“Iya Nak Dafa saya ini ingin menikahkan anak saya Fajar dengan anaknya teman saya waktu sekolah yaitu anak Ibu Arumi,” jawabnya tersenyum ramah.“Ma-maksud Ibu dengan Melanie Nursaumi anaknya Tante Arumi?” tanya Dafa memperjelas.“Iya kok kamu kenal dengan Nak Lanie?” tanya Bu Nia bingung.“Oh ini namanya Dafa dia adik sepupunya Lanie,” ucap Bu Arumi menimpali.“Oh jadi kamu sepupunya Lanie, wah dunia ini sempit ya, malahan kita sudah bertemu juga di kampus tadi pagi, eh malamnya ketemu lagi di sini, memang jodoh nggak ke mana,” ucap Bu Nia senang melihat kehadiran Dafa.Dia pun mencari batang hidungnya Tari, karena menurutnya di mana ada Dafa di situ ada Tari.“Loh berarti Tari itu apanya kamu, Rum, soalnya kata Dafa dia sepupunya?” tanya Bu Nia tambah bingung.“Tari itu anakku juga adiknya Lanie!” jawab Bu Arumi.Seketika Bu Nia merasa bahagia, ingin rasanya mengatakan kalau dirinya ingin mempunyai menantu seperti Tari yang bisa membuat anaknya bertengkar.Namun dilain sisi Bu Nia t
“Loh ada Mas Udin, ini asistennya Tuan songong itu kan, ngapain juga ada di sini?” tanya Tari kepada Udin yang masih diam membisu melihat Tari.“Halo!” Mas!” Mas Udin!” teriak Tari membuyarkan lamunan si Udin.“Oh! Maaf Non... maaf, ada apa Non Tari?” tanya Udin tersenyum.“Saya tanya kenapa Mas Udin ada juga di sini?” tegur Tari sedikit berteriak.“Oh ... itu ... anu ... Non itu ... Tu-Tuan Mu-muda ada di sini juga,” ucap Udin salah tingkah.“Terus ngapain di sini, jangan-jangan kalian ngikutin kami dari bandara ya?”selidik Tari sembari memicingkan matanya ke arah Udin.“Bu-bukan begitu Non Cuma itu ...”“Sudah yuk, lebih baik kita bertemu Mbak Lanie soalnya dia dari tadi sudah tanya kamu melulu tuh!” sahut Dafa yang mengalihkan perdebatan kecil mereka.“Eh ngomong-ngomong malam ini kamu cantik banget, memangnya ada yang spesial?” tanya Dafa yang juga kaget dengan penampilan Tari yang sangat feminin.“Masa sih, perasaan biasa saja deh!”“Tadi sebelum ke sini mamah telepon katanya ha
Seketika wajah Bu Arumi memerah, dia tidak menyangka anaknya bisa berbicara seperti itu, namun Bu Arumi masih menahan emosinya tidak ingin terpancing karena masih ada calon besannya yang harus dijamu dengan baik.Begitu juga dengan Bu Nia, seakan-akan bisa merasakan penderitaan seorang anak, walaupun kisah rumah tangga mereka para orang tua hampir sama karena diselingkuhi.“Namun perbedaannya adalah suami Bu Nia yang selingkuh dan lebih memilih wanita itu, tetapi Bu Nia tidak ingin menikah lagi karena fokusnya adalah membesarkan anak semata wayangnya.Sedangkan dalam kisah keluarga Tari adalah kebalikannya kalau Bu Arumi lah yang mempunyai simpanan dan diketahui oleh suaminya sendiri.Sebab itulah suami Bu Arumi membalasnya dengan mempunyai wanita idaman lain.Dan sampai itu pula mereka sepakat untuk berpisah, dan sampai sekarang ini kedua orang tua Tari tidak akur antara sesama mereka.“Rum, bagaimana kalau kita makan malam di luar sekalian kita mengobrol santai, biarkan mereka sali
“Oh ya Lan ... bagaimana kalau kita membahas masalah pernikahan kita, bukannya dua minggu lagi ya, apakah kamu gugup?” tanya Fajar seketika.“Sedikit Mas, tetapi semua masalah harus di hadapi, jika tidak siap kapan lagi,” jawab Lanie sembari tersenyum.“Hanya orang yang aneh jika menanyakan hal itu, di mana-mana namanya mau nikah ya grogi, gugup, malah nannya lagi!”“Cari pertanyaan itu yang berbobot sedikit, kenapa?” tanya Tari sewot.“Hey gadis kecil kamu nggak usah ikut campur, ini urusan orang dewasa, wajar dong saya tanya!” cerca Fajar.Iya Mas Panda!” celetuk Tari cemberut.“Apa Mas Panda?” tanya Lanie sedikit terkejut.“Iya Mbak, nama panggilan waktu kecil,” ledek Tari yang mengundang tawa mereka.“Sudah tertawanya, awas loh nanti gigi pada rontok semuanya!” goda Fajar tersenyum.“Dek, bukannya kamu suka boneka Panda ya, ingat nggak pertama kali waktu kamu masih kecil minta di belikan boneka Panda yang besar, tapi Mbak belum bisa membelinya.”“Iya Mbak, Tari ingat sampai-sampa
“Mbak yakin dengan keputusan Mbak ini?” tanya Tari yang masih penasaran.“Kenapa kamu selalu menanyakan hal yang sama Dek?” tanya balik Lanie.“Nggak apa-apa sih cuma ada yang beda dari Mbak!” jawab Tari pelan.“Maksud kamu?” “Seperti ada sesuatu yang Mbak sembunyikan dari Tari, tetapi Mbak nggak mau cerita sama Tari, iya kan?” desak Tari.“Tidak ada semua baik-baik saja, ada kalanya kita harus memilih jalan walaupun itu banyak kerikilnya, bukan kah kita harus berusaha?” tanya Lanie tersenyum.“Maksud Mbak apa, Tari nggak ngerti!”“Suatu saat kamu akan mengerti Dek!”“Oh ya bagaimana dengan pekerjaanmu?” tanya Lanie mengalihkan pembicaraan.“Untung Mbak ingat in, Mbak tahu bos tempat Tari kerja ternyata dia itu kakak sepupunya Mas Fajar, pantas saja si Panda bisa seenaknya memecat Tari, tetapi nggak apa-apa sih!” jelas Tari.“Mas Fajar, Tari, bukan Panda!” “Iya itu namanya!”“Jadi maksudnya kamu mau berhenti bekerja menjadi reporter gitu?” tanya Lanie penasaran.“Iya Mbak, sudah cu
Tari yang dari tadi mendengar ucapan mereka, terkejut bukan kepalang, ternyata selama ini ada saja kejutan yang diberikan oleh mereka.“Apa maksudnya ini?”“Apakah betul kalau Bang Ammar dulu adalah mantan pacar Mbak Lanie?” tanyanya dalam hati.“Kenapa aku nggak tahu ya?”“Ah, apa yang harus aku lakukan, apakah mungkin aku bertanya langsung dengan Bang Ammar!”“Aku tidak tahu kalau Bang Ammar mempunyai hubungan dengan Mbak Lanie, ini harus aku cari tahu!”“Ternyata jiwa reporterku masih mengalir, hahaha ....” tawanya dalam hati.Selang beberapa menit setelah Bu Arumi pergi, Tari pun sengaja bangun pagi-pagi dan mengagetkan Lanie yang masih di ratapi kesedihan.“Loh Tari sudah bangun, masih subuh Dek!” ucap Lanie tersenyum sembari mengusap pelan air matanya.“Sudah jam setengah enam Mbak, Tari mau salat subuh dulu sekalian mandi!” kilah Tari sembari beranjak dari sofa saat dia tidur.“Mbak kenapa seperti habis nangis, ada apa Mbak?” tanya Tari seketika setelah menghampiri Lanie dan me
“Ceritamu hampir sama denganku Mas, tak beda jauh dengan namanya orang ketiga.”“Yang membedakan adalah kamu masih ada mamahmu yang bertahan dengan masalah yang dihadapkan, tetapi orang tuaku lebih memilih jalan masing-masing karena mereka ternyata sudah mempunyai pasangan baru.”“Sedangkan kami dari kecil sudah tidak lagi merasakan kasih sayang dari yang namanya disebut sebagai orang tua.”“Memang mereka tidak meninggalkan kami seratus persen, tetapi bagi kami Kuranglah lengkap, karena mereka membaginya dengan keluarga baru mereka masing-masing.”“Apakah semua orang tua egois seperti itu, hanya karena ingin merasakan kebahagiaan yang mereka tidak dapat dari keluarganya, malah mereka mencari di luar sana!”“Sempat Mas, aku prustasi karena diusia lima belas tahun aku sudah dihadapkan dengan perceraian orang tua dan Tari di usianya sepuluh tahun sudah harus menderita karena mereka.”“Pagi, siang, malam kami sangat merindukan saat-saat kami masih menjadi keluarga yang lengkap, utuh, harm
“Lanie juga kangen sama Mbok, apalagi dengan masakan Mbok yang cetar membahana,” ucapnya bahagia sembari membalas pelukan Mbok Yem yang sudah dianggap sebagai orang tua.“Sudah-sudah nanti saja temu kangennya, cuma ke rumah sakit saja terharu!” celetuk Bu Arumi sewot.“Oh iya-iya maaf Neng, ayuk semuanya masuk, silakan!” ucap Mbok Yem ramah.“Terima kasih Mbok!” “Ya sudah kamu istirahat saja dulu, besok pagi kita akan membicarakan masalah persiapan pernikahan kamu!” ucap Bu Arumi tegas.“Rum, aku juga pulang ya supaya besok kita bisa lembur deh, lagian Lanie juga baru pulang dari rumah sakit, kasihan dia kelihatan sangat lelah,” sahut Bu Nia menimpali.“Terima kasih loh Nia sudah ikut nganterin kita, jangan lupa besok ke sini lagi,” ucap Arumi bersemangat.“Iya dong!” sahutnya bersemangat.“Lan, saya pulang dulu dan kamu adik kecil jangan ganggu Mbak mu lagi istirahat dengan omonganmu yang tidak jelas!” jelasnya membuat Tari bertambah benci dengan Fajar si Tuan Panda itu.“Belum juga