Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 132 - Berteman Lebih Baik

Share

Bab 132 - Berteman Lebih Baik

Author: Vella Nine
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Nanda menghela napas lega sembari menutup laptop begitu ia menyelesaikan proposal bisnisnya.

“Akhirnya, kelar juga!” seru Karina sembari meliukkan tubuhnya.

“Thank’s, Rin ...! Kamu udah bersedia bantu aku. Malam ini aku traktir kamu makan sebagai rasa terima kasihku. Mau atau nggak?”

Karina terkekeh mendengar tawaran dari Nanda. “Kamu belum dapet apa-apa, Nan. Kamu mau traktir aku makan dengan uang hasil utangmu ke aku?”

“Hehehe.” Nanda menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan tersenyum malu.

“Kamu traktir aku setelah proposal bisnis kamu ini goal. Gimana? Sementara, biar aku yang traktir kamu dulu dan aku masukin ke daftar utang,” ucap Karina sambil mengusap layar ponselnya.

Nanda tertawa kecil sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Eh, mau reservasi tempat atau order makanannya ke sini?” tanya Karina.

“Order aja, Rin. Aku sembari ngecek ulang MBC yang dikerjain sama tim,” jawab Nanda.

Karina menghela napas. “Kamu udah tutup laptop. Mau buka laptop lagi? Mending istirahat,
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ami Lee
si ayu mana mau sama kamu lagi nan ...........siap siap diamuk sma sri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 133 - Sekali Brengsek Tetap Brengsek

    -Keraton Kesultanan Surakarta- Hampir seminggu pelayan di istana dibuat ketar-ketir karena Roro Ayu tiba-tiba mengurung diri di dalam ruang perpustakaan selama dua puluh empat jam. Mereka tidak berani melapor pada orang tua Ayu atau pun pada Sri Sultan karena takut dianggap tidak becus melayani puteri mahkota mereka. Tidak tahu apa yang terjadi dengan Roro Ayu hingga membuat para pelayannya kewalahan. “Ndoro Puteri ...! Sudah waktunya makan malam,” ucap salah satu pelayan sambil mengetuk pintu perpustakaan yang tertutup rapat. Ayu menghela napas sembari menatap pintu perpustakaan yang tiba-tiba diketuk. Ia menoleh ke arah jam dinding ruangan tersebut yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Setiap berada di depan buku, ia merasa waktunya terasa sangat singkat. Ayu bangkit dari tempat duduk dan melangkah perlahan menuju pintu. Ia segera membuka pintu tersebut dan menatap Sri yang sudah berdiri di depannya. “Aku nggak mau makan yang lain. Bawakan air mineral dan dua buah pir saja!”

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 134 - Berhasil

    “NANDA ...! KAMU BERHASIL ...!” seru Karina sambil melompat kegirangan saat sudah mendapatkan pengumuman kalau konsep bisnis Nanda diterima dan mendapatkan pendanaan dari Dinas Penanaman Modal dan Investasi. “KITA BERHASIL ...!” seru Nanda sambil merangkul Karina dan lima orang timnya. Mereka melompat dan tertawa bahagia karena akan segera mendapatkan modal untuk menjalankan operasional pabrik dan bisnis mereka. “Aku bilang juga apa ... kamu pasti bisa!” ucap Karina sambil tersenyum lebar. Nanda tersenyum sambil menatap semua orang yang ada di ruangan itu. Ia mundur beberapa langkah dan membungkukkan tubuhnya. “Terima kasih untuk kalian semua! Terima kasih sudah membantuku memulai semuanya dari nol ...!” ucapnya. Karina tersenyum sambil merangkul lima orang yang bersamanya. “Kalau gitu, jangan kecewakan kami dan harus buat perusahaan kamu berjaya!” Nanda mengangguk sambil tersenyum. “Terima kasih untuk Karina yang sudah bersedia meminjamkan uang tabungannya untuk modal bisnis ini

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 135 - Kecewa Lagi

    Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam dari kota Surabaya, Nanda dan Karina akhirnya sampai di depan halaman Keraton Kesultanan Surakarta. “Wow ...! Aku baru pertama kali lihat langsung keraton ini,” ucap Karina sambil mengedarkan pandangannya dan mengagumi arsitektur bangunan yang terlihat begitu khas. “Papa sering cerita soal bangsawan-bangsawan keraton yang menguasai beberapa bisnis di pulau ini. Tapi, aku sendiri belum pernah datang ke keraton ini.” “Papamu punya bisnis dengan para bangsawan keraton?” tanya Nanda. Karina mengangguk. Ia membuka pintu mobil dan segera keluar dari sana. Nanda menarik napas dalam-dalam dan ikut keluar dari dalam mobil tersebut. Ia melangkah perlahan memasuki halaman keraton tersebut dan menghampiri dua penjaga pintu yang berdiri di sana. “Permisi ...! Saya suaminya Raden Roro Ayu Rizky Prameswari. Bisa ketemu dengan beliau?” sapa Nanda sambil tersenyum manis. Dua penjaga itu langsung saling pandang. “Sebentar, Mas! Kami laporan dulu!

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 136 - Sulit Bertemu

    “Ay, kamu kenapa?” seru Nanda saat Ayu malah masuk ke dalam keraton tersebut dan menutup rapat pintu megah yang ada di hadapannya. “Maaf, Mas! Ndoro Puteri tidak ingin bertemu dengan sampeyan. Silakan pergi dari sini!” pinta salah satu penjaga sambil menghunuskan pedang ke leher Nanda. “Dia memberi izin pada kami untuk membunuh Anda jika tetap memaksa masuk ke keraton kami.” Nanda memundurkan kepalanya saat mata pedang itu berada tepat beberapa senti dari lehernya. “Nan, istri kamu kenapa? Kenapa anak buahnya nyerang kamu?” Karina langsung menarik tubuh Nanda agar tidak terkena hunusan pedang dari pengawal keraton tersebut. Nanda menggelengkan kepala. “Nggak tahu, Rin.” “Apa karena aku?” tanya Karina. Nanda menggelengkan kepala. “Dia bukan perempuan yang seperti itu,” ucapnya sambil mengedarkan pandangannya dan melangkah menyusuri pagar istana yang berdiri kokoh dan megah. “Mbak ...! Mbak ...!” Nanda langsung berlari menghampiri pelayan keraton yang baru saja keluar dari dalam

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 137 - Murung

    ... Karina tersenyum lebar setelah ia menikmati beberapa makanan enak yang ia pesan di salah satu kedai seafood sekitaran keraton tersebut. “Mmh ... ini enak banget!” seru Karina sambil menghisap jemari-jemari tangannya. Nanda tersenyum sambil menatap wajah Karina. “Kamu belum punya ide buat masuk ke keraton itu?” “Mmh, bentar. Aku telepon papaku dulu. Kayaknya, dia pernah punya kerjasama bisnis sama pihak keraton. Kita bisa masuk ke keraton itu untuk hubungan bisnis,” jawab Karina sambil menggeser ponselnya dan mencari kontak papanya. “Halo, Karina ...! Ada apa?” “Pa, aku mau tanya ... mmh, perusahaan papa ada hubungan bisnis sama keraton Surakarta atau nggak, ya?” “Ada. Kenapa?” “Aku bisa minta datanya, Pa? Kebetulan aku lagi di Solo, siapa tahu bisa bantu Papa untuk ngurus bisnis dengan keluarga bangsawan keraton,” tutur Karina sambil membasuh tangannya dan menyemprotkan hand sanitizer. “Tumben kamu mau ngurus bisnis di luar kota?” “Hehehe. Nggak papa, Pa. Pengen aja bela

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 138 - Pertemuan yang Menyesakkan

    Nanda tersenyum penuh percaya diri saat ia dan Karina berhasil masuk ke dalam Keraton Surakarta dengan alasan untuk melakukan ekspansi bisnis. “Rin, kenapa nggak dari dulu aja aku masuk ke keraton ini dengan alasan bisnis?” tanya Nanda lirih sambil mengikuti dua pengawal keraton yang sudah berjalan lebih dulu di hadapan mereka. “Kamu aja yang bego. Otak tuh dipake! Bukan buat pajangan doang!” sahut Karina. “Sialan kamu, Rin!” celetuk Nanda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Entahlah, mungkin karena terlalu banyak mikirin Ayu. Sampe nggak kepikiran yang lain.” “Gayamu, Nan!” sahut Karina sambil menoyor pundak Nanda. “Eh!? Sst ...!” Nanda meletakkan jari telunjuk ke bibirnya. “Kita di keraton, Rin. Harus jaga sikap dan elegan!” “Oh, iya.” Karina menarik napas dan menegakkan tubuhnya. Ia memasang sikap elegan dan melangkah mengikuti pengawal keraton memasuki aula pertemuan yang ada di halaman muka keraton tersebut. “Selamat pagi, Tuan ...!” sapa Karina begitu ia memasuk

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 139 - Dia Istrimu?

    “Ay ...!” Nanda langsung bangkit dari kursi begitu melihat Ayu tiba-tiba terjatuh saat ingin kembali ke belakang panggung. Baru saja ingin mengejar Ayu, ia langsung mengurungkan niatnya ketika Enggar sudah menggendong tubuh Ayu lebih dulu dan membawanya masuk ke dalam pintu belakang singgasana itu. “Kenapa, Nan?” tanya Karina sambil menarik kembali lengan Nanda. “Istriku, Rin.” “Dia istrimu?” bisik Karina. Nanda mengangguk dan kembali duduk di kursinya. Perasaannya tiba-tiba gelisah saat melihat Ayu terjatuh di sana. Ingin sekali ia menerobos pintu besar yang membawa tubuh Ayu menghilang dari hadapannya. Tapi urusan bisnis, tidak bisa ia tinggalkan begitu saja. “Cantik banget istrimu,” bisik Karina. “Udah, nggak usah panik! Kita urus setelah urusan bisnis kita selesai,” lanjutnya seolah memahami kegundahan yang sedang melanda dada Nanda. Nanda menganggukkan kepala. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Karina. “Kamu cari cara untuk bisa menginap di keraton ini! Penari laki-laki it

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 140 : Sama-Sama Cemburu

    Nanda melangkahkan kaki menuju ke kediaman Roro Ayu begitu ia sudah berhasil mendapatkan kesempatan untuk menginap di keraton tersebut. “Nan, kamu mau ke mana?” tanya Karina sambil mengejar langkah Nanda. “Nemuin istriku,” jawab Nanda sambil mempercepat langkahnya. “Ikut, Nan!” pinta Karina sambil mengikuti langkah kaki Nanda. Ia harap, ia bisa bertemu dengan pria tampan dan gagah yang tadi menari bersama mantan istri Nanda. Nanda menghentikan langkahnya di depan pintu kamar Ayu saat ia melihat Enggar sedang menyuapkan makanan untuk mantan istrinya itu. Tanpa pikir panjang lagi, ia menyelonong masuk ke dalam kamar Ayu begitu saja. Enggar langsung bangkit dari sisi tempat tidur Ayu begitu melihat Nanda datang. “Mas, jangan pergi!” pinta Ayu sambil menyambar lengan Enggar. “Di sini aja!” “Ay, aku ...” Nanda menatap Ayu yang enggan merespon kedatangannya. “Mas, suapin aku lagi!” pinta Ayu manja sambil menarik lengan Enggar dan merapatkan tubuhnya ke arah pria itu. Nanda menyerin

Latest chapter

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status