***
Barra mengakhiri malam romantis mereka dengan membatalkan reservasi dan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan mereka diam dengan isi kepala masing-masing. Tidak ada pembelaan diri dari Celine. Tidak ada sikap menyudutkan dari Barra.
Saat mereka sampai rumah pun, Barra tetap membukakan pintu untuk Celine. Menggandeng tangan istrinya dan menyusuri lorong kamar mereka. Hanya satu kalimat yang diucapkan Barra, “Jangan pergi, Celine. Stay. Hidupku kini sudah terlalu riuh. Satu orang pergi tidak membuatnya lantas lengang. Tinggal lebih lama untuk Lola, meski bukan untukku.”
“Maafkan aku, Barra.”
“Kata-kata permintaan maaf tidak berarti buat aku, Sayang. Hatiku terlanjur remuk. Andai menerima maaf bisa menyatukannya kembali den
*** Barra menutup kegusaran terhadap kehadiran Zoraya Kusuma dengan membetulkan posisi duduknya. Pantas saja, Zo dikenal sebagai pebisnis yang cukup disegani. Keberadaannya saja sudah membuat perhatian. Perempuan itu cukup mengangkat telunjuk dan forum terkesima dengan kehadirannya. Ini kali kedua Barra bertatapan langsung dengan Zoraya dalam satu ruangan. Mereka memang pernah berpapasan namun tidak pernah mengobrol atau bahkan bertegur sapa. Bayangan Barra tentang sosok Zoraya sama persis saat ia terkapar di ranjang rumah sakit. Dalam kondisi koma, Barra membayangkan Celine yang dicekik mati-matian oleh Zoraya. Hingga beberapa hari setelah sadar, Barra sempat memeriksa belakang leher Zoraya karena cemas apa mimpinya betul kejadian atau sebatas imajinasi alam bawah sadar saja?
***“Sayang.” Barra hampir tidak tidur semalaman. Setelah peperangannya bersama Celine dimenangkan olehnya telak. Ia ingin menikmati hadiahnya selama mungkin.“Hmm.”“I love you, Celine.”“Hmm.”***Celine dapat merasakan jagoan Barra tepat di inti kewanitaannya. Subuh sudah terlewati tapi suaminya masih semangat untuk memadu kasih.“Staycation, ya?” Barra menawarkan ide.“Jangan, dirumah saja sampai kasus yang menimpamu selesai
***Terlalu rindu. Barra mengemudikan mobilnya menuju wilayah pinggir kota tempat klub janapada berada. Menunggu jam makan siang terlalu lama untuk melepas kangen pada Celine.Barra sudah duduk manis di restoran klub dan memesan breakfast pax seraya menunggu Celine turun dari kamarnya. Beberapa pasang mata perempuan memberinya pandangan menggoda. Barra hafal undangan-undangan mereka karena dia dulu adalah salah satu pemain dalam hubungan tanpa status hanya untuk senang-senang semata. Namun kini ia adalah milik Celine Artha semata. Tidak ada perempuan lain yang akan menggoyahkan imannya.Seraya menikmati kopi hitam dan club sandwich Barra memperh
***Celine sudah tinggal seminggu menetap di rumah singgah Hope Foundation. Barra belum membalas semua panggilan telepon dan pesannya. Jika rindu Lola, Celine biasanya memarkir mobil di sekitar sekolah putrinya dan menunggu sampai asisten Barra sendiri yang menjemput. Suaminya belum pernah kelihatan menjemput Lola.Meski demikian, Celine berpikir positif bahwa Barra memang sedang sibuk menyiapkan sidang pertamanya. Ia juga sempat beberapa kali menghubungi Ella, sahabatnya. Nomor Celine mungkin saja sudah di-block karena setiap pesan yang dikirim hanya bertanda centang satu.Tidak banyak yang bisa dilakukan Celine di Hope Foundation. Pun saat Rona, perempuan berusia pertengahan lima puluh yang menjadi penguru
***Celine bangun keesokan paginya dengan perasaan tidak karuan. Saat ia menuruni tangga untuk menghindari Eldar. Rona memberitahunya bahwa Barra sedang mencarinya di bawah. Berita itu membuatnya kesenangan setengah mati. Mengetahui bahwa suaminya datang hendak bertemu dengannya.Perasaannya mencelos saat tidak menemukan sosok Barra di lobby atau pintu masuk. Celine berlari ke parkiran dan mendapatkan mobil Barra yang pergi meninggalkan parkiran yayasan. Ia berusaha mengejar dan meneriakkan nama suaminya.Nihil. Mobil Barra tetap melaju memberi lubang pada hatinya.Rona lalu menghampirinya. Celine lalu bertanya apa yang disampaikan Rona saat Barra mencarinya, “Ap
***Barra mendengar teriakan suara perempuan dari balik balkon yang dilaluinya. Awalnya ia hanya mencari angin segar. Merasa panas sendiri karena tindakannya pada Celine di kamar mandi saat istrinya menantang Barra.“To-tolong! Lepas! Lepaskan aku, Eldar!”Barra dengan segera mengenal suara itu. Suara istrinya. Ia mencari-cari sisi balkon mana suara itu berasal. Ternyata balkon yang berada di sudut lantai gedung. Barra memicingkan mata karena sudut balkon tersebut kebetulan tidak dilengkapi lampu sudut seperti balkon-balkon di pinggirnya.Langkahnya melesat sekuat tenaga. Eldar bisa saja melakukan tindakan nekat lain terhadap Celine. Begitu sampai pada balkon yang dimaksud, Barra menarik ujung jas Eldar dan melempar pria itu ke sisi dinding l
***Ini adalah momen pertama kali bagi Celine menyatakan cinta pada suaminya. Bukan mau mengorek luka atau memperkeruh suasana. Tapi, ia masih penasaran mengapa Barra tidak bertanya lebih lanjut mengenai hubungannya dengan Eldar? Apa yang mereka lakukan di balkon? Mengapa Eldar menyerangnya?“Sayang.”“Uhm.”“Kau tidak ingin tahu kejadian sebenarnya di bar saat aku terlihat bermesraan dengan Eldar dalam sebuah foto?”Barra menggeleng.“Kau tidak ingin mengetahui apa yang Eldar lakukan di yayasan Hop
***“Sayang, apa yang disampaikan Ella semua ada benarnya. Aku tidak mau identitas Lola dikonsumsi publik hanya karena kasus yang menimpaku,” Barra membuka kancing kemeja dan masuk kamar mandi.Keduanya sudah pulang dari kantor Ella. Kuasa hukum Barra tersebut bukannya menolak ide untuk memasukkan dirinya ke daftar saksi yang dapat meringankan Barra bawah suaminya memang tidak bersalah terhadap tuduhan pengadilan.“Aku juga sepakat soal itu. Apa kita tidak bisa menyimpan informasi tentang Lola?”“Ella kan sudah menjelaskan mekanisme pertanyaan untuk para saksi. Bukan hanya dia sebagai pengacara pembela yang akan bertanya padamu di ruang sidang. Ada jaksa penuntut umum yang pasti memilik