Sesampainya di sebuah bangunan yang dulunya Gretta berikan sebagai tempat tinggal Maat, Gretta justru tak menemukan keberadaan pria tersebut.
Gretta juga melihat tempat itu sudah kosong. Semua barang-barang Matt juga tidak ada di sana.Membuat Gretta mulai berfirasat buruk. "Apa Matt melarikan diri dariku?"Gretta menggeleng, segera menepis pemikiran buruknya barusan. Jika Matt pergi meninggalkannya, entah kepada siapa lagi dia harus meminta bantuan. Karena Gretta yakin, pria itu adalah satu-satunya orang yang bisa Gretta percayai akan membantunya untuk melenyapkan Liona.Dengan segera, Gretta merogoh ke dalam tas kecil yang sejak tadi dia bawa. Mengambil ponselnya. Dia bergegas untuk menghubungi Matt.Tak lama setelah Gretta menempelkan ponselnya ke telinga, suara seseorang mulai mengangkat panggilannya terdengar."Matt!"'Halo Gretta. Tumben sekali kau menghubungiku malam-malam seperti ini. Apa kau sangat merindukanGretta langsung membawa koper dan tas besarnya masuk ke dalam apartemen tersebut, tanpa menunggu Matt mempersilakannya lebih dulu.Dia lalu duduk di sofa yang ada di sana untuk melepas lelah. Tanpa mempedulikan Matt, Gretta menganggap apartemen itu adalah rumahnya sendiri. Melihat Gretta datang membawa banyak barang, membuat Matt menatapnya curiga. "Apa kau ingin tinggal bersamaku di sini setelah aku mengatakan padamu bahwa aku sekarang mempunyai apartemen?"Gretta menatap pria yang berdiri di hadapannya dengan sorot tak terima. "Aku terpaksa ke sini, karena aku tidak punya tempat tinggal lagi untuk saat ini."Matt mengernyit, masih tak paham dengan ucapan Gretta barusan."Ini semua gara-gara Liona! Dia mengatakan pada Aoura jika Aoura bukan anak kandung Darwin, dan akhirnya Aoura melakukan tes DNA. Darwin melihat hasil tes DNA tersebut, dan langsung marah padaku," jelas Gretta sambil menahan emosi. Dia lalu kembali menatap Matt juga den
Liona semakin mempercepat langkahnya, memasuki sebuah rumah modern yang terletak tak terlalu jauh dari rumahnya. Dua pria berbadan kekar yang mengantar Liona ke rumah tersebut, masih mengikuti langkah perempuan itu dari belakang. Mereka adalah orang suruhan Sehan yang ditugaskan untuk menjaga Liona.Hingga akhirnya, langkah Liona terhenti di ambang pintu kamar. Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya pecah, saat Liona menatap pria tua yang kini duduk di kursi kamar itu. "Kakek!""Liona." Pria itu beringsut berdiri, lalu meyambut sang cucu yang berlari ke arahnya. Dia langsung memeluk Liona dengan erat. "Liona ... ini benar Liona cucu kakek kan?"Liona mengangguk membenarkan. Dia balas memeluk sang kakek dengan erat. Liona tak sanggup lagi menahan isakan saat Atharya memeluknya penuh kehangatan. Liona benar-benar sangat merindukannya.Sehan yang sejak tadi berada di dalam kamar itu menemani Atharya, ikut merasa senang. Akhirnya Sehan
"Liona, kamu mengalami amnesia setelah kecelakaan itu? Apa kamu sudah tau bahwa Darwin adalah ayah kandungmu?" tanya Atharya memastikan sebelum menjelaskan semuanya mendalam.Liona mengangguk mengiyakan. "Sudah banyak yang aku ketahui kek, berkat Sehan. Aku sudah mengetahui bahwa ayah adalah ayah kandungku, Aoura bukan anak kandung ayah, dan tentang ayah kenapa bisa membenciku. Aku sudah tau semuanya."Atharya mengangguk paham. "Jika kamu sudah tau alasan ayahmu membencimu, itu artinya kamu sudah tau bahwa ibu kandungmu sebenarnya sudah meninggal."Liona kembali merasa sedih setelah mendengar ucapan Atharya barusan. Namun genggam Sehan ditangannya seakan memberinya isyarat, agar Liona harus terlihat tegar di depan sang kakek."Darwin pasti sudah bercerita pada Liona, bagaimana ibu Liona bisa meninggal."Sehan membenarkan. "Tapi sampai sekarang aku sangat yakin, bukan Liona pembunuhnya kan kek?"Atharya menatap Sehan sesaat. Dia l
Atharya menghela nafas berat. Dia lalu melanjutkan ceritanya, menjawab pertanyaan Sehan. "Saat Darwin tidak ada di rumah, Gretta datang menemui Nada. Gretta mengatakan semuanya pada Nada bahwa dia adalah perempuan simpanan Darwin dan telah melahirkan darah daging Darwin. Setelah membuat Nada cukup syok, Gretta langsung menyuntikan racun di leher Nada. Setelah itu Nada meninggalkan botol obat tidur, dia ingin merekayasa jika Nada telah bunuh diri dengan meminum obat itu secara berlebihan. Namun, saat itu Liona masuk ke kamar Nada lebih dulu sebelum Darwin pulang kerja. Liona mengambil botol obat itu, dan tepat saat Darwin datang dia melihat Liona di sana. Darwin berpikir jika Liona yang memberikan obat itu kepada Nada. Karena saat Darwin bertanya pada Liona, Liona tak menjawab dan hanya menangis. Saat itu, mungkin Liona juga syok melihat ibunya meninggal langsung di hadapannya."Liona masih terisak di dalam pelukan Sehan. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi, hati
Setelah Atharya selesai menceritakan semuanya, Sehan langsung mengajak sang istri untuk segera pulang. Melihat kondisi Liona yang semakin lemah setelah mengetahui rahasia Gretta, tentu membuat Sehan khawatir.Dia juga telah meminta Atharya untuk beristirahat. Besok Sehan baru akan mengajak sang kakek menemui Darwin. Secepat mungkin, Darwin harus tau kebusukan Gretta selama ini. Sesampainya di rumah. Liona langsung duduk di sisi kasur, di ikuti Sehan di sampingnya. Perempuan itu terus menatap dengan sorot kosong. Pikirannya sejak tadi tak bisa tenang, teringat ucapan Atharya barusan."Aku tidak salah ingin membalaskan dendam ku pada ibu. Dia telah merusak kebahagiaanku, bahkan saat aku masih kecil." Tangan Liona mengepal erat, menahan amarah. Satu tetes air mata tak bisa dia tahan, jatuh begitu saja menyusuri pipi. "Dia harus merasakan apa yang telah bunda rasakan!"Sehan menghela nafas berat. Dia lalu menarik tubuh liona ke dalam dekapa
Para pemegang saham mendadak dikumpulkan di aula rapat perusahaan Atharya. Tentu ini menjadi sebuah tanda tanya besar bagi mereka. Mereka pikir, Gretta akan memiliki rencana baru untuk disampaikan kepada mereka. Namun dugaan mereka salah, keberadaan Darwin secara tiba-tiba di sana telah membuat para pemegang saham terkejut.Banyak yang menyambut Darwin dengan gembira, namun mereka juga ada yang terus mengajukan pertanyaan karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi sampai Darwin tiba-tiba berdiri di hadapannya kembali."Beberapa waktu lalu, kami meminta ibu Gretta untuk memberikan bukti pada kami tentang keadaan anda pak Darwin. Maaf jika kami harus mengatakan ini, tapi keberadaan ibu Gretta sebagai pemimpin perusahaan ini telah membuat kami tidak tenang. Ibu Gretta bahkan sempat membuat proyek yang kami rasa justru akan semakin menenggelamkan perusahaan ke dalam kebangkrutan."Darwin sudah mendengar penjelasan dari sekertarisnya di perusahaan tersebut te
Saat ini Darwin bersama Atharya, Sehan dan juga Liona berada di ruang kerja Darwin. Setelah mendengar cerita dari Atharya, Darwin begitu sangat marah. Bahkan setelah Atharya mengatakan tentang penyebab kematian Nada. "Liona," panggil Darwin membuat sang putri yang duduk di sampingnya menoleh. Darwin menunduk bersalah. "Maafkan ayah."Liona mengangguk paham. Dia tau, hubungannya dan Darwin tidak mungkin akan serenggang itu jika bukan karena ulah Gretta. "Ayah bodoh. Seharusnya ayah bisa mencari tahu lebih dulu penyebab kematian bundamu, bukannya langsung menyalahkanmu begitu saja. Maafkan Ayah Liona." Tangan Darwin mengepal erat. Dia terus menyalahkan kebodohannya ini. "Dulu ayah sempat tidak percaya bahwa kamu telah membunuh bundamu, karena ayah yakin anak sebaik dirimu tidak mungkin melakukan semua itu. Ayah menyesal Liona."Liona mengangguk paham. Dia ingin menangis mendengar permintaan maaf dari Darwin, namun Liona berusaha menahan
Di sebuah ruang makan. Reno melahap makanannya sambil memperhatikan perempuan yang ada di seberang mejanya, ikut makan siang bersamanya. Tadi malam, tiba-tiba perempuan itu datang dan memohon padanya untuk memberi tempat tinggal. Jujur awalnya Reno tak mau membantu, dia tak mempunyai tempat tinggal lain selain kontrakan yang sederhana ini. Namun Reno juga tak tega mengusir Aoura, mengingat dia sudah berjanji pada perempuan itu, jika Aoura datang kepadanya Reno akan bersedia membantunya. Akhirnya Reno terpaksa membiarkan perempuan itu tidur di kontrakannya malam tadi, bahkan sampai sekarang Reno tak tega mengusirnya. Entah sampai kapan perempuan itu akan menginap di sana. "Benar katamu," ucap Aoura secara tiba-tiba. Dia melahap makanannya dengan tak nafsu. "Seandainya aku mengikuti ucapanmu saat itu untuk mengatakan semuanya pada ayah sebelum ayah mengetahuinya, pasti aku tidak akan takut kembali ke rumah ayah saat ini." R