Kehadiran Bu Rifah di unit apartemen Joana, sedikit banyak dapat mengobati kerinduan istri Andreas itu terhadap mendiang sang ibu mertua. Bu Rifah pintar memasak, sama seperti ibu mertuanya. Calon istri Om Jun itu juga sangat menyayangi Joana, seperti menyayangi putrinya sendiri.
Meskipun Joana belum bisa bebas keluar, keberadaan Bu Rifah cukup membuat Joana merasa nyaman karena memiliki teman untuk bercerita di kala sang suami, dan adik ipar beraktifitas. Ketika siang hari, unitnya pun semakin ramai dengan kehadiran putra-putri Bu Rifah. Keseruan Dino dan Dini, membuat Joana sejenak melupakan ancaman bagi keluarganya di luar sana.
"Kak Jo besok mau Dini beliin apa?" tanya Dini ketika hendak pulang bersama sang ibu dan abangnya.
"Memangnya, di sekolah kamu ada penjual jajanan apa aja, Din, selain kembang gula kapas, dan cilok?" Joana yang selama dua hari berturut-turut melihat putri Bu Rifah pulang memb
Waktu terus berputar. Hari berganti, minggu pun berlalu. Satu per satu jaringan Gunadi mulai terungkap dan mereka dijebloskan ke dalam penjara.Sementara Pak Gunawan pun mulai terendus. Hanya saja, polisi masih mengumpulkan bukti-bukti lain untuk lebih menguatkan. Pihak kepolisian yang sebenarnya sudah sering mendapatkan laporan tentang pria paruh baya itu, tentu tidak ingin gegabah dalam mengambil tindakan. Sebab, sudah seringkali Pak Gunawan terbebas begitu saja setelah dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.Setelah beberapa hari mengintai kegiatan Pak Gunawan, serta mengikuti beberapa anak buah yang merupakan orang-orang kepercayaan pria tersebut, hari ini pria paruh baya itu ditangkap atas tuduhan korupsi. Pak Gunawan tentu tidak dapat mengelak. Sebab, polisi menunjukkan beberapa bukti kuat yang tidak dapat disanggah lagi."Sial! Apa sekarang si Gusman sudah tidak punya taring lagi? P
Kedatangan mamanya Meta, tentu mengundang tanya bagi Andreas. Suami Joana itu lalu mempersilahkan wanita paruh baya yang terlihat kacau tersebut untuk masuk ke dalam. Bagaimana pun, Tante Sita adalah tamu yang harus dihormati, terlepas bagaimana ulah suaminya terhadap keluarga Andreas.Wanita paruh baya itu masih terisak, ketika Joana datang membawakan minuman. Andreas yang kemudian duduk di samping mamanya Meta, mencoba menenangkan. Namun, Andreas tetap tidak bisa membuat Tante Sita terdiam."Keluarga tante sudah hancur, Nak Andre. Tidak ada satu pun yang tersisa," kata Tante Meta, di sela isak tangisnya.Wanita paruh baya tersebut lalu menceritakan semua, bagaimana kehidupan Meta yang diasingkan di rumah sang nenek nun jauh di sana. Dia juga menceritakan, bagaimana selama ini wanita itu mencoba untuk bersabar atas sikap sang suami yang semena-mena. Andreas dan sang istri hanya bisa diam, mencoba untuk menjadi pen
Empat minggu berlalu begitu cepat. Pasangan Andreas dan Joana, mulai dapat menikmati kembali ketenangan. Orang yang telah menyebabkan kekacauan, serta ketidaknyamanan dalam keluarganya, kini sudah mendapatkan hukuman setimpal.Ya, Pak Gunawan telah dijatuhi hukuman lima belas tahun penjara. Itu artinya, mantan wakil rakyat tersebut harus menghabiskan sisa hidupnya di balik jeruji besi yang dingin, dan lembab. Istri Pak Gunawan pun tak pernah muncul kembali dalam kehidupan Andreas dan kabarnya, wanita paruh baya itu mengasingkan diri, dan pulang ke rumah orang tua nun jauh di sana, menyusul Meta.Kondisi kaki Ricky yang patah pun berangsur pulih. Sepupu Joana itu sudah dapat berjalan tanpa alat bantu, berkat ketelatenan Melanie dalam merawat kekasihnya. Mereka semua benar-benar berbahagia kini karena badai yang sempat memporak-porandakan keluarga, telah berlalu."Bang. Lusa kami berencana pergi piknik. B
Hari yang dinanti pun tiba. Mereka berangkat menuju puncak dengan penuh suka cita. Rombongan tersebut berangkat dengan dua mobil karena keluarga Om Jun pun diajak serta.Iring-iringan dua mobil tersebut terus melaju, menyusuri jalanan beraspal yang sedikit basah. Sebab, dini hari tadi turun hujan dengan cukup lebat. Menyisakan kubangan air di beberapa sisi jalan yang berlobang dan cukup membahayakan bagi pengguna jalan."Jangan ngebut, Rick!" Andreas memperingatkan karena khawatir dengan kondisi jalanan yang terdapat banyak lobang."Iya, Bang.""Masih jauh, kah?" tanya Joana."Lumayan, Kakak Ipar. Satu jam lagi." Kini, Ryan yang membalas, setelah melihat map pada layar ponselnya."Di depan kalau ada pom bensin, berhenti sebentar, ya, Rick. Udah kebelet banget, nih," pinta Joana. Perutnya yang semakin membesar, membuat Joana sering buang air kecil.&nbs
Camping di daerah puncak telah berakhir beberapa hari yang lalu. Menyisakan kenangan manis bagi mereka semua.Terutama pasangan Andreas dan Joana yang bisa melepas kepenatan, setelah didera berbagai masalah sebelumnya. Kini, mereka telah kembali menghadapi rutinitas keseharian dengan pikiran yang lebih tenang, dan hati yang gembira. Tidak ada lagi rasa resah atau was-was, seperti sebelum-sebelumnya. Mereka bebas melakukan apa pun di luar sana, tanpa khawatir dengan adanya ancaman. "Nanti, Jo boleh ke mall 'kan, Bang? Jo pengin lihat-lihat keperluan untuk baby," izin Joana ketika mereka tengah menikmati sarapan. "Jo. Kandungan kamu 'kan, belum ada empat bulan. Kata orang tua, pamali kalau belanja keperluan baby di usia kehamilan yang masih sangat muda," sahut Melanie memperingatkan sang sahabat, seperti yang pernah dia dengar dari para orang tua di keluarganya. "Siapa yang mau belanja, Mel. Aku
Andreas akhirnya menemani sang istri untuk jalan-jalan ke mall seperti yang diinginkan Joana, setelah memberikan tugas pada anak didik, serta meminta bantuan guru lain untuk mengawasi. Sepanjang perjalanan menuju pusat perbelanjaan, Joana terlihat sangat senang, dan antusias sekali. Wanita yang tengah hamil muda tak henti mengungkapkan keinginan untuk melihat barang-barang keperluan si baby."Pasti lucu-lucu, ya, Bang. Jo jadi enggak sabar pengin tahu jenis kelaminnya apa agar bisa memilih warna yang sesuai untuk baby nanti," ungkap Joana yang kemudian mengelus perutnya yang mulai membuncit.Ya. Hingga di usia kehamilan lima belas minggu ini, mereka belum mengetahui jenis kelamin bayi yang ada dalam kandungan Joana. Hasil USG terakhir menunjukkan posisi paha si baby, menutupi miliknya. Mungkin, bayi dalam kandungan Joana ingin memberikan surprise untuk kedua orang taunya."Tapi kamu harus janji, Sayang.
Hari-hari berikutnya, dilalui oleh pasangan Joana dan Andreas dengan penuh kebahagiaan. Mereka berdua dikelilingi oleh orang-orang baik yang sangat perhatian. Hingga Joana tidak merasakan berat menjalani kehamilan meski tanpa sang ibu mertua yang biasanya mencurahi istri Andreas itu dengan kasih sayang.Kini, kehamilan Joana telah genap berusia empat bulan. Dia yang sedari awal memang memutuskan untuk berhenti dahulu dan tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena ingin fokus dengan kehamilannya, memiliki banyak waktu untuk belajar berbagai macam hal yang berkaitan dengan pengasuhan anak. Rupanya, Joana benar-benar ingin merasakan bagaimana menjadi seorang ibu yang seutuhnya di kehamilan pertama ini.Selain belajar dari berbagai sumber, seperti buku-buku parenting, dan dari smart phone, Joana juga mengikuti kelas parenting. Dia belajar dengan antusias dan menangkap semua materi pelajaran dengan sangat baik. T
Joana yang baru saja membuka mata, setelah cukup lama wanita belia itu pingsan, mengedarkan pandangan. Andreas yang sadari tadi setia menemani dengan duduk di kursi, di samping ranjang pasien, buru-buru mendekatkan wajah. Pria berkacamata yang masih mengenakan seragam dinas guru itu, terlihat sangat lega mengetahui sang istri sudah membuka matanya."Sayang, kamu sudah sadar? Syukurlah, Yang. Aku khawatir banget tadi," bisik Andreas yang kemudian menghujani sang istri dengan ciuman di dahi, juga pipi halus istrinya."Bang, Jo di mana?" tanya Joana yang masih kebingungan. Kepalanya masih terasa berdenyut nyeri akibat terantuk meja ketika dia tersandung dan jatuh tadi."Kamu di rumah sakit, Sayang. Om Jun dan Bu Rifah yang membawamu kemari," balas Andreas seraya menggenggam tangan sang istri dengan erat. Pria itu merasa was-was, khawatir jika sang istri bertanya macam-macam.Ya.
Wanita bertubuh kurus yang ada di dalam mobil taksi itu terus mengamati rumah Andreas. Dia nampak menimbang-nimbang. Entah apa yang dipikirkan."Maaf, Bu. Sampai kapan kita akan tetap di sini?" tanya sopir taksi tersebut, mengurai lamunan penumpangnya."Iya, tunggu sebentar, ya, Pak."Setelah berkata demikian pada sopir taksi, wanita tinggi semampai itu segera turun lalu berjalan perlahan memasuki gerbang kediaman Andreas yang memang tidak ditutup karena ada beberapa saudara Joana yang belum datang. Tanpa ragu, dia terus melangkah perlahan lalu menaiki teras rumah yang cukup tinggi dengan sangat hati-hati. Seolah, dia takut jika kaki jenjangnya akan tersandung, dan bisa menyebabkan tubuh ringkih itu terjatuh."Permisi." Terdengar sopan, wanita itu menyapa penghuni rumah.Tak perlu menunggu lama, sosok Andreas segera muncul lalu menghampiri tamunya. Andreas mengerutkan dahi kala m
Andreas kini dapat bernapas dengan lega, setelah sang istri tersadar. Tak henti, pria tampan itu mengecupi wajah istrinya yang sudah berangsur cerah dan tak sepucat tadi. Joana bahkan sudah bisa dipindahkan ke ruang perawatan, setelah dipastikan bahwa kondisinya sudah membaik.Di ruang perawatan pun, Andreas tak mau jauh-jauh dari sang istri tercinta. Dia bahkan tadi hanya menggendong anak-anaknya sebentar karena setelah itu, kedua bayi mungil itu sudah menjadi rebutan. Saat ini, bayi laki-laki berada di pangkuan Mama Anggie, sementara bayi perempuan berada di pangkuan Bibi Liana.Ya, Bibi Liana sebenarnya menginginkan cucu perempuan karena dia hanya memiliki anak laki-laki. Namun sayang, anak yang dilahirkan sang menantu, Melanie, malah laki-laki. Meski begitu, istri Pak Bernardus itu tetap menyayangi sang cucu."Kakak Ipar. Ryan belum kebagian gendong keponakan, nih. Bikin lagi, ya. Satu aja," pinta Ryan yang tiba-tiba
Andreas yang ikut menemani sang istri di dalam ruang persalinan, sebenarnya sangat tegang. Namun, pria itu mencoba untuk menutupi ketegangannya dengan menciumi puncak kepala Joana. Andreas terus memberikan semangat kepada istrinya."Kamu pasti bisa, Yang. Kamu wanita yang hebat. Aku mencintaimu, Yang," bisik Andreas, terus menerus. Memberikan kebahagiaan semangat, sekaligus mengungkapkan perasaannya yang terdalam.Di tengah rasa sakit yang mendera, Joana mencoba untuk tersenyum. Meski wanita cantik itu tak dapat berkata-kata, tetapi melalui tatapan matanya, Joana mengungkapkan rasa syukur karena memiliki suami seperti Andreas. Dia eratkan genggaman tangan, kala kontraksi kembali datang.Ya, Joana memilih proses persalinan normal untuk melahirkan kedua bayinya. Dokter yang menangani Joana jauh-jauh hari pun setuju karena baik kondisi ibu maupun kedua janin, sama-sama sehat. Meski awalnya Andreas menyarankan untuk operasi cesar saja karena pria itu tak sanggup melihat sang istri kesakit
Joana benar-benar ikut pulang dengan kedua orang tua, beserta kakaknya, Sandy. Segala bujuk rayu Andreas, tak dia hiraukan karena wanita hamil itu ingin selalu berdekatan dengan sang mama. Bahkan sepanjang perjalanan menuju bandara, Joana terus bergelayut manja dengan mamanya dan mengabaikan sang suami yang ikut mengantar.Andreas sengaja ikut mengantar ke bandara karena berharap, sang istri akan berubah pikiran. Suami Joana itu masih berharap, sang istri mengurungkan niatnya. Sebab, Andreas tidak dapat membayangkan bagaimana hari-harinya nanti tanpa sang istri."Abang kalau kangen 'kan, bisa nyusul Jo ke sana," jawab Joana dengan santai ketika sang suami masih berusaha membujuknya."Yaelah, Jo. Kamu pikir, Jakarta Bandung. Bisa nyusul sewaktu-waktu." Ricky yang juga ikut mengantar ke bandara, menyahut."Demi cinta, pasti jarak bukan halangan. Benar begitu 'kan, Bang?" Joana m
Semua orang dibuat panik karena Joana yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba ambruk, dan tak sadarkan diri. Andreas langsung membopong tubuh ramping istrinya dan membawanya berlari menuju mobil. Sandi yang baru saja datang, berteriak menyuruh sang adik ipar agar membawa Joana ke mobilnya.Sandi memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sang mama yang duduk di samping kemudi, sampai harus mengingatkan sang putra sulung agar berhati-hati. Sementara di bangku belakang, Andreas yang memangku kepala sang istri, nampak sangat khawatir."Bangun, dong, Sayang. Kamu kenapa, sih?" Andreas menepuk lembut pipi Joana yang matanya terus terpejam.Sementara di belakang mobil Sandy, nampak tiga mobil lain mengiringi. Mobil yang dikendarai papanya Joana, berada tepat di belakang mobil Sandy. Diikuti mobil Ricky dan terakhir mobil Ryan.Tak berapa lama, iring-iringan mobil itu memasuki kawasan rumah sakit. Setelah berh
Belum juga ada tanda-tanda kehamilan meski sudah lebih dari satu bulan Joana dan Andreas pulang dari berbulan madu ke negara matahari terbit kala itu, membuat Joana kembali murung. Wanita cantik itu bahkan tak bersemangat, menyambut wisudanya minggu depan. Joana akhir-akhir ini juga sering mengurung diri di dalam kamar.Tentu saja sikap istrinya tersebut membuat Andreas khawatir. Pria muda itu dibuat bingung sendiri dan tak tahu apa yang harus dilakukan. Padahal, dia sudah seringkali mengatakan pada sang istri bahwa tidak kunjung hamilnya Joana, tak masalah bagi Andreas."Sudah, dong, Yang. Jangan begini terus!" Andreas mencoba membujuk sang istri. "Kita makan malam di luar, yuk. Sekalian nonton film," lanjutnya menawarkan karena ingin membuat mood sang istri kembali membaik.Joana menggeleng. "Jo lagi enggak pengin ke mana-mana, Bang."Andreas menghela napas panjang. "Yang. Jangan terlalu dipikirkan
Joana benar-benar merasa kesepian kini karena sang sahabat sudah memiliki kehidupan baru sekarang. Melanie juga mulai disibukkan dengan mengikuti kursus parenting, di sela-sela dia bekerja, dan rencananya Melanie juga akan mengikuti kelas senam untuk ibu hamil karena kehamilannya sudah mulai membesar. Praktis, Melanie tak lagi memiliki waktu untuk Joana.Hanya Bu Rifah yang masih setia berkunjung, meski Joana tak lagi memperbantukan istri Om Jun itu di unitnya. Joana memberhentikan Bu Rifah sebagai asisten rumah tangga, sejak mengetahui kehamilan ibunya Dino dan Dini. Joana tak ingin sesuatu terjadi pada kandungan istrinya Om Jun, seperti yang terjadi pada Joana kala itu."Kapan, ya, Bu, Jo bisa hamil lagi?"Wajah Joana terlihat murung, padahal di depannya ada Dina, yang biasanya membuat Joana antusias untuk menggoda gadis kecil yang montok itu. Dina sekarang sudah pandai berjalan dan tingkahnya sungguh menggemaska
Joana dan Andreas tak percaya ketika melihat Ryan menggandeng mesra tangan Dini, menghampiri mereka. Begitu pula dengan Ricky yang sedang menanti sang istri, yang tengah dirias oleh MUA. Mereka semua sampai melongo, menatap ke arah Ryan yang tersenyum lebar, sementara Dini tersipu malu."Bang, Kakak Ipar. Ini kekasihku, calon istriku. Ryan akan menikahinya, begitu dia lulus nanti," kata Ryan, sambil menggenggam erat tangan kekasih belianya. Ryan dapat merasakan tangan Dini yang gemetaran, juga berkeringat."Santai aja, Dek. Mereka pasti setuju, kok. Percayalah pada Abang," bisik Ryan, meyakinkan dan Dini mengangguk.Sebenarnya, Dini tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Dia tahu betul, seperti apa Joana, juga Andreas. Mereka tidak akan mempermasalahkan status sosial seseorang yang dekat dengan salah satu anggota keluarganya. Terbukti, Joana sendiri menikah dengan Andreas. Hari ini, Ricky juga menikahi Melanie y
Ricky dan Melanie memberanikan diri untuk berterus terang kepada orang tua mereka berdua. Tentu saja para orang tua itu murka, meski mereka juga sudah mengetahui sejauh apa hubungan anak-anaknya itu. Pihak orang tua pun akhirnya menyetujui pernikahan Ricky dan Melanie dan mereka juga mempersiapkannya dengan sangat cepat karena tak ingin orang-orang di luar sana tahu kecelakaan yang telah terjadi.Semua orang dibuat sibuk, termasuk Joana, dan Andreas. Joana sempat terkejut mendengar kabar kehamilan sang sahabat. Dia menjadi sedih karena justru Melanie yang notabene belum menginginkan hadirnya anak, justru diberikan amanah untuk mengandung benih Ricky. Sementara dirinya yang sudah sangat siap dan menginginkan agar bisa segera hamil, malah tak kunjung diberikan kepercayaan pasca keguguran tiga tahun silam.Joana pun membantu persiapan pernikahan sang sepupu dan sahabatnya itu dengan raut wajah yang dipenuhi mendung kelabu. Dia terus