekan kalau bolak-balik dari sini. Jo, sih, enggak masalah tinggal di mana aja." Joana menatap sang suami penuh perhatian."Kakak ipar benar, Bang. Sebaiknya kalian pulang aja," timpal Ryan."Kami akan pulang, tapi kamu juga harus ikut. Aku engg
Rupanya, ancaman Joana membuahkan hasil. Orang itu mengakui kalau dia menyabotase motor Ryan karena disuruh oleh seseorang. Namun, dia tidak tahu menahu soal kecelakaan yang menimpa Bu Martha. Dia pun mengaku kalau tidak mengenal orang yang menyuruhnya karena mereka bertransaksi melalui telepon."Jangan bohong kamu!" Ryan yang sangat marah, juga melayangkan tinju hingga darah segar mengalir dari sudut bibir pria yang tangannya terikat tersebut."Saya mengatakan yang sejujurnya. Saya hanya diberi tugas untuk itu. Tidak ada yang lain." Dengan menahan rasa sakit, pria itu berbicara.Andreas menghela napas panjang. Suami Joana itu lalu meminta ponsel milik orang suruhan tersebut dari tangan Om Jun. Andreas mengecek kembali riwayat pesan, juga panggilan baik yang keluar maupun masuk."Bos Gun?" Andreas menggumam dengan dahi berkerut dalam. Sedetik kemudian, guru tampan itu mengangguk-angguk. Andreas seper
Hari yang menegangkan pun tiba. Ryan mencoba untuk tenang dan percaya pada Deri bahwa pria itu tidak akan berkhianat. Dia pun mencoba untuk percaya bahwa Om Jun dan orang-orangnya telah bersiap di tempat yang telah direncanakan.Sedikit gugup, Ryan memacu sepeda motornya meninggalkan area kampus. Netranya terus mengedar, mencari sosok orang-orang yang dia kenali. Ryan melihat ada mobil yang dikendarai salah satu anak buah Om Jun yang sudah membawa tim medis, serta segala keperluan yang dibutuhkan di saat darurat, dan pemuda itu sedikit merasa tenang.Ketika Ryan melihat mobil yang dikendarai oleh Deri dari arah belakang melaju kencang, adik kandung Andreas itu pun bersiap dengan segala resiko yang akan dia hadapi nanti. Meskipun Ryan telah mengenakan atribut berkendara lengkap dengan safety terbaik, tetap saja Ryan merasa khawatir. Pemuda itu hanya bisa berdo'a semoga Tuhan melindungi dirinya dan pengorbanan Ryan kali ini tidak s
Kecelakaan yang dialami oleh Deri, membuat rencana yang sudah disusun dengan rapi untuk dapat menyeret Pak Gunawan, menjadi tertunda. Beruntung, kecelakaan yang dialami Deri, murni kelalaian pria itu yang panik karena merasa ada anak buah Gunadi yang mengikuti, dan bukan karena sabotese dari pihak Pak Gunawan. Kini, Deri masih dirawat di rumah sakit, dan belum dapat dimintai keterangan karena masih mengalami kesulitan berbicara.Hari-hari berikutnya dilalui oleh pasangan Joana dan Andreas, terasa semakin berat. Selain karena mereka harus terus meningkatkan kewaspadaan karena bisa jadi Pak Gunawan dan orang-orangnya masih hendak mencelakai mereka, juga karena kepergian Bu Martha yang biasanya menemani keseharian Joana. Sekarang, Joana menjadi lebih sering murung, apalagi jika Melanie sedang tidak berada di unitnya."Maafkan aku, Sayang. Ini semua karena aku," sesal Andreas ketika mereka berdua tengah berduaan di dalam kamar. "Andai dari awal
Joana sejenak mengabaikan pertanyaan sang suami karena rasa penasarannya terhadap arti senyuman Om Jun. Melihat tatapan sang nona muda, Om Jun pun akhirnya bercerita. Dia yang dulu dipasrahi oleh Joana untuk mengurus kakak beradik, Dino dan Dini, serta ibunya yang sedang sakit, benar-benar mengurus mereka dengan sangat baik.Orang kepercayaan mamanya Joana yang sedari awal memang merasa tertarik pada Bu Rifah, ibu dari dua pengamen remaja yang ditemui Joana kala itu, menunjukkan perhatian yang lebih kepada ibu dan dua anak tersebut. Om Jun sangat telaten menjaga Bu Rifah kala wanita itu sakit. Om Jun pula yang mencarikan tempat tinggal layak untuk mereka, sesuai permintaan Joana.Perhatian dan kasih sayang Om Jun yang tulus terhadap Dino dan Dini selama ini, juga keseriusannya dalam mendekati Bu Rifah, lambat laun membuka hati ibu duo Din untuk dapat menerima pengawal Joana itu. Kini, mereka sudah saling dekat, dan berencana untuk menikah. O
Kehadiran Bu Rifah di unit apartemen Joana, sedikit banyak dapat mengobati kerinduan istri Andreas itu terhadap mendiang sang ibu mertua. Bu Rifah pintar memasak, sama seperti ibu mertuanya. Calon istri Om Jun itu juga sangat menyayangi Joana, seperti menyayangi putrinya sendiri.Meskipun Joana belum bisa bebas keluar, keberadaan Bu Rifah cukup membuat Joana merasa nyaman karena memiliki teman untuk bercerita di kala sang suami, dan adik ipar beraktifitas. Ketika siang hari, unitnya pun semakin ramai dengan kehadiran putra-putri Bu Rifah. Keseruan Dino dan Dini, membuat Joana sejenak melupakan ancaman bagi keluarganya di luar sana."Kak Jo besok mau Dini beliin apa?" tanya Dini ketika hendak pulang bersama sang ibu dan abangnya."Memangnya, di sekolah kamu ada penjual jajanan apa aja, Din, selain kembang gula kapas, dan cilok?" Joana yang selama dua hari berturut-turut melihat putri Bu Rifah pulang memb
Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m
Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba
Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit
Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m
Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh
Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan
Joana benar-benar merasa kesepian kini karena sang sahabat sudah memiliki kehidupan baru sekarang. Melanie juga mulai disibukkan dengan mengikuti kursus parenting, di sela-sela dia bekerja, dan rencananya Melanie juga akan mengikuti kelas senam untuk ibu hamil karena kehamilannya sudah mulai membesar. Praktis, Melanie tak lagi memiliki waktu untuk Joana.Hanya Bu Rifah yang masih setia berkunjung, meski Joana tak lagi memperbantukan istri Om Jun itu di unitnya. Joana memberhentikan Bu Rifah sebagai asisten rumah tangga, sejak mengetahui kehamilan ibunya Dino dan Dini. Joana tak ingin sesuatu terjadi pada kandungan istrinya Om Jun, seperti yang terjadi pada Joana kala itu."Kapan, ya, Bu, Jo bisa hamil lagi?"Wajah Joana terlihat murung, padahal di depannya ada Dina, yang biasanya membuat Joana antusias untuk menggoda gadis kecil yang montok itu. Dina sekarang sudah pandai berjalan dan tingkahnya sungguh menggemaska
Joana dan Andreas tak percaya ketika melihat Ryan menggandeng mesra tangan Dini, menghampiri mereka. Begitu pula dengan Ricky yang sedang menanti sang istri, yang tengah dirias oleh MUA. Mereka semua sampai melongo, menatap ke arah Ryan yang tersenyum lebar, sementara Dini tersipu malu."Bang, Kakak Ipar. Ini kekasihku, calon istriku. Ryan akan menikahinya, begitu dia lulus nanti," kata Ryan, sambil menggenggam erat tangan kekasih belianya. Ryan dapat merasakan tangan Dini yang gemetaran, juga berkeringat."Santai aja, Dek. Mereka pasti setuju, kok. Percayalah pada Abang," bisik Ryan, meyakinkan dan Dini mengangguk.Sebenarnya, Dini tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Dia tahu betul, seperti apa Joana, juga Andreas. Mereka tidak akan mempermasalahkan status sosial seseorang yang dekat dengan salah satu anggota keluarganya. Terbukti, Joana sendiri menikah dengan Andreas. Hari ini, Ricky juga menikahi Melanie y
Ricky dan Melanie memberanikan diri untuk berterus terang kepada orang tua mereka berdua. Tentu saja para orang tua itu murka, meski mereka juga sudah mengetahui sejauh apa hubungan anak-anaknya itu. Pihak orang tua pun akhirnya menyetujui pernikahan Ricky dan Melanie dan mereka juga mempersiapkannya dengan sangat cepat karena tak ingin orang-orang di luar sana tahu kecelakaan yang telah terjadi.Semua orang dibuat sibuk, termasuk Joana, dan Andreas. Joana sempat terkejut mendengar kabar kehamilan sang sahabat. Dia menjadi sedih karena justru Melanie yang notabene belum menginginkan hadirnya anak, justru diberikan amanah untuk mengandung benih Ricky. Sementara dirinya yang sudah sangat siap dan menginginkan agar bisa segera hamil, malah tak kunjung diberikan kepercayaan pasca keguguran tiga tahun silam.Joana pun membantu persiapan pernikahan sang sepupu dan sahabatnya itu dengan raut wajah yang dipenuhi mendung kelabu. Dia terus