Flashback on.
Seorang anak kecil laki-laki berumur delapan tahun berjalan di antara material-material bangunan. Saat ini dia berada di luar kota bersama sang nenek yang sedang membangun proyek baru.Dua hari lalu adalah hari ulang tahunnya. Namun hari itu telah dia tetapkan menjadi hari terburuknya, dimana sang kakak justru menuduhnya mendorong dari atas tangga, padahal kakaknya tersebut yang berniat mendorongnya namun justru terpeleset sendiri.Dia memutuskan untuk ikut bersama sang nenek, karena tak tahan mendengar tuduhan orang-orang di rumah."Nenek."Seorang wanita yang tengah beristirahat bersama teman-teman kerjanya menoleh ke arah anak itu."Kenapa Sehan?""Apa nenek masih lama bekerja?"Joana tau, cucunya itu pasti bosan. Biasanya Sehan kecil itu menghabiskan waktu bersama teman-temannya untuk bermain. Tapi di tempat ini, Sehan hanya menyaksikan pembangunan gedung yang menurutnya sangat membosankan.Setelah berbicara dengan sang nenek, Sehan memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sana. Joana juga harus kembali bekerja, jadi tak bisa terus menemani Sehan. Tak jauh dari tempat sang nenek bekerja, Sehan melihat ada sebuah taman. Dia kemudian duduk di ayunan, sambil memperhatikan rumput yang dia injak. Jujur dia sangat bosan, tapi tak ada cara lain yang bisa dia lakukan selain bertahan lebih lama di kota asing itu."Andai kak Galen tak menuduhku," ucap Sehan merenung."Kenapa kamu tidak masuk sekolah?"Sehan mendongak. Dia menatap anak kecil perempuan dua tahun lebih muda darinya, kini berdiri di hadapan Sehan. Anak perempuan itu tersenyum lebar, menyapa Sehan. Rambut panjangnya diikat dua. Dia memakai dress berwarna putih dengan motif bunga, dan panjang sebatas lurus. Sehan turun dari ayunan. Lalu memperhatikan perempuan itu dengan seksama, sebelum menjawab, "aku tidak ingin masuk sekolah.""Kenapa? Bu
Setelah berkenalan dengan Liona, Sehan selalu menghabiskan waktunya bersama anak perempuan itu. Sudah seminggu Sehan berada di kota asing itu, dan Liona selalu menemaninya. Mereka hanya berpisah saat hari sudah petang, karena harus kembali ke rumah masing-masing. Jika pagi tiba, Sehan dan Liona kembali bertemu di taman, atau Sehan yang kadang menunggu Liona di depan rumah perempuan itu. Bahkan jika di rumah, Sehan selalu menceritakan Liona kepada neneknya. Sehan sangat menyukai bisa memiliki teman yang menyenangkan. Bahkan kini Sehan berharap proyek yang sedang dikerjakan Joana akan lambat selesai, agar Sehan juga bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama putri cantiknya. Hingga tiba suatu hari, setelah bermain bersama Sehan seperti hari-hari biasanya. Liona memutuskan untuk pulang sebelum hari petang. Dia tau, bundanya selalu berpesan untuk tak pulang sampai malam. Itu bisa saja membuat sang bunda khawatir. "Bunda!" Panggil Liona setelah memasuki rumah. Biasanya setelah
"Liona," panggil Gretta mulai menghampiri Liona yang masih terduduk di dekat tubuh Nada yang sudah tak berdaya.Tubuh Liona gemetar, menahan takut. Pipi bulatnya sudah basah karena air mata yang tak kunjung berhenti. Dia begitu terpukul melihat bundanya tidak membuka mata lagi, dan kini justru dibuat takut dengan keberadaan wanita yang tidak dia kenal di kamar bundanya. "Kau tau kenapa bundamu seperti ini?"Liona segera menggeleng, saat wanita itu terus memberinya pertanyaan. "Ini semua gara-gara kau! Mamamu bunuh diri gara-gara kau Liona! Kau begitu sangat menyusahkannya, anak tidak bisa diatur."Liona menggeleng tak membenarkan. Dia kembali menatap Nada yang sudah memejamkan mata. "Bunda, Liona tidak seperti itu. Liona selalu menurut dengan ucapan bunda. Liona tidak membunuh bunda! Bunda masih hidup! Liona tidak membunuh bunda!""Bundamu sudah mati. Dia bunuh diri, meminum racun karena tak sanggup mempunyai anak sepertimu. Di
Tidak seperti biasanya, Sehan sejak tadi menunggu kedatangan Liona di taman, tapi perempuan tak kunjung datang. Ini membuat Sehan penasaran. Kenapa Liona tidak menemuinya lagi?Akhirnya Sehan memutuskan untuk memberanikan diri mendatangi rumah Liona. Sesampainya di sana, Sehan mengetuk pintu rumah tersebut dengan ragu. Hingga seorang pria dewasa keluar dari sana, rautnya tampak murung. Sehan tak tau jika rumah itu masih dalam suasana duka. "Om, ayahnya Liona ya? Aku temannya Liona. Apakah boleh aku bertemu dengan Liona, aku mau mengajak Liona main, om.""Liona ... sudah tidak ada."Sehan berkedip, berusaha mencerna ucapan pria dewasa di hadapannya tersebut. "Liona ... baru saja kecelakaan. Dan dia meninggal."Mata Sehan membulat. Hatinya seketika hancur mendengar kalimat berikutnya dari Darwin. Dia menggeleng tak mempercayai. "Liona ..."Setelah mendengar kabar tentang Liona dari
"Aoura, ibu membawakanmu teman baru."Aoura yang sedang bermain ditemani ayahnya di ruang tengah rumah itu, mulai menoleh. Gretta tersenyum sambil menuntun anak perempuan yang dia bawa dari panti barusan, menghampiri Aoura dan suaminya. Gretta cukup puas saat melihat suaminya tampak terkejut menatap kedatangannya bersama anak tersebut."Aku baru saja pergi ke panti asuhan. Dan aku bertemu anak baik dan cantik, yang bersedia menjadi kakak untuk Aoura. Namanya ... Liona. Sekarang dia bagian keluarga Atharya, aku ingin nama marga keluarga kita juga dipakai di belakang namanya. Liona ... Atharya," jelas Gretta. Darwin masih menatap anak yang Gretta genggam tangannya dengan sorot tak percaya. Dia ingin menangis karena anak yang dia pikir sudah meninggal ternyata masih hidup. Namun saat menatap wajah anak itu, dia justru kembali teringat tentang istri pertamanya yang juga sudah meninggal."Kamu tau, dia siapa Gretta?"Gretta mengangguk membena
Namun Sehan tidak pernah berhasil menemukan cara untuk membuatnya bisa bertemu atau mengenal Liona lebih dekat. Sehan pun putus asa, dan tak mengharapkan Liona akan kembali dekat padanya lagi. Hingga hari pernikahan Liona dan Reno tiba. Orang suruhan Sehan yang masih membuntuti Liona tiba-tiba menelponnya. 'Tuan Sehan, mobil yang mengantarkan Liona Atharya tiba-tiba mengalami kecelakaan. Saya berhasil menolongnya, dan saat ini saya bawa ke rumah sakit terdekat. Kata dokter, Liona Atharya juga telah meminum racun. Tapi saya tadi sempat melihat, bahwa racun itu adalah pemberian Gretta.'Sehan sudah menyelidiki lebih dulu, keluarga Atharya memang tidak pernah memperlakukan Liona dengan baik.'Terus perhatian kondisi Liona, jangan sampai lengah. Jika keluarga Atharya datang, katakan pada dokter untuk mengatakan Liona kritis. Sekalipun kondisi membaik, minta dokter untuk mengatakan kondisi Liona memburuk pada keluarganya. Jika mereka tau Liona memba
Di salah satu Greja, dekat rumah sakit tempat Sehan dirawat. Liona duduk di kursi sambil menggenggam kedua tangannya dengan erat. Matanya terpejam. Dia tengah fokus berdoa pada Tuhan dengan penuh harapan."Tuhan, jika aku telah hidup kembali setelah kecelakaan itu karena doa Sehan. Aku harap saat ini Sehan juga mendapatkan kehidupan lebih lama lagi karena doa ku. Aku masih ingin menghabiskan banyak waktu bersamanya. Aku sadar, selama ini aku tak bisa bahagia tanpa Sehan. Jadi tolong, biarkan dia berada di sisiku lebih lama lagi. Aku mohon."Satu tetes air mata keluar dari kelopak mata yang masih tertutup itu. Liona tak mau berhenti berdoa, sampai permohonannya terkabul."Aku cukup menderita setelah kematian bunda, dan Sehan dulu juga cukup menderita, tak mempunyai teman selain aku. Aku harap, orang-orang seperti aku dan Sehan yang banyak memiliki penderitaan di masa lalu, bisa diberikan kehidupan lebih lama dengan kehidupan yang lebih membahagiak
Ke esok harinya, karena kondisi Sehan sudah membaik, akhirnya laki-laki itu diijinkan dokter untuk pulang. Siang hari itu, Sehan bersama sang istri telah sampai di kediaman keluarga Wiratama. Seperti apa yang Sandra sarankan pada Liona dan Sehan sebelumnya, untuk beberapa hari sampai kondisi Sehan benar-benar pulih, Sandra ingin Sehan dan Liona tinggal di rumah keluarga Wiratama lebih dulu.Karena mengingat Liona juga sedang hamil, pasti akan sangat kelelahan untuk menjaga Sehan sendirian. Sehan pun akhirnya menyetujui saran Sandra, dan menurut untuk tinggal di rumah keluarga Wiratama untuk beberapa hari ke depan. Sampai luka di perutnya kering. Sesampai di sana, Sehan dan Liona disambut hangat oleh keluarga Wiratama.Tak hanya itu, para pelayan juga dengan sigap membantu memindahkan barang-barang bawaan Liona dan Sehan ke kamar. Dengan dibantu Liona, Sehan mulai duduk di sofa ruang tengah bersama keluarga yang lain.