***
Celine turun dari mobil dan bergegas memasuki gedung kantor majalah tempatnya bernaung dulu. Sekali lagi, ia berbohong pada Barra. Meski porsinya kali ini cuma setengah. Celine memang ada urusan dengan mantan atasannya.
Setelah peristiwa penusukan yang dialami Barra. Suaminya sekarat, mengalami koma selama sepuluh hari, surat kepolisian yang menyatakan status Barra naik tingkat dari saksi menjadi tersangka. Celine tidak bisa tinggal diam. Rencananya sudah merembet kemana-mana. Ia tahu siapa dalang dibalik ini semua. Termasuk dengan perekrutannya selama ini di majalah TASTED sebagai managing editor.
Zoraya Kusuma. Dengan polosnya, Celine tidak pernah memeriksa posisi Zo, mantan adik iparnya di perusaha
***Barra tidak perlu bertanya macam-macam untuk mengetahui apa yang dihadapi Celine. Semalam istrinya kusut setelah bertemu dengan Hugo, ayahnya. Bukan salah Celine jika kini ia berada di tengah. Suaminya akan disidang oleh ayah sendiri. Meski demikian, Barra yakin Hugo akan bersikap adil dalam memutuskan perkara.Ella sudah mengajukan praperadilan untuk kasusnya. Meski Zane sudah menyerahkan surat kepolisian yang menyatakan bahwa dirinya naik tingkat menjadi tersangka. Namun, Ella melihat ada beberapa hal yang bisa diajukannya dalam kejadian penetapan Barra sebagai tersangka dalam kasus yang disangkakan oleh pengadilan.Kemarin ia dan Ella banyak berdiskusi terkait kasus yang ditanyakan Zane pada Barra.“Aku bertanya padamu sebagai kuasa hukum yang mewakil
***Celine pulang kerumah hampir tengah malam lagi. Suaminya menunggu di ruang tengah. Lola tentu saja sudah tidur. Semua panggilan telepon dan pesan dari Barra tidak digubrisnya.Celine marah.Marah dengan keputusan bodohnya di masa lalu. Marah pada sahabat kecilnya yang selalu memasang topeng. Marah pada Ella yang menyimpan rahasia terhadapnya tapi terbuka pada Barra. Marah pada Barra karena lebih memilih ke kantor Ella bukan langsung pulang ke rumah. Marah pada keadaan. Satu hal yang pasti, Celine marah pada dirinya sendiri.“Celine, aku mau bicara.” Barra mendekati Celine yang sedang melepas high heels dan membiarkannya tergeletak begitu saja di t
***Barra mengakhiri malam romantis mereka dengan membatalkan reservasi dan pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan mereka diam dengan isi kepala masing-masing. Tidak ada pembelaan diri dari Celine. Tidak ada sikap menyudutkan dari Barra.Saat mereka sampai rumah pun, Barra tetap membukakan pintu untuk Celine. Menggandeng tangan istrinya dan menyusuri lorong kamar mereka. Hanya satu kalimat yang diucapkan Barra, “Jangan pergi, Celine. Stay. Hidupku kini sudah terlalu riuh. Satu orang pergi tidak membuatnya lantas lengang. Tinggal lebih lama untuk Lola, meski bukan untukku.”“Maafkan aku, Barra.”“Kata-kata permintaan maaf tidak berarti buat aku, Sayang. Hatiku terlanjur remuk. Andai menerima maaf bisa menyatukannya kembali den
*** Barra menutup kegusaran terhadap kehadiran Zoraya Kusuma dengan membetulkan posisi duduknya. Pantas saja, Zo dikenal sebagai pebisnis yang cukup disegani. Keberadaannya saja sudah membuat perhatian. Perempuan itu cukup mengangkat telunjuk dan forum terkesima dengan kehadirannya. Ini kali kedua Barra bertatapan langsung dengan Zoraya dalam satu ruangan. Mereka memang pernah berpapasan namun tidak pernah mengobrol atau bahkan bertegur sapa. Bayangan Barra tentang sosok Zoraya sama persis saat ia terkapar di ranjang rumah sakit. Dalam kondisi koma, Barra membayangkan Celine yang dicekik mati-matian oleh Zoraya. Hingga beberapa hari setelah sadar, Barra sempat memeriksa belakang leher Zoraya karena cemas apa mimpinya betul kejadian atau sebatas imajinasi alam bawah sadar saja?
***“Sayang.” Barra hampir tidak tidur semalaman. Setelah peperangannya bersama Celine dimenangkan olehnya telak. Ia ingin menikmati hadiahnya selama mungkin.“Hmm.”“I love you, Celine.”“Hmm.”***Celine dapat merasakan jagoan Barra tepat di inti kewanitaannya. Subuh sudah terlewati tapi suaminya masih semangat untuk memadu kasih.“Staycation, ya?” Barra menawarkan ide.“Jangan, dirumah saja sampai kasus yang menimpamu selesai
***Terlalu rindu. Barra mengemudikan mobilnya menuju wilayah pinggir kota tempat klub janapada berada. Menunggu jam makan siang terlalu lama untuk melepas kangen pada Celine.Barra sudah duduk manis di restoran klub dan memesan breakfast pax seraya menunggu Celine turun dari kamarnya. Beberapa pasang mata perempuan memberinya pandangan menggoda. Barra hafal undangan-undangan mereka karena dia dulu adalah salah satu pemain dalam hubungan tanpa status hanya untuk senang-senang semata. Namun kini ia adalah milik Celine Artha semata. Tidak ada perempuan lain yang akan menggoyahkan imannya.Seraya menikmati kopi hitam dan club sandwich Barra memperh
***Celine sudah tinggal seminggu menetap di rumah singgah Hope Foundation. Barra belum membalas semua panggilan telepon dan pesannya. Jika rindu Lola, Celine biasanya memarkir mobil di sekitar sekolah putrinya dan menunggu sampai asisten Barra sendiri yang menjemput. Suaminya belum pernah kelihatan menjemput Lola.Meski demikian, Celine berpikir positif bahwa Barra memang sedang sibuk menyiapkan sidang pertamanya. Ia juga sempat beberapa kali menghubungi Ella, sahabatnya. Nomor Celine mungkin saja sudah di-block karena setiap pesan yang dikirim hanya bertanda centang satu.Tidak banyak yang bisa dilakukan Celine di Hope Foundation. Pun saat Rona, perempuan berusia pertengahan lima puluh yang menjadi penguru
***Celine bangun keesokan paginya dengan perasaan tidak karuan. Saat ia menuruni tangga untuk menghindari Eldar. Rona memberitahunya bahwa Barra sedang mencarinya di bawah. Berita itu membuatnya kesenangan setengah mati. Mengetahui bahwa suaminya datang hendak bertemu dengannya.Perasaannya mencelos saat tidak menemukan sosok Barra di lobby atau pintu masuk. Celine berlari ke parkiran dan mendapatkan mobil Barra yang pergi meninggalkan parkiran yayasan. Ia berusaha mengejar dan meneriakkan nama suaminya.Nihil. Mobil Barra tetap melaju memberi lubang pada hatinya.Rona lalu menghampirinya. Celine lalu bertanya apa yang disampaikan Rona saat Barra mencarinya, “Ap