Share

77. Kebohongan Summer

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-10-09 08:00:43
Sky terbelalak saat mendapati pintu kamar tamu yang terbuka. Apalagi, begitu ia memeriksa, tidak ada siapa-siapa di dalam.

"Di mana Summer? Kenapa dia tidak ada di sini?" gumamnya heran.

"Ponselku juga tidak ada di sini," timpal Louis sembari meletakkan buku-buku yang Summer pinjam, kembali ke atas meja. "Apakah dia terbangun karena teleponku berbunyi? Petugas keamanan pasti berusaha menghubungiku untuk memberitahukan tentang kedatangan Grace tadi."

Alis Sky berkerut. "Kalau Summer terbangun karena suara ponselmu, itu berarti dia keluar untuk mencarimu."

Sedetik kemudian, Sky terkesiap. Sebelah tangannya terangkat menutupi mulut. "Mungkinkah ... tadi dia pergi ke lantai atas untuk mengembalikan ponselmu? Apakah dia mendengar omongan Grace? Dia melihat pertengkaran kita?"

Membayangkan kemungkinan tersebut, wajah Louis ikut tegang. Ia tidak berani menerka seberapa banyak yang telah Summer dengar. Ia belum siap kalau Summer tahu yang sebenarnya. Momennya belum tepat.

"Kura
Pixie

Hai, hai! Terima kasih masih di sini. Ceritanya bakal makin seru. Ikutin terus yaa!

| 6
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Monika Anastasia Khim
Semakin fanaass
goodnovel comment avatar
Cory Cornelia
aq pikir Sumer memasang rekaman suara di hp Louis agar jd bukti pembicaraan Grace n dia saat negosiasi.. aaah ternyata Summer menyerah ...
goodnovel comment avatar
Dewi Novita
Summerrrt jangan menyerah donggg... fighting fighting .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   78. Video Skandal yang Tersebar

    Dalam video itu, Louis sedang dipapah menuju ke sebuah kamar hotel oleh seorang perempuan berambut merah. Tak lama setelah mereka melewati pintu, Sky menyusul masuk. Wajahnya tampak jelas karena si editor video sengaja memperbesar layar saat ia menghadap kamera. Kemudian, tayangan video berpindah ke dalam kamar. Louis sedang berbaring di atas ranjang. Tubuhnya bergerak-gerak tak nyaman. Tangannya terus menarik kerah baju seolah berusaha melonggarkannya. Jarinya sesekali mencoba untuk mencopoti kancing di situ, tetapi gagal. Di dekat pintu, Sky tampak sedang mengobrol dengan si Rambut Merah. Wajahnya kini tidak terlihat karena posisinya berdiri membelakangi kamera. Namun, saat ia menyerahkan beberapa lembar uang, momen itu terekam jelas. Louis mengernyitkan dahi menyaksikannya. "Kenapa Sky memberi gadis itu uang?" gumamnya heran. Sedetik kemudian, ia berdecak kesal. "Itu bisa menimbulkan kesalahpahaman yang fatal." Setelah menghitung uang tersebut dan mengangguk, si Rambut Mer

    Last Updated : 2024-10-09
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   79. Berpacu dengan Waktu

    Setelah beberapa jam duduk di depan komputer, Louis akhirnya bisa meregangkan otot-otot. Ia memutar kepala, merentangkan tangan selebar-lebarnya, serta menggerak-gerakkan pinggangnya. Ia tampak lesu dan lelah. Namun, ketika pandangannya kembali ke monitor, semangatnya bangkit. Senyum miring terukir di wajahnya. "Mari kita periksa sekali lagi apakah video itu masih ada," gumamnya sembari meraih ponsel. Mendapati video skandalnya di urutan trending pertama, ia mendengus kecil. "Ternyata dia tidak mengindahkan peringatanku. Baiklah, kalau begitu," Louis meletakkan telunjuknya di atas tombol enter pada keyboard komputer, "selamat menyesali keputusan bodohmu." Begitu ia menjatuhkan telunjuk, monitor besar di hadapannya itu langsung menunjukkan angka persen. Dimulai dari nol lalu perlahan meningkat. Saat indikator tersebut mencapai 100%, layar ponselnya berubah biru. Tidak ada satu pun video yang terlihat di sana. Melihat itu, Louis mendesah lega. "Misi pertama sudah terlak

    Last Updated : 2024-10-10
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   80. Terlalu Jauh

    "Louis, apa yang kau lakukan di sini?" bisik Sky sambil melirik jam. "Kau tidak tidur? Kenapa kau berpakaian seperti ini? Kau mau ke mana?" "Aku membangunkanmu?" Louis malah mengalihkan pembicaraan. Ia elus pipi Sky dengan ibu jari, tatapannya mendadak penuh kasih. "Ya. Kau tiba-tiba mencium keningku. Padahal, kau sudah berjanji untuk tidak menyentuhku selama kau masih kekasih Grace." Wajah Louis berubah kecut. "Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu. Aku juga tidak bermaksud ingkar janji. Aku hanya mau pamit." "Kau mau ke mana?" Sky mengulang pertanyaannya dengan penekanan lebih. "Ada yang harus kuurus di M City." Sky terbelalak. "M City? Apakah ... itu ada hubungannya dengan skandal kita?" Louis mengangguk. "Kau tidak perlu khawatir. Aku akan meluruskan semua kesalahpahaman. Masalah ini akan segera berakhir, dan namamu akan kembali bersih." "Bagaimana caranya? Apa yang kau rencanakan?" Louis berdesus. Ibu jarinya berpindah ke bibir Sky. Ia terlihat seperti

    Last Updated : 2024-10-10
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   81. Pesona Louis

    Melihat seorang pria berkacamata hitam memasuki lobi diiringi oleh empat orang pengawal, para resepsionis sontak terkesima. Meskipun pria itu berjalan sambil tertunduk, auranya tetap memukau. Kharismanya terpancar begitu kuat sehingga tak seorang pun rela berkedip demi melihatnya. "Selamat datang di hotel kami, Tuan," sambut seorang resepsionis wanita dengan nada ceria saat tamu istimewa itu berhenti di hadapannya. Ia kini kesulitan bernapas. Paru-parunya terlalu penuh oleh kekaguman. Namun, begitu sang pria menegakkan kepala dan melepas kacamata, wanita di balik meja itu terkesiap. Napasnya benar-benar terhenti sekarang. "T-tuan Harper?" Louis menyunggingkan senyum kecil. "Selamat siang, Nona. Apakah Kendrick sedang berada di sini?" Wanita muda itu memaksa paru-parunya untuk kembali bekerja. Setelah ia berhasil mengendalikan keterkejutannya, ia menggeleng lambat. Suaranya seperti tersangkut di kerongkongan. "Tidak?" Louis membantunya menjawab. "Y-ya, Tuan. Tuan Muda

    Last Updated : 2024-10-11
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   82. Melanggar Aturan

    Louis tersenyum puas. "Sempurna. Cepat ambil salinannya," ia menepuk pundak si pengawal. "T-tunggu dulu!" Sang manajer kembali tergagap. "Kalian tidak bisa seenaknya mengambil rekaman CCTV hotel ini. Itu melanggar aturan!" Wajah Louis sontak meredup. Sorot matanya meruncing. "Kau berubah pikiran? Kau tidak jadi berpihak padaku?" "B-bukan begitu. Hanya saja, ini tidak sesuai kesepakatan. Anda bilang ingin mencari rekaman lima tahun lalu, tapi yang Anda lakukan ini melanggar privasi. Tuan Muda Kendrick—" "Harus menebus kesalahannya," sela Louis dengan suara lantang. Sang manajer terpaksa menelan lagi sisa kata-katanya. "Maaf, Tuan," ia tertunduk sembari meringis. Tangannya yang gemetar terasa dingin. Melihat tingkah pengecut itu, Louis mendengus. "Kau pernah dengar istilah gigi untuk gigi, mata untuk mata? Kendrick sudah menjebakku dalam skandal besar. Sekarang giliran dia yang merasakannya. Skandal untuk skandal!" Sang manajer tidak berani lagi berkata-kata. Para pen

    Last Updated : 2024-10-11
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   83. Rekaman Kebenaran

    Mendengar tawa Kendrick yang menjijikkan, Louis seketika lupa dengan misinya. Ia mencengkeram kerah baju laki-laki itu, mengentaknya dengan mata terpelotot. "Tutup mulutmu! Jangan bicara sembarangan. Sekali lagi kau mengatakan hal kotor tentang Sky, aku tidak akan segan-segan menghancurkanmu!" Bukannya ciut, tawa Kendrick malah semakin bergema. "Aku tidak bicara sembarangan, Louis. Memang itulah kenyataannya. Di balik jumpsuit konyolnya itu, ternyata tersimpan harta karun yang indah." "Hentikan!" Louis menyentaknya lebih keras. Namun, Kendrick malah semakin bersemangat untuk memancing amarahnya. "Apalagi, buah dadanya itu. Kau beruntung sekali bisa meremasnya. Setiap kali aku bersenang-senang sendiri, aku selalu membayangkan bagaimana aku bisa menggigitnya. Rintihannya pasti sangat menggoda!" Tiba-tiba, Louis melayangkan pukulan. Kendrick seketika terhuyung-huyung dan menabrak meja. "Sudah kubilang! Tutup mulutmu!" Ia melempar Kendrik ke lantai, menekan dadanya dengan

    Last Updated : 2024-10-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   84. Sky versus si Wanita Bayaran

    Begitu Louis menjatuhkan telunjuk, video langsung terputar. Itu adalah rekaman yang diambil di koridor menuju kamar hotel. Dirinya tampak berjalan sempoyongan di situ. Beberapa kali ia berusaha mendorong orang yang memapahnya, tetapi wanita berambut merah itu bersikeras untuk tetap memeluknya. "Ini sungguh memalukan," gerutunya di depan laptop. Ia heran mengapa dirinya terlihat begitu tak berdaya. Tak tahan melihat kondisinya yang menyedihkan, Louis mempercepat rekaman. Ia berhenti saat mendapati Sky mengendap-endap di belakang mereka. Dalam sekejap, seluruh sarafnya menegang. Paru-parunya mendadak penuh dengan kegugupan. Apalagi, sesaat setelah si Rambut Merah membawanya masuk, Sky dengan sigap menahan pintu agar tidak menutup. "Dia lincah sekali," Louis masih sempat-sempatnya takjub. Tidak ada yang bisa dilihatnya lagi dari sudut itu, Louis beralih ke video lain. Itu diambil oleh kamera di dalam kamar hotel yang menyoroti ke arah kasur. Tak ingin kehilangan inform

    Last Updated : 2024-10-12
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   85. Malam Panas (+18)

    Lima tahun yang lalu .... Selesai melucuti kancing baju Louis, Sky memaksanya untuk bangkit duduk. Ia bantu pria itu membebaskan diri dari kemeja sutranya. Setelah itu, ia mulai melucuti celana Louis sambil melirik ke arah lain. "Aku datang ke sini untuk memberimu kejutan, Louis. Tapi kalau begini, justru kaulah yang memberiku kejutan," gumamnya, seperti mengomel. Beberapa detik kemudian, hanya tersisa celana dalam di tubuh Louis. Sky tidak berani melihat ke bawah lagi. Sambil menoleh ke arah lain, ia menaruh lengan Louis di pundaknya. "Ayo, Louis. Aku akan membantumu ke kamar mandi," desahnya sambil mengambil posisi kuda-kuda. Namun ternyata, tubuh Louis terlalu berat baginya. Pria itu tetap duduk di tepi kasur, sama sekali tidak terangkat. "Louis? Ayolah! Bekerjasamalah denganku. Kerahkan tenagamu! Sedikit saja, itu sudah sangat membantu." Sky mencoba cara lain. Ia berdiri di depan Louis, melingkarkan lengan pria

    Last Updated : 2024-10-13

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River. Kurasa

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   219. Menangkap Draco

    Begitu Pablo pergi, Sky dan Louis keluar menghampiri pelayan tadi. "Kami sudah siap," seru Sky, ceria. Sang pelayan menyambut mereka dengan tawa. "Kalian memang sangat unik. Baru kali ini ada pasangan bulan madu yang ingin belajar menjadi pelayan." "Kami ingin mencoba pengalaman baru. Setelah ini, kami berencana untuk pergi ke ruang kemudi. Kapan lagi kami bisa belajar menjadi nahkoda di perairan Antartika. Benar begitu, Louis?" "Ya, benar. Sebelum lanjut ke situ, ayo kita selesaikan misi ini," Louis memakaikan masker di wajah Sky. "Kami tidak ingin membuat kehebohan di sini. Orang-orang bisa histeris kalau tahu kami yang mengantarkan makanan mereka," terangnya seraya mengernyit. Sang pelayan mengangguk. "Ya, saya paham. Memang lebih baik begitu. Nanti, tolong ikuti arahan saya." "Siap, Tuan!" Sky menegakkan badan dan mengentak lantai dengan sepatu. Melihat semangat sang istri, Louis tersenyum geli. Didampingi oleh pelayan baik hati itu, mereka mulai menjalankan misi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   218. Strategi Louis

    Sky pun menyimak apa yang dikerjakan oleh Louis. Ternyata, Louis memeriksa data individu yang pernah berinteraksi dengan akun Angelica dan Kendrick. Setelah menemukan beberapa nama, ia mencocokkannya dengan data penumpang kapal. Begitu hasilnya keluar, mereka terkesiap. "Bukankah dia petugas keamanan itu?" desah Sky, penuh keterkejutan. Louis mendengus tak senang. "Sekarang semuanya jelas. Kenapa mereka bisa membawaku ke kamar Angelica dengan cepat, kenapa mereka sempat membela Angelica, dan kenapa Draco menghilang tanpa jejak. Semua itu karena laki-laki bernama Pablo ini." "Apa yang harus kita lakukan sekarang, Louis?" tanya Sky dengan nada serius. "Ayo kita modifikasi perangkap yang sudah kita rancang." Sky dan Louis berdiskusi selama beberapa saat. Begitu strategi mereka matang, Sky kembali keluar kamar. Ia pergi ke ruang security. Sesuai dugaan, tangan kanan Kendrick berada di sana. "Apakah sudah ada perkembangan tentang Draco?" tanya Sky dengan wajah resah. Pablo meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status