Share

Part 62

last update Last Updated: 2022-05-05 23:50:57

Pagi hari setelah rapi berpakaian, Dev meminta ke Mbok Darmi agar membuatkan kopi yang agak kental. Karena tadi malam ia hanya bisa tidur sebentar saja.

Kamalia menemani sarapan tanpa banyak bicara. Ia sudah menduga kalau suaminya lagi ada permasalahan yang dipikirkan. Jadi lebih baik diam.

Selesai sarapan Dev segera bersiap agar tidak kesiangan sampai di kota. Tas ransel berisi sepasang baju ganti, charger, dan perlengkapan mandi telah disiapkan Kamalia dan siap dibawa.

"Mas, janji akan pulang nanti," ucapnya kepada Kamalia saat mereka melangkah keluar.

"Iya."

Dev mengecup kening istrinya sambil bilang I love you. Kamalia menjawab dengan senyuman. Situasi mendadak kaku. Namun Kamalia tetap berpikir positif.

Kamalia baru masuk rumah setelah mobil Dev tidak tampak lagi dari pandangan.

🌷🌷🌷

Mobil melaju cepat di jalan utama yang sepi. Sinar mentari pagi sesekali menyorot menyilaukan mata. Dev mengambil kacamata hitam di atas dashboard dan memakainya.

Sebenarnya ia merasa bersalah kare
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nisra Icha
kecewa banget sama Dev.. ......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 63 Rahasia

    Cukup lama mereka ngobrol berempat di ruang perawatan Imel. Mengenang kejayaan saat kuliah dulu. Pak Hamdad dan Bu Tantri sengaja meninggalkan mereka, agar bisa berbincang dengan santai dan bebas.Kebetulan Yaksa juga menyusul setelah di telepon oleh Dev. Selang beberapa menit datang Era dan Cita sambil membawa makanan. Ruangan itu seperti menjadi tempat reuni. Imel yang seharusnya butuh suasana tenang, tapi tidak merasa terganggu dengan suara berisik canda tawa mereka. Justru seolah menjadi obat buatnya."Mel, masih nyimpen foto waktu kita mendaki gunung kala itu, enggak? Saat hari sumpah pemuda kalau enggak salah," tanya Era.Imel mengangguk."Kapan-kapan aku mau lihat, Mel. Punyaku hangus ke-delete.""Ada di rumah. Kapan-kapan mainlah, ajak anakmu," jawab Imel dengan suara pelan.Era mengangguk.Mereka membahas satu per satu dosen killer sampai dosen yang paling sering absen mengajar. Mengingat teman-teman yang sebagian hilang kontak karena tempat tinggalnya ada di luar kota, bahk

    Last Updated : 2022-05-06
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 64

    Dev sendiri merasa diuji. Dirinya yang benci pengkhianatan harus dihadapkan pada situasi dimana ia tidak bisa berterus terang kepada istrinya karena untuk menjaga perasaan Kamalia yang hamil tua.Dirinya bukan sedang curang dibelakang Kamalia. Ia menjenguk pun hanya sebagai teman. Namun dirinya terjebak karena kesulitan bercerita.Selesai makan Dev membantu Kamalia membereskan meja makan. Itu memang kebiasaan Kamalia, kalau habis makan dibereskan sendiri tidak semua dipasrahkan pada Sumi atau Mbok Darmi.Keduanya lantas duduk di sofa depan TV."Apa ada masalah di kerjaan sana?" tanya Kamalia masih penasaran."Tidak ada. Semua baik-baik saja. Bahkan beberapa penyewa sudah mulai menempati gedung.""O, syukurlah!"Dev merangkul pundak istrinya dan menarik kepala Kamalia agar bersandar di bahunya.🌷🌷🌷Pagi itu Pak Karyo membantu Dev menurunkan pot bunga dari atas mobil. Dan meletakkan di dekat pintu pagar. Sebelah bunga bugenvil warna jingga."Mahal enggak harga bunganya, Mas?" tanya K

    Last Updated : 2022-05-06
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 65 Welcome, Gaffi

    Ketukan di pintu mengentikan aktivitas mereka. Dev terlihat sangat kesal. Dia bergeming."Tuan." Suara Sumi dengan nada panik memanggil."Ya, sebentar.""Mungkin itu penting, Mas. Coba dilihat dulu, tidak biasanya Sumi seperti itu."Dev berhenti. Ia menyambar kaos dan celana pendeknya di kepala ranjang, sementara Kamalia menarik selimut untuk menutupi tubuh."Ada apa?" tanya Dev setelah membuka pintu."M-maaf, Mbak Mita demam tinggi sampai menggigil, Tuan. Mbok Darmi yang menyuruh saya memanggil, Tuan."Dev segera keluar dan setengah berlari menuruni tangga. Sumi mengikuti di belakang dengan cemas.Sejak keadaannya membaik, Dev hanya mempekerjakan satu suster saja untuk merawat kakaknya. Itu pun saran dokter yang selalu datang untuk check up sang kakak.Jadi hanya siang saja ada Suster Erna, kalau malam ada Mbok Darmi dan Pak Karyo yang menjaga. Satpam yang sering jaga di paviliun pun sudah resign karena pindah tempat tinggal mengikuti istrinya."Berapa panas tubuhnya, Mbok," tanya De

    Last Updated : 2022-05-07
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 66

    Setelah Mbak Mita pulang dari rumah sakit. Dev mengajak mereka melakukan pemotretan keluarga disuatu pagi. Bu Rahma sangat antusias, mumpung beliau juga masih ada sisa cuti."Mau manggil fotografer enggak, Dev?""Tidak perlu, Ma. Biar Tony aja yang ngambil gambar. Atau suster Erna. Kemarin hasilnya bagus juga. Nanti saja kalau anakku dah lahir, kita foto keluarga ke studio."Bu Rahma mengiyakan. Sepagi itu mereka telah siap berpakaian rapi. Kamalia menenteng stiletto hitamnya. "Lia, kenapa bawa sepatu seperti itu?" tergur Dev di teras."Bukan untuk dipakai jalan, Mas. Cuman buat foto aja. Biar enggak kelihatan pendek banget. Lihat foto-foto kita yang kemarin itu. Aku jadi kayak gajah mini."Ben menahan senyumnya. "Nanti suruh Mbok Darmi masakin rebung tiap hari, Lia. Biar bisa tambah tinggi."Dev tertawa."Sudah, jangan meledek orang pendek. Mereka ini awet muda tahu. Coba lihat Mama, awet muda, 'kan?" Bela Bu Rahma."Yaelah, iya-iya, Mamaku yang cantik," jawab Ben sambil bangkit da

    Last Updated : 2022-05-07
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 67 Setelah Kelahiran Gaffi

    Gaffi Qohar Narendra, nama yang telah disiapkan Dev dan Kamalia. Yang berarti pria perkasa berhati lembut."Coba dikasih ASI dulu aja, semoga ASI-nya sudah keluar, kasihan nangis terus, Mbak," kata Ibu petani."Iya, coba dekatkan padaku, Sum," kata Kamalia dengan suara lemah.Sumi mendekat, dibantu Dev meletakkan bayi di dada Kamalia. Bayi yang masih merah itu seperti tidak sabar menemukan puting susu. Kemudian ia menghisap kuat-kuat setelah Sumi membantunya memasukkan puting susu di mulutnya yang kecil."Sambil nunggu dokter memang sebaiknya disusui, Mbak. Biar tidak terjadi pendarahan pada ibunya," kata ibu petani itu lagi."Terima kasih, Bu. Sudah menemani kami," ucap Dev. Dijawab anggukan kepala wanita itu.Dev resah dan berulangkali melihat jam tangannya. Dokter Ani belum datang juga. Sempat berpikir untuk ia pergi ke klinik saja, siapa tahu berpapasan di jalan. Tapi nanti tambah susah kalau tidak bertemu, karena jika sudah sampai desa, banyak jalan persimpangan di sana. Ia memu

    Last Updated : 2022-05-08
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 68

    Tidak terasa usia Gaffi sudah sebulan lebih. Kamalia merawat bayinya sambil di bantu Sumi dan Mbok Darmi.Mereka juga disibukkan dengan persiapan pernikahan Mita dan Dokter Nasir. Rencananya acara itu akan dilaksanakan secara sederhana saja. Hanya mengundang kerabat dekat dan pekerja perkebunan. Seperti pernikahan Dev dulu.Pagi akad nikah, sorenya Dokter Nasir akan langsung memboyong Mita ke rumahnya. Di sana ada syukuran kecil-kecilan. Dan keesokan harinya langsung pergi honeymoon.Dev yang memberikan paket honeymoon untuk kakak dan dokter yang sudah banyak berjasa dalam keluarga mereka. Rupanya tidak hanya terapi dan obat yang menyembuhkan Mita, tapi juga perhatian tulus dari dokter yang merawatnya.Sejak kelahiran Gaffi setiap siang hari kalau tidak sibuk dengan kerjaan di perkebunan, Dev akan pulang ke vila. Menemani putranya sebentar dan setelah salat Zhuhur kembali lagi ke gudang."Teman-temannya, Mas, jadi datang pas nikahannya Mbak Mita?" tanya Kamalia sambil mengganti diaper

    Last Updated : 2022-05-08
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 69 Kebersamaan Siang Itu

    Sore itu Gaffi mulai rewel. Sama sekali tidak mau turun dari gendongan. Badannya agak menghangat, mungkin karena efek imunisasi tadi. Di samping bekas suntikan yang sakit kalau tersenggol."Lia, kamu mandi saja dulu. Biar kugendong Gaffi," ujar Sumi ketika mendekati Kamalia yang menggendong Gaffi di teras."Iya, aku juga mau salat ashar juga."Setelah Gaffi di gendong Sumi, Kamalia bergegas naik dan segera mandi. Dev masuk kamar saat istrinya selesai salat."Kata Sumi, Gaffi rewel, ya?" tanya Dev."Iya. Badannya agak panas setelah imunisasi tadi. Sejak Mas pergi ke perkebunan, dia enggak mau diturunkan. Minta gendong saja. Setengah hari tadi Mbak Mita yang gendong.""Obatnya sudah diminumkan?""Sudah siang tadi. Malam nanti aku minumkan lagi."Kamalia melipat mukena dan meletakkan di sofa pojok kamar. "Mas, buruan mandi, akan kuambilkan baju ganti."Dev mengambil handuk kemudian masuk ke kamar mandi. Sementara Kamalia menyiapkan pakaian. Ia menunggu sampai suaminya selesai mandi."Su

    Last Updated : 2022-05-09
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 70

    Sehari menjelang pernikahan Mita. Kesibukan sangat terasa di vila. Tenda sudah dipasang oleh pihak WO. Beberapa kerabat jauh sudah ada yang datang dan menginap. Mereka ikut bahagia kalau akhirnya Mita sembuh dan menemukan jodohnya lagi."Teman-temanmu dari kota jadi datang kapan, Dev?" tanya Bu Rahma kepada Dev yang duduk di teras bersama Ben."Minggu depan, Ma.""O, kupikir sekalian besok.""Perempuan yang membuatmu kena tusuk itu juga ikut, Mas?" tanya Ben."Aku tidak tahu, tidak tanya juga.""Enggak usah diajak sajalah. Daripada bikin masalah. Sepertinya dia penggemar militanmu."Pembicaraan kakak adik itu tiba-tiba terhenti karena Kamalia muncul dari dalam sambil menggendong Gaffi."Ayo, berangkat!" ajak Kamalia. Mereka memang sudah janjian kalau mau ke kota untuk membelikan hadiah buat kakaknya."Mama, ikut enggak?" tanya Ben."Enggak usah, kalian saja yang pergi. Masa saudara-saudara di sini Mama ikut pergi."Akhirnya mereka berempat dengan Gaffi pergi menaiki mobil mamanya. Be

    Last Updated : 2022-05-09

Latest chapter

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status