Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 5 - Bukan Anak Tunangan

Share

Bab 5 - Bukan Anak Tunangan

Author: Vella Nine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Rindu, kamu kenapa?” tanya Edi begitu melihat istrinya terbaring di sofa ruang tamu. Ia terpaksa pulang ke rumah setelah mengetahui kalau istrinya jatuh pingsan di rumahnya.

Rindu hanya mengerdip sekilas. Ia tidak memiliki tenaga untuk menjawab pertanyaan dari suaminya itu.

“Bundamu kenapa, Yu?” tanya Edi.

Ayu hanya menutup wajahnya sambil sesenggukkan.

“Kita ke rumah sakit, sekarang!” ajak Edi sambil mengangkat kepala Rindu.

Rindu menggelengkan kepala perlahan. “Nggak usah! Aku cuma perlu istirahat sebentar aja.”

“Kamu ini kenapa? Ada pikiran yang mengganggumu?” tanya Edi. Ia mengedarkan pandangannya. Menatap satu pembantu dan supir di rumahnya. “Ibu kenapa?”

Dua orang pekerja di rumah keluarga itu tidak berani menjawab pertanyaan dari tuan rumahnya itu. Mereka hanya melirik ke arah Roro Ayu yang terduduk di lantai, tepat di bawah kaki ibunya.

“Mas, tolong telepon si Sonny!” pinta Rindu lirih.

Edi mengangguk. Ia segera merogoh ponsel di saku jasnya dan mencari nomor telepon Sonny yang ada di ponselnya.

“Ayah, jangan! Jangan telepon Sonny!” pinta Ayu sambil meraih tangan ayahnya. Mencegahnya untuk menelepon Sonny. “Jangan, Yah! Aku mohon ...!”

“Sonny itu tunanganmu. Dia harus tahu, Ay!” sahut Rindu sambil berusaha mengumpulkan kekuatannya kembali.

“Ini ada apa?” tanya Edi kebingungan.

“Katakan pada ayahmu, Ayu!” pinta Rindu lirih.

Edi langsung menatap tajam ke arah puterinya yang tiba-tiba terisak begitu saja.

“Ada apa, Ay?” tanya Edi.

“Hiks ... hiks ... hiks ...” Ayu hanya bisa menangis. Ia tidak bisa mengatakan apa pun di depan ayah yang begitu menyayangi dan mencintainya. Selalu mendidiknya menjadi wanita yang baik dan begitu melindunginya.

“Ayu, katakan! Apa yang sudah kamu perbuat sampai bikin bundamu seperti ini?” tanya Edi meninggikan nada suaranya.

Ayu terisak mendengar suara ayahnya yang semakin meninggi.

“Cepat katakan, ini ada apa!?” seru Edi semakin tak sabar.

“Ayu hamil, Yah,” jawab Ayu lirih. Nyaris tak terdengar oleh suara orang-orang yang ada di sana.

“Apa!?” Edi menatap wajah Ayu yang masih terisak di bawahnya.

“Ayu hamil,” jawab Ayu sambil sesenggukan.

DEG!

Edi terpaku di tempatnya. Dadanya tiba-tiba terasa sangat sakit. Ia merasa, mendapat pukulan begitu besar dari puterinya sendiri.

Edi langsung menatap layar ponselnya dan segera menyambungkan   ke nomor telepon Sonny.

“Ayah, tolong jangan bilang ke Sonny!” pinta Ayu.

“Dia harus bertanggung jawab!” sahut Edi penuh amarah dan segera melangkah pergi, menjauh dari puterinya agar ia bisa bicara pada Sonny dengan leluasa.

“Halo ...!” sapa Sonny begitu panggilan telepon dari Edi tersambung.

“Kamu bisa pulang ke Surabaya?” tanya Edi pelan.

“Masih banyak pekerjaan, Pa. Minggu depan baru bisa pulang ke Surabaya. Ada apa?” tanya Sonny.

“Papa mau, pernikahan kalian dipercepat. Minggu ini!” pinta Edi.

“Bukankah kita sudah sepakat untuk menikah dua tahun lagi? Aku masih belum menyelesaikan praktik dokter pertamaku, Pa. Masih harus ...”

“Nikah siri pun tidak apa-apa kalau memang status pernikahan akan menghalangi karirmu!” pinta Edi. Ia mencoba untuk tetap tenang meski dalam hatinya berkecamuk.

“Kenapa harus terburu-buru, Pa? Saya ...”

“Gimana nggak keburu-buru kalau kalian berdua saja sudah tidak bisa menahan diri?” sambar Edi.

“Maksud Papa?”

“Ayu hamil. Percepat pernikahan kalian! Papa tunggu kamu dua hari lagi. Papa akan siapkan semuanya di sini. Nggak bisa ditunda, Son. Perut Ayu lama-lama akan membesar," jawab Edi.

“Ha-hamil!?”

Related chapters

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 6 - Pukulan untuk Ayah

    “Iya. Apa kamu sebagai tunangannya Ayu, tidak mau bertanggung jawab?” tanya Edi. Hening. “Sonny Pratama ...! Apa kamu dengar Papa?” “Eh!? Dengar, Pa. Aku akan pulang ke Surabaya sore ini.” “Baguslah.” Edi langsung mematikan panggilan teleponnya. Ia segera masuk kembali ke ruang tamu untuk menghampiri Rindu dan puterinya. “Sonny akan segera pulang sore ini juga. Begitu dia sampai, langsung menikah saja! Papa akan persiapkan semuanya!” tutur Edi sambil menatap wajah Ayu. Ayu masih terisak di tempatnya. Ia semakin merasa bersalah karena anak yang ia kandung bukanlah anak dari Sonny. Akankan Sonny menerima anak ini begitu saja? Ia sudah menghancurkan kesucian cinta yang selama ini mereka jaga. Ia tidak punya muka untuk bertemu dengan tunangannya itu. “Pa, aku tidak mau menikah dengan Sonny,” tutur Ayu lirih. Edi yang sedang menghubungi beberapa orang untuk membantu menikahkan puterinya, langsung memutar

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 7 - Tak Ingin Berdamai

    “Andre ...! Mana anakmu yang bajingan itu!” seru Edi sambil menerobos masuk ke dalam rumah Andre, ayah kandung Nanda sekaligus kolega bisnisnya. Di belakangnya, juga ada beberapa pria berpakaian preman. “Mas Edi? Ada apa?” Andre langsung menghampiri Edi yang meneriaki dirinya dengan wajah penuh amarah. “Ada apa, Mas Edi? Kenapa ke sini bawa preman seperti ini?” tanya Nia lembut. “Mana anak kalian!?” seru Edi tak sabar. “Nanda lagi keluar, Mas. Duduk dulu!” pinta Nia dengan tubuh gemetaran. Ia terus mencengkeram lengan suaminya saat melihat Edi begitu emosi. Di saat bersamaan, Nanda melangkah santai memasuki rumahnya sembari memainkan kunci mobil di tangannya. “Itu Nanda, Mas,” bisik Nia sambil menatap tubuh puteranya. Edi memutar tubuhnya dan menatap tajam ke arah Nanda. Beberapa orang preman yang ia bawa, langsung menyambar tubuh Nanda. “Ada apa ini?” seru Nanda, ia berusaha memberontak. Namun, kekuatannya tak ma

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 8 - Proposal Kontrak Pernikahan

    “Ay, aku mau bicara!” Nanda langsung menarik Ayu dan membawanya masuk ke dalam mobil. “Nggak ada yang perlu dibicarakan di antara kita, Nan,” sahut Ayu dingin. “Dia ... beneran anakku?” tanya Nanda sambil melirik perut Ayu. Ayu tak menyahut pertanyaan Nanda. “Dia tidak diinginkan sama ayahnya sendiri. Aku anggap, ayahnya sudah mati.” Nanda menelan salivanya dengan susah payah. Bayangan Arlita yang akan bertunangan dengannya, bergelayut di pelupuk mata. Ayu menghela napas, ia meraih gagang pintu dan bermaksud untuk keluar dari sana. “Kita menikah saja.” “Sejak dulu, kedua orang tuaku tidak menyukaimu. Begitu pun aku. Aku tidak ingin melakukan pernikahan karena terpaksa. Aku sudah memutuskan, akan membesarkan anak ini meski tanpa ayah,” tutur Ayu lirih. “Mamaku tidak berhenti menangis dan jatuh sakit karena ancaman ayahmu. Bisakah kamu punya hati sedikit, Ay? Kita menikah saja. Ini bukan hal sulit. Aku akan berikan apa saja

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 9 - Pernikahan yang Menyakitkan

    Nanda menarik kasar lengan Ayu. Dengan cepat, ia menarik tengkuk Ay dan menyambar bibir wanita itu dengan kasar. “Mmh ... mmh ... mmh ...” Ayu berusaha memberontak. Namun, kedua tangan Nanda memegang erat tubuhnya hingga tak mampu bergerak. Nanda terus menciumi bibir Ay dengan liar dan menurunkan ritmenya perlahan. Mengulum lembut bibir wanita itu hingga membuat Ayu tak lagi bergerak untuk melawannya. Bodohnya, Ayu malah merasa nyaman dengan sentuhan bibir Nanda hingga membuatnya justru membalas sentuhan itu tanpa sadar. Nanda tersenyum sinis sambil melepaskan ciumannya. “Malam itu kamu menikmatinya, Ay. Apa kamu lupa? Kita melakukannya bersama-sama. Jangan hanya menyalahkan aku saja,” bisiknya. Ay melirik kesal ke arah Nanda sambil mengatur napasnya yang tak teratur. “Kita menikah saja, oke? Aku akan memperlakukan kamu dengan baik. Soal cinta, kita bisa melakukannya perlahan. Bagaimana?” tanya Nanda lembur sambil

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 10 - Hari Pertama Jadi Mantu

    “Roro Ayu, layani suamimu dengan baik!” perintah Bunda Rindu saat mereka berada di meja makan untuk menikmati sarapan pertama kalinya. Ayu langsung menarik piring dari atas meja dengan kasar dan mengambilkan nasi dan lauk untuk Nanda. Wajahnya, tetap saja tak mau bersahabat dengan suaminya itu. “Kamu sudah memutuskan menerima lamaran keluarga Nanda. Bersikap baiklah pada suamimu!” perintah Edi. “Ayah, ayah tahu kalau aku nggak mau menikah. Bukankah ayah sendiri yang bilang kalau aku bisa membesarkan anak ini tanpa ayahnya. Aku rela menanggung malu seumur hidupku daripada harus berumah tangga dengan orang yang tidak mencintaiku seumur hidupnya,” tutur Ayu sambil menahan kesal. “Roro Ayu, nggak baik bicara seperti itu! Nanda sudah jadi suamimu. Sebagai seorang istri, kamu harus tetap berbakti dan menurut pada suamimu.” Ayu menghela napas dan mengangguk terpaksa. Ia meraih susu hangat yang disiapkan oleh pelayan rumahnya d

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 11 - Ingin Tinggal Berdua Saja

    “Baguslah.” Nanda langsung menepikan mobilnya dan membuka laci dashboard. Ia mengeluarkan beberapa brosur dari sana dan menyodorkan ke hadapan Ayu. “Pilih rumah mana yang kamu suka! Aku akan membelikannya untukmu dan kita keluar dari rumah keluarga. Kita bisa bebas melakukan apa saja tanpa intervensi mereka,” pinta Nanda. “Biar kamu juga bisa bebas ketemu Arlita?” “Kamu tahu kalau dia pacarku. Nggak perlu ditanya lagi.” “Kita sudah menikah. Kamu nggak putusin dia?” “Ini sudah zaman apa, Ay? Punya istri dan pacar sekaligus, sudah jadi hal biasa,” jawab Nanda santai. Ayu menarik napas perlahan sambil memejamkan matanya. Meski ia tidak mencintai Nanda, tapi hatinya tetap saja tidak rela jika Nanda memperlakukannya seperti ini. Menduakan ia secara terang-terangan. “Aku juga tidak akan melarangmu berpacaran dengan Sonny. Kalian masih bisa seperti dulu. Status pernikahan kita itu cum

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 12 - Menempati Rumah Baru

    “Ayah, Bunda ... mmh, Roro Ayu sudah menjadi istriku. Bisakah kami tinggal di rumah sendiri? Aku sudah menyiapkan rumah untuk keluarga kecil kami dan hidup mandiri,” tutur Nanda saat makan malam bersama dengan keluarga Ayu.Bunda Rindu dan Ayah Edi saling pandang selama beberapa saat.“Kalian sudah berdiskusi? Bunda tidak bisa melarang kalau memang ini keinginan kalian,” tutur Bunda Rindu. “Asalkan kalian punya waktu untuk mengunjungi kami.”Nanda mengangguk. Ia tersenyum sambil menggenggam tangan Ayu. “Bunda tenang saja! Kami akan sering berkunjung ke sini. Rumah kami tidak terlalu jauh. Kami bisa mengunjungi kalian sesering mungkin.Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. Ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginan suaminya itu. Walau bagaimana pun, dia adalah seorang istri dan sudah selayaknya berbakti. Cepat atau lambat, seorang wanita memang akan diboyong pergi saat mereka sudah berkeluarga. Bersyuk

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 13 - Tak Lepas dari Pacar

    Beberapa menit kemudian, Nanda turun dari kamar dengan pakaian jas rapi. Ia menghentikan langkahnya saat melihat Ayu sedang menyiapkan makanan di atas meja makan. “Yu, kamu masak?”“Iya. Sorry, aku kesiangan. Jadi, aku masak apa adanya aja untuk kamu. Makanlah!” pinta Ayu sambil tersenyum manis.Nanda tersenyum miring sambil memperhatikan sepiring nasi goreng yang disiapkan oleh Ayu untuknya. “Aku udah bilang nggak usah masak. Aku mau makan di luar.” Ia langsung melangkah begitu saja.“Tapi ...”“Ayu, aku nggak suka diatur, ya! Aku sudah bertanggung jawab menikahimu. Apa pun yang akan aku lakukan, kamu nggak perlu ikut campur!” sahut Nanda.Ayu menghela napas melihat sikap Nanda. “Kamu ngajak tinggal di rumah sendiri supaya bisa semena-mena sama aku, Nan?”Nanda menghentikan langkahnya sejenak. “Nah, itu tahu. Kalau aku nggak meminta kamu melakukan sesuatu, maka ka

Latest chapter

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status