Share

Part 5 Kesepakatan

Penulis: Lis Susanawati
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-30 18:37:46

"Kamu tulis apa yang kurang untuk menyimpan dokumen. Sepertinya butuh satu filing cabinet lagi." Devin berkata sambil menyodorkan kertas dan pulpen ke hadapan Kamalia.

"Besok ada pekerja kebun yang akan turun ke kota untuk belanja."

Kamalia menarik kursi di dekatnya, kemudian duduk. Memperhatikan sekeliling lantas mencatat apa yang dibutuhkan.

"Aku akan memberikan uang bulanan buatmu, yang bisa kamu pakai untuk membeli kebutuhan pribadi."

"Bukankah aku kerja di sini untuk membayar hutang?"

"Ada perhitungan untuk itu. Tenang saja Tony akan merinci secara detail. Kamu tidak akan rugi. Jika aku tidak memberimu uang, bagaimana kamu akan membeli kebutuhanmu?"

Kamalia tercenung memandang pria di depannya. Pria ini baik juga, sikapnya tidak seperti pertama kali bertemu. Meski sorot dingin dari tatapan matanya masih sama.

"Catat semua kebutuhan yang harus dibeli untuk membuat ruangan ini menjadi rapi."

Gadis itu mulai fokus meneruskan menulis. Devin memperhatikan, hingga bunyi panggilan masuk dari ponsel atas meja memecah keheningan di antara mereka.

"Assalamualaikum, Ma."

"W*'alaikumsalam, kamu dah benar-benar sehat, 'kan?"

"Iya, Ma. Ada apa?"

"Malam Minggu besok kamu datang ke rumah, kita ketemuan sama keluarga Bu Wini."

Devin menurunkan kaki dan menegakkan duduk. Kaget dengan permintaan mamanya.

"Secepat itu, Ma?"

"Iya, nunggu apa lagi. Mama udah enggak sabar. Pokoknya besok malam kamu harus datang. Biar Ben yang jaga kakak kalian. Ingat, jangan telat. Assalamualaikum."

"W*'alaikumsalam."

Devin meletakkan kembali ponsel di meja. Bersamaan dengan Kamalia yang menyodorkan kertas di hadapannya.

"Ini, sudah aku tulis semua. Aku permisi."

"Bawakan air minum ke sini!"

Kamalia berdiri dan keluar ruangan. Di tengah pintu bersimpangan dengan Ben yang hendak masuk menemui kakaknya.

"Udah di telepon Mama apa belum, Mas?" tanya cowok itu sambil duduk di kursi bekas Kamalia.

Devin mengangguk.

"Mama juga nelepon aku tadi, suruh nungguin Mbak Mita sampai Mas kembali. Usahakan Minggu siang Mas pulang, karena sorenya aku harus balik."

"Hmm."

"Ciye, yang mau dapat jodoh sosialita," goda Ben sambil mencondongkan tubuh ke arah kakaknya.

"Apa yang Mama bilang sama kamu tentang Ninis."

"Mau jodohin gadis itu sama Mas. Memangnya Mas mau sama dia?"

Devin tidak menjawab. Dibukanya laci meja dan mengeluarkan sebungkus rokok berserta korek api. Ben segera berdiri untuk mengambil asbak yang terletak di atas bufet.

Kedua kakak beradik menghisap rokok tanpa percakapan. Terbawa pikiran masing-masing.

Kamalia yang kembali masuk sambil membawa nampan air minum sampai terbatuk-batuk dan sesak napas karena seluruh ruangan kerja Devin penuh asap rokok. Bau aroma therapi pun sudah tidak tercium lagi.

Ben tersenyum melihat Kamalia yang menutup hidung dan tergesa-gesa keluar setelah meletakkan air minum di atas meja.

"Kenapa dia mau saja jadi pembantu. Padahal cantik banget, lho. Pintar lagi."

Devin memandang sekilas sang adik sambil meniup asap rokok hingga meliuk di udara. Ben tersenyum tipis melihat tanggapan kakaknya. Soal asmara dari dulu Devin tetap penuh misteri. Tidak pernah sekali pun ia melihat kakaknya serius berhubungan dengan perempuan, sejak ditolak oleh gadis yang bernama Eva. Tampaknya hati itu benar-benar telah patah.

🌷🌷🌷

Jam sebelas siang Devin pulang dari perkebunan. Entah sudah berapa kali sejak pagi tadi Mamanya menelepon. Untuk mengingatkan kalau ia harus sampai rumah sebelum malam tiba.

"Sumi, di mana Kamalia?" tanya Devin kepada Sumi yang sedang memasak di dapur.

"Ada di atas, Tuan."

Devin bergegas naik ke lantai dua. Pintu kamar terbuka dan seprei kotor teronggok di lantai dekat pintu tembus ruang kerjanya. Kamalia sedang mengganti bed cover.

"Sudah selesai apa belum?" tanya Devin mendekati gadis itu. 

Kamalia yang terkejut segera menoleh. "Iya, sudah."

"Ganti bajumu dan ikut aku sekarang."

"Sekarang? Ke mana?"

"Nanti kuberi tahu."

Devin segera melangkah ke kamar mandi. Kamalia pergi ke ruang baju untuk menyiapkan baju ganti.

🌷🌷🌷

Celana jeans warna hitam dan blouse putih bermotif kembang-kembang dengan pita panjang sebagai aksen kerah yang dipilih Kamalia sehabis mandi. Itu baju terbaik yang ia punya. Mas Ragil yang membelikan sebagai hadiah usai wisuda tahun lalu. Walaupun sebagai pembantu, ia tidak ingin terlihat mengenaskan di luar sana.

Wajah halusnya di sapu compact powder yang dibelinya bertahun lalu. Satu-satunya make up yang ia punya. Dipakai jika perlu saja. 

Kamalia keluar kamar menemui Sumi yang menyiapkan makan siang di beberapa nampan kayu untuk penghuni paviliun.

"Mau diajak kemana?" tanya Sumi lirih.

"Belum dikasih tahu."

"Aku nitip, ya."

"Nitip apa?"

"Pelembab sama pembalut. Itu jika kamu diajak ke supermarket. Kalau enggak ya enggak usah. Biar aku nitip sama tukang sayur yang suka ngantar belanjaan."

Kamalia mengangguk.

Sumi masuk ke kamarnya yang berseberangan dengan kamar Kamalia. Tidak lama kemudian keluar sambil menyerahkan catatan dan uang pada gadis itu.

"Kamu butuh beli sesuatu, enggak? Aku pinjami uang, nanti gajian bisa kamu ganti," tawar Sumi.

"Enggak. Aku bawa uang kemarin."

Eva memberinya uang dua ratus ribu sebelum Kamalia dijemput orang suruhan Devin. Kebetulan usaha online baju muslim yang ditekuni kakaknya sudah berjalan lancar. 

"Ya, sudah. Kalau kamu butuh, jangan sungkan untuk bilang ke aku. Sebentar ya, aku nanyain Mbok Darmi mau nitip apa enggak?"

Sumi melangkah ke dapur menemui Mbok Darmi. Sebentar kemudian kedua orang itu menghampiri Kamalia.

"Mbok nitip bedak aja, Lia. Kemarin pas Pak Karyo keluar si mbok suruh beliin, eh pulangnya kelupaan."

"Bedak apa, Mbok."

"Bedak merk apa aja. Si mbok enggak fanatik mesti pakai merk tertentu." Mbok Darmi merogoh uang lima puluhan dari saku roknya.

"Walaupun sudah tua si Mbok juga mau bedakan seperti kalian," ucap wanita itu terkekeh.

"Dibelikan lipstik sekalian enggak, Mbok," tanya Kamalia.

"Ah, enggak usah. Si mbok bedakan saja sudah cukup."

Suara deheman Devin membuat mereka menoleh. Pria itu terus melangkah ke luar. Kamalia memasukkan uang dan catatan ke dalam tas selempang dan pamitan pada Mbok Darmi dan Sumi.

Next ....

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Nina Dahlianawati
Devin dah suka tuh sama kamalia
goodnovel comment avatar
Maria Sesilia Rahayaan Labetubun
si Devin udah mulai suka tu sama Kamalia
goodnovel comment avatar
Mecca Afif
suka banget ceritanya...g dibuat2 ..pokoknya. lanjut Thor.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 6 Kesepakatan II

    Devin sudah masuk ke mobil Hilux. Kamalia membuka pintu belakang dan duduk tepat di belakang pria itu.Mobil meluncur, menuruni jalan berkelok yang kanan kirinya tanaman teh. Di kejauhan para pemetik teh memperhatikan kendaraan sang majikan.Dari spion tengah Devin memperhatikan Kamalia yang menatap samping jalan. Wajah itu ... ah, sudahlah!Kendaraan telah keluar dari perkebunan. Kemudian melewati jalan menanjak di tengah hutan pinus. Tampak ada beberapa orang sedang menoreh. Konon getah pinus itu untuk campuran bahan sabun mandi.Jalanan kembali menurun dan memasuki kampung penduduk. Kamalia ingat pulang. Pulang di bangunan kecil samping rumah sang paman, yang disediakan untuk tempat tinggalnya dan Eva. Pasti ruangan itu kosong sekarang.Devin menepikan mobilnya di depan sebuah warung berdinding bambu khas pedesaan. Namun terlihat klasik dan nyaman.

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-30
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 7 Sambutan Seorang Ibu

    Bu Rahma gembira karena putranya sudah datang. Ia berhenti sejenak di depan pintu. Heran karena selain sepatu Devin, ada sneakers perempuan warna putih."Assalamu'alaikum." Bu Rahma mengucapkan salam dengan suara lembut."Wa'alaikumsalam," jawab Devin dan Kamalia hampir bersamaan.Senyum ramah terukir untuk Kamalia yang mengangguk hormat. Devin menyalami dan mencium tangan sang mama. Diikuti Kamalia."Saya Kamalia, Tante."Bu Rahma mengangguk. Wajah itu seperti tidak asing. Seperti baru kemarin bertemu."Ayo, diminum tehnya." Bu Rahma mempersilakan sambil duduk di sofa depan mereka."Terima kasih, Tante."Kesan pertama bertemu Bu Rahma sangat baik. Tidak seperti bayangannya tadi. Meski rasa gelisah masih merajai hati."Sudah lama sampai?""Lumayan, Ma."&n

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 8 Tuan, masih hidup, 'kan?

    [Tuan, masih hidup, 'kan?]Hanya dibaca.[Tuan Dev yang terhormat, jangan dibaca saja. Tolong di jawab.]Kamalia menghela napas sebal. Di layar titik-titik itu bergerak. Pertanda di sana sedang mengetik balasan.[Jangan panggil Tuan. Panggil Mas dihadapan Mama. Oke, aku minta maaf untuk yang tadi. Kesepakatan tetap dilanjutkan.]Kamalia meletakkan ponsel di sebelah bantal. Ia merasa sudah masuk perangkap. Mau mundur ia juga ragu, sampai kapan bisa bertahan untuk membayar hutang itu. Apa benar ia mau menua sia-sia.Jika ia menyetujui keinginan Devin, paling tidak ia akan bertahan dua tahun saja. Setelah itu akan bebas. Meski berstatus janda.Akan tetapi, benarkah Devin bukan lelaki sempurna? Kenapa ia ragu. Pria segagah itu, sehat, dan keren, apa mungkin ....Oh, tidak-tidak. Yang penting dia sudah berjan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-31
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 9 Nyonya Dev

    "Alhamdulillah, kamu datang, Lia. Mbak nungguin kabar darimu. Mbak khawatir? Kamu nggak apa-apa, 'kan?" Eva memberondong adiknya dengan kata-kata.Wanita itu mengajak sang adik duduk di balai-balai dapur. Dengan ujung jilbabnya ia menyusut air mata."Lihatlah, aku baik-baik saja. Maaf kalau tidak sempat nelepon. Acara nikahannya lancar, 'kan Mbak?""Alhamdulillah, lancar. Ibu bolak-balik nanya tentang kamu.""Oh ya, ibu dan Mas Ragil mana? Kok enggak nampak."Rumah memang sepi."Mas Ragil nganter ibu belanja bahan-bahan roti ke pasar. Habisnya ada yang pesen dadakan tadi. Kalau bapak masih di sawah."Kamalia mengangguk sambil memperhatikan sekeliling. Kakaknya terlihat lebih segar setelah menikah. Pastilah, karena ada yang menjaga dan memperhatikan. Tidak perlu was-was lagi."Siapa kerabat kita yan

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-01
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 10 Pria Masa Lalu

    Habis salat Maghrib Kamalia membantu Sumi dan Mbok Darmi menyiapkan makan malam. Beberapa nampan kayu telah siap di antar ke paviliun depan."Kamu tunggu saja di sini, sebentar lagi calon suamimu akan turun. Temani, ya. Aku sama Mbok Darmi mau ngantar makan malam ke depan," bisik Sumi setengah menggodanya.Kamalia tidak menjawab, ia hanya memandang Sumi dengan rasa tak nyaman. Sebagai orang yang lebih tua, Mbok Darmi menangkap ada rahasia di antara Kamalia dan Tuannya. Entah itu apa."Si mbok ngantar ke depan dulu, Lia," pamit Mbok Darmi sambil membawa nampan kayu diikuti Sumi. Kamalia menjawab dengan anggukan kepala.Devin turun dan mendekati Kamalia di ruang makan."Kamu ikut aku keluar. Mama sudah menelepon sebuah butik untuk mengurus baju pengantinmu. Awal bulan depan kita menikah, acara lamaran dan akad nikah akan dilaksanakan dalam waktu yang sama. Pagi lamara

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-01
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 11 Menghitung Hari

    "Kamu serius mau menikahi adiknya Eva?" tanya Tony siang itu saat keduanya selesai makan siang dan istirahat di gudang."Ya.""Untuk balas dendam?"Devin menatap sahabat yang duduk disebelahnya. Pria itu tersenyum samar. Diambilnya sebatang rokok dan korek api. Menyalakan, kemudian menghisap sambil memandang keluar jendela.Tony tidak bertanya lagi, ia pun mengambil sebatang rokok. Sebenarnya sejak Devin memberitahu akan menikahi Kamalia beberapa hari yang lalu, dia sempat khawatir. Kalau Kamalia hanya akan menjadi korban kekecewaan sahabatnya."Dia gadis baik-baik, Dev.""Hm, aku tahu."Tony tahu kalau Devin adalah pria yang susah jatuh cinta. Sejak ditolak Eva, belum pernah ia mendengar kalau sahabatnya dekat dengan perempuan lain. Cinta pertama yang melukainya sangat parah. Bahkan setelah wisuda S1, Devin mencoba me

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 12

    Jam delapan malam mereka sampai di rumah minimalis bercat kuning gading, di pinggiran kota. Seorang wanita membuka pintu dan tersenyum."Masuk Dev, ayo Kamalia masuk."Wanita itu sudah tahu nama Kamalia. Dari cara menyambut tamu dia adalah wanita yang ramah."Terima kasih, Mbak.""Silakan duduk, biar aku buatin minum.""Tidak perlu repot-repot, kami sudah minum tadi. Aku mau langsung pulang."Devin dan Kamalia duduk di sofa ruang tamu."Beneran enggak mau minum?""Enggak, aku langsung pulang ini. Udah malam. Shinta dan Shanti sudah tidur, ya?""Sudah dari tadi.""Ya udah, kalau gitu aku pamit."Setelah berbasa-basi sebentar Devin langsung pamitan. Kamalia dan Hesty mengantar hingga di teras.Hesty mengajak Kam

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-02
  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 13 Pernikahan

    Hampir semalaman Kamalia tidak bisa tidur. Gelisah karena terlalu banyak yang dipikirkan. Tentang kehidupan yang akan dijalani setelah pernikahan.Belum lama terlelap ketika menjelang subuh, Kamalia sudah di bangunkan Sumi. Mengawali paginya dengan salat Subuh, kemudian di rias oleh MUA yang khusus di datangkan Bu Rahma dari kota.Kamalia tidak bisa menyembunyikan rasa gugup ketika harus menyalami satu per satu kerabat Devin yang datang. Rencana pernikahan yang sederhana, ternyata dihadiri kaum kerabat dari luar kota. Sedangkan ia sendirian tanpa didampingi keluarga.Hesty yang datang lebih pagi bersama suami dan orang tuanya segera menghampiri Kamalia yang duduk di tengah keluarga Devin. Wanita itu kasihan melihat Kamalia yang merasa sendirian."Rombongan kakakmu sudah datang," bisik Hesty.Kamalia memandang keluar. Lega melihat Eva datang bersama Mas Ragil,

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-03

Bab terbaru

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 120 Nostalgia (Ending)

    Nostalgia (Ending)Susana Bougenvilla sangat meriah dengan kehadiran kerabat dekat Bu Rahma. Dev mengadakan acara aqiqah untuk anak ketiganya.Teman-teman Dev dari kota juga datang bersama istri dan anak-anaknya. Kerabat dari Kamalia juga datang.Suara anak-anak riang berlarian di halaman vila. Cuaca tidak mendung juga tidak panas. Hawa tetap sejuk dan membuat nyaman.Mbak Mita yang menyukai anak-anak lebih telaten menjaga para keponakannya. Terlebih anaknya Ben yang usianya paling kecil, sering ketinggalan kedua sepupunya yang berlarian di taman yang penuh bunga bugenvil yang beraneka warna."Mas, udah punya dua anak cowok, ceweknya masih satu. Mau nambah lagi, nggak?" tanya Era. "Cukup tiga saja. Kasihan Kamalia," jawab Dev sambil tersenyum."Tapi sebenarnya masih mau lagi, kan?" goda Yaksa."Anak kan rezeki. Kalau di kasih lagi ya mau.""Awas aja kalau masih mau tapi bikinnya sama yang lain. Kan katanya kasihan sama Kamalia. Terus nanti bikin pula sama yang lain," seloroh Adi. Memb

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 119 Sunshine

    Menikahi Pria tak SempurnaSunshine Malam itu Dev dan Kamalia duduk di balkon kamar. Gaffi tidur ikut Mbak Mita dan suaminya, sementara Tisha sudah tidur pulas di ranjang mereka. Gadis kecil itu kelelahan setelah seharian bermain di pantai bersama kakak dan sepupunya."Kenapa tidak bilang sejak kemarin kalau kamu sedang hamil?" tanya Dev sambil merangkul pundak istrinya."Aku juga nggak tahu kalau hamil, Mas. Kemarin aku baru ingat kalau telat datang bulan. Waktu aku cek sudah tampak jelas garis duanya.""Mas bahagia, hanya saja cemas juga tiap kali menjelang persalinan anak-anak kita."Kamalia tersenyum sambil melingkarkan lengan di pinggang suaminya. Di sandarkan kepala di dada bidang Dev. "Yang penting Mas nemani waktu aku lahiran, itu saja sudah jadi mood booster buatku."Dev mengecup kening istrinya. Keduanya menatap langit malam yang bertabur bintang. Di kejauhan terdengar debur ombak pantai yang menghantam batu-batu karang. 🌷🌷🌷Kamalia terbangun tepat jam empat pagi. Yang

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 118

    "Mas," panggil Amara lirih sambil menggoyangkan tubuh Ben tengah malam itu.Ben menggeliat sejenak sebelum membuka mata dan duduk. "Ya, ada apa.""Perutku tiba-tiba mulas. Di celana dalamku ada sedikit darah."Netra Ben langsung terbuka sempurna, kantuknya seketika hilang. Ia melihat kening Amara yang berpeluh."Tunggu, ya. Aku panggil Mama."Ben melompat dari atas tempat tidur. Ia bergegas untuk membangunkan mamanya.Sejenak kemudian Bu Rahma masuk ke kamar putranya. Sedangkan Ben bersiap mengganti baju dan mengambil tas berisi perlengkapan untuk dibawa ke rumah sakit."Sejak kapan Mara mulai mulas?" tanya Bu Rahma sambil mengusap perut menantunya."Baru saja, Ma.""Ya sudah, jangan panik. Kita ke rumah sakit sekarang. Mama ganti baju dulu. Ben, kamu hubungi Dokter Keni, kalau beliau ada di klinik kita ke klinik saja.""Ya, Ma."Kendaraan sepi di jam satu malam itu. Perjalanan ke rumah sakit jadi cepat dan lancar.Sesampainya di depan ICU, mereka sudah ditunggu dua orang perawat lak

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 117 Liburan

    "Ben, makin hari tambah bulat aja," seloroh Kamalia saat melihat adik iparnya masuk ke dapur di rumah mamanya pagi itu.Ben yang baru datang dari rumah mertuanya tersenyum sambil mengusap perutnya yang berisi. "Jadi keenakan makan ngikutin selera makan Amara. Nantilah, sebulan lagi auto diet ketat. Oh, ya, kapan sampai?""Tadi malam jam sepuluh. Habisnya Mas Dev ngajak berangkat udah jam tujuh malam. Kata Mama, kamu dan Amara nginap di rumah mertua.""Iya, Bapak lagi sakit, makanya kami tidur di sana. Tapi sekarang sudah agak baikan. Cuman demam biasa.""Oh, Alhamdulilah.""Kenapa datang dadakan?""Kami dapat undangan pernikahan Imelda. Undangannya pun dadakan, karena mereka juga enggak ngadain pesta. Cuma ijab qobul aja.""Hmm, baguslah. Akhirnya nikah juga. Gaffi dan Thisa mana?""Habis sarapan kembali main di kamar sama papanya. Kalau Mama lagi belanja."Ben mengambil air minum di dispenser, kemudian duduk dan menghabiskan segelas air putih."Mau sarapan, enggak? Tadi Mbok Tini bik

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 116

    Kehamilan Amara disambut bahagia dua keluarga besar mereka. Nasehat demi nasehat diberikan kepada calon ibu muda itu.Amara sendiri masih tetap kuliah. Tapi dia sudah membatasi diri dengan kegiatan-kegiatan kampus di luar jam kuliah.Kebahagiaan Ben-Amara membuat iri sebagian mahasiswa. Apalagi untuk beberapa mahasiswi yang pernah mengidolakan Ben. "Katanya dulu kamu minum pil, Ra. Kenapa bisa hamil?" tanya Rensi saat mereka duduk di kantin."Iya. Cuman aku minumnya enggak teratur. Soalnya selalu pusing setelah minum pil itu.""Apa enggak kepikiran mau ganti pakai yang lain?""Rencananya mau ganti. Kutunda-tunda akhirnya keburu hamil.""Ya itu rezeki, Ra. Pak Dosen kelihatan bahagia banget gitu."Amara tersenyum sambil mengusap perutnya yang tengah hamil tujuh bulan. Ben memang sebahagia itu, kalau di rumah tak henti-hentinya dia menciumi calon buah hatinya yang masih ada di perut."Setelah kandunganku delapan bulan, aku akan ngambil cuti kuliah, Ren. Sementara aku ngambil cuti satu

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 115 Positif

    Setelah Kamalia beranjak ke belakang membawa mangkuk bekas makan Thisa, Ben berdiri lantas mendekati istrinya. "Ayo, kita ke kota untuk periksa," ajak Ben."Enggak usah, kayaknya aku hanya masuk angin," jawab Amara pelan."Sejak kita menikah, kamu belum haid, 'kan?" Ben jadi mengingat itu. Sebab selama sebulan ini mereka berhubungan tanpa halangan."Selama ini haidku memang enggak teratur." Pria itu mengangguk pelan kemudian kembali berdiri dan melangkah keluar vila. Amara termenung sambil memperhatikan Thisa bermain. Ia jadi teringat pil KB yang diminumnya. Padahal ia meminumnya hampir habis, tapi kenapa ia tidak datang bulan juga?"Ra, sini!" panggil Kamalia setelah turun dari mengambil sesuatu di kamarnya. Amara mendekat, Thisa ditinggal bersama Sawitri."Coba kamu test, kebetulan aku masih punya persediaan test pack."Kamalia memberikan test pack yang masih berbungkus utuh beserta cawan yang biasa dia gunakan untuk menampung urine.Amara memperhatikan cara penggunaannya."Ini

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 114

    Sabtu pagi Ben dan Amara berangkat ke rumah kedua kakaknya. Pria itu akan mengajak istrinya ke rumah Mita dan sorenya akan ke vila dan menginap di sana.Bu Rahma yang sebenarnya sangat kangen dengan kedua cucunya menolak ikut saat Ben mengajak. Beliau tidak ingin mengganggu kebersamaan pengantin baru. Beliau bisa pergi lain hari."Kita akan sampai berapa jam perjalanan, Mas?" tanya Amara."Kurang lebih dua jam.""Lumayan jauh, ya?""Nanti kalau sudah terbiasa ke sana, dua jam enggak akan lama."Mereka menikmati perjalanan sambil berbincang. Mengenai apa saja. Tentang kampus, saat keduanya dihadapkan sebagai dosen dan mahasiswi. Banyak yang akhirnya tergali tentang diri masing-masing. Jam sembilan mereka sampai di rumah Mita. Kebetulan dokter Nasir juga ada di rumah. Kedua suami istri itu sedang berkebun di pekarangan belakang ketika Ben dan Amara datang.Segera saja Mita belanja dan masak. Rencana awalnya siang nanti mereka akan kulineran ke luar. Berhubung adik dan iparnya datang, w

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 113 Tentang Kenangan

    "Hai, Ben," sapa Nindy sambil tersenyum ramah.Ben makin erat menggenggam tangan istrinya. Ia melangkah mendekat setelah gemuruh di dadanya mereda."Hai, juga.""Ayo, salim sama Om dan Tante." Nindy menyuruh putrinya untuk menyalami Ben dan Amara.Pria itu menunduk ketika tangan kecil terulur. Amara juga melakukan hal yang sama. Senyumnya merekah saat menyentuh pipi tembam anak Nindy. "Siapa namamu, cantik?""Chika, Tante." Ben memandang Nindy. "Umur berapa?""3,5 tahun.""Sebentar lagi masuk PAUD.""Ya.""Kenalin ini Amara, istriku."Nindy terkejut juga, meski tadi sudah mengira kalau wanita berhijab itu kekasih atau istri Ben.Amara menyalami wanita tinggi semampai di depannya. Ia sebenarnya heran karena sejak tadi wanita itu memperhatikannya."Aku Nindy."Amara mengangguk."Kapan menikah? Kenapa enggak ngundang?""Kami menikah Sabtu kemarin. Belum ada pesta, mungkin nanti setelah Amara wisuda.""Wisuda?""Iya, Mbak. Saya masih kuliah semester tiga." Amara yang menjawab.Nindy menj

  • Menikahi Pria (tak) Sempurna    Part 112

    Amara melipat mukena setelah salat asar berjamaah dengan suaminya dan meletakkan di rak sudut kamar. Kemudian ia duduk di depan meja rias untuk menyisir rambut.Ben mengambil ponsel untuk melihat beberapa pesan masuk.Kamar Ben cukup besar daripada kamar Amara. Ditambah cat warna putih tulang yang menambah kesan luas pada ruangan.Ranjang king size diletakkan mepet ke dinding. Tidak diletakkan tepat di tengah seperti di kamar lainnya. Sepreinya baru dan wangi, warna biru terang dengan bordir bunga di tepinya. "Kapan ujian oral test, Mas?" tanya Amara sambil memandang Ben yang duduk di tepi ranjang."Malam ini kita mulai duluan," jawab Ben santai sambil menatap istrinya.Amara bisa menangkap maksud dari jawaban suaminya dan itu melenceng jauh dari maksud pertanyaan yang sebenarnya.Oral test mewajibkan mahasiswa mengerjakan ujian dengan melakukan tanya jawab langsung dengan dosen.Test itu akan dilakukan secara one by one. Dan ini menjadi ujian yang menegangkan bagi sebagian mahasiswa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status