Pagi itu Xavier kembali meneguk manisnya madu. Di dalam kamar mandi, dirinya terus menggagahi istri kecilnya. Kasih pun memasrahkan dirinya pada sang suami. Baginya ia ingin melayani Xavier sepenuh hati sebelum pria itu mendapatkan ingatannya kembali."Ahhh, Xavi ...." Kasih mendesah saat Xavier menjamahnya dengan penuh gairah. "Ahhh." Pria tampan itu menyahut dengan desahan.Di saat seperti ini, Xavier sama sekali tak terlihat seperti bocah. Justru pria itu terlihat seperti pria dewasa yang sehat dan normal. Bahkan ia juga bisa memanjakan wanitanya dengan lembut. Sehingga membuat Kasih tidak takut saat bercinta dengannya."Xavi ...." Lagi-lagi Kasih memanggil nama suaminya ketika pria itu membalikkan tubuhnya sehingga membelakangi Xavier. Pria itu pun memeluknya dari belakang dan mulai menyatukan tubuh mereka. Gerakan Xavier seirama dengan tubuh Kasih yang bergerak maju mundur. Pria itu memeluk serta mencium bibir mungil Kasih yang terus mendesahkan namanya."Kamu cantik sekali ...
Sore itu Kasih dan Xavier kembali pulang ke rumah. Xavier terlihat semakin dekat dengan Kasih. Malam pertama mereka berjalan dengan begitu indah.Namun, di sisi lain Kasih tetap merasa bersalah atas traumanya. Hati kecilnya terus menyesali hari ulang tahunnya yang telah membuat dia kehilangan kesuciannya."Jangan pernah bersedih karena masa lalumu, Sisi," bisik Xavier sembari memeluk sang istri.Kasih mengusap air matanya yang hampir jatuh. "Makasih, Xavi ...."Setelah perjalanan bulan madu yang manis itu, Xavier harus kembali sibuk dengan urusan perusahaan. Pria itu tetap harus memimpin perusahaan yang kini mulai bangkit kembali.Johan pun membawa Sintia ikut bersamanya dan tinggal di rumah Johan. Bahkan pria itu sudah melamar gadis yang telah menyelamatkan hidupnya.Hari-hari mereka berlalu dengan tenang setelah penangkapan Jeremy. Bahkan kini Xavier dan Johan bisa dengan leluasa untuk kembali memulai membangun ulang sistem perusahaan di Zeen Corporation. Mereka bahkan lebih selekti
Spontan Xavier membuka pintu kamar mandi. Kini dia mendapati Kasih yang sedang menunduk di depan wastafel dengan rambut panjangnya yang tergerai."Sisi?" Xavier melangkah mendekati sang istri yang sedang memuntahkan isi perutnya yang masih kosong."Kamu sakit?" tanya pria itu dengan lembut.Xavier membantu Kasih dengan menggenggam rambut panjang gadis itu agar tidak kotor. Sementara tangan yang lainnya mengusap-usap punggung Kasih dengan pelan.Kasih terus saja mengeluarkan isi perutnya hingga beberapa saat kemudian gadis itu mengusap mulutnya dengan air mengalir. Wajahnya benar-benar terlihat kacau. Tubuhnya juga terasa lemas tak bertenaga."Xavi ...." panggilnya lemas."Xavi ada di sini. Kemarilah, biar Xavi bantu," tawar pria itu sembari menggendong Kasih dengan hati-hati dan membawanya keluar dari kamar mandi.Dengan penuh perhatian Xavier membantu mengikat rambut panjang Kasih lalu pria itu memanggil seorang pelayan untuk membuatkan teh hangat dan sarapan."Kamu nggak perlu berle
"Sisi, Sisi nggak boleh kuliah dulu. Sisi kan sudah diizinkan cuti." Pagi itu Xavier menahan sang istri yang hendak berangkat ke kampus."Xavi, aku baik-baik saja. Lagi pula aku sudah izin selama satu minggu. Aku nggak mau terlalu lama di rumah. Aku sudah sehat, Xavi," ucap Kasih dengan lembut."Nggak boleh!" tegas pria itu."Xavi, ayolah ... Aku ingin kuliah seperti biasanya. Jangan halangi aku," pinta Kasih.Xavier menatap wajah sang istri yang memohon padanya. "Boleh, ya? Lagian kan aku nggak boleh stres juga, kan? Dengan kuliah, setidaknya aku juga bisa sambil mendapatkan ilmu dan bergerak seperti olah raga," ucap wanita itu sembari mengusap lembut pipi suaminya.Xavier diam mengamati wajah sang istri. "Baiklah. Tapi janji untuk langsung pulang? Nanti biar dijemput," ucap pria itu akhirnya setuju."Iya, Xavi."Akhirnya wanita muda itu mendapatkan izin dari suaminya. Kasih segera berangkat ke kampus dan kembali mengikuti perkuliahan. Sementara Xavier kembali bekerja di perusahaan
Xavier terdiam saat mendengar suara benda terjatuh. Kasih pun kaget sendiri saat ia tanpa sengaja menyenggol sebuah buku di sampingnya. Segera saja wanita itu mengambilnya."Sudah dulu, Jo," ucap pria itu sebelum akhirnya memutus panggilan.Gegas saja Xavier memasuki kamarnya. Pria itu dikejutkan dengan keberadaan sang istri di dekat pintu. Kasih pun sama terkejutnya seolah wanita itu tengah dipergoki mencuri sesuatu."Ah ... Xavi ... I-itu ...." Kasih terlihat kebingungan dan ketakutan secara bersamaan.Xavier melihat sang istri yang mulai ketakutan, bahkan wanita itu tak menatapnya. Karena langkah Kasih yang tak terdengar, membuat Xavier tak mengetahui keberadaannya. Namun yang pasti, Xavier yakin jika Kasih mendengar pembicaraannya dengan Johan barusan."Apa kamu mendengar pembicaraan barusan?" tanya Xavier.Terlihat jika tubuh Kasih terlonjak kaget. Namun wanita itu memberikan jawabannya dengan mengangguk."Hahhh. Sial ...." gumam Xavier sembari memijit pangkal hidungnya.Pria itu
Rasa menyesal serta tidak percaya diri kembali muncul di dalam hati Kasih. Wanita itu tak ingin mengecewakan pria yang telah menjadi suaminya. Saat Kasih sedang bergumul dengan pikirannya yang kalut, Xavier menyadarinya. Pria itu pun sebenarnya juga memiliki rahasia yang mungkin bisa membuat istrinya pergi begitu saja. Namun, Xavier tak akan membiarkan wanita yang pernah ia cari itu pergi meninggalkannya. "Jika aku tidak menerimamu karena hal itu, bukankah saat bulan madu aku sudah tak mau menyentuhmu bahkan menghamilimu?" Pria itu malah memberikan pertanyaan pada Kasih. "Kasih ... Semua orang pasti punya masa lalu yang tidak menyenangkan." Xavier menggenggam tangan sang istri seolah tak mau melepaskannya lagi. 'Termasuk aku. Aku juga memiliki hal di masa lalu yang mungkin menyakitimu, Kasih ....' lanjutnya dalam hati. Kasih kembali menangis. Membuat dada Xavier bergemuruh. Bagaimana pun juga dialah yang telah merenggut paksa kehormatan Kasih saat wanita itu di ambang kesadaranny
Dengan langkah tergesa, Xavier mengajak Kasih menghampiri Kakek Wibowo yang hendak masuk ke dalam mobilnya. Pria tua itu menghentikan langkahnya ketika melihat cucu dan cucu menantunya berjalan ke arahnya."Ada apa ini? Kenapa kalian berlari-lari seperti itu?" tanya Wibowo heran.Xavier kini berhenti di hadapan sang kakek. Tangan kanannya menggenggam pergelangan tangan Kasih. Ditatapnya wajah tua sang Kakek dengan kedua alis saling bertaut."Kakek, batalkan persyaratan yang pernah Kasih ajukan pada Kakek," ucap Xavier.Wibowo mengernyitkan dahinya. "Apa maksud kamu, Xavi?" tanya pria itu, heran.Xavier menghela napas panjang. "Soal kesepakatan Kasih yang mau menikah denganku. Tolong Kakek batalkan mengenai perceraian kami," jawab pria itu.Wibowo mengamati wajah cucunya. Pria tua itu merasakan aura yang berbeda dari sebelumnya saat Xavier merayakan ulang tahun tadi."Dari mana kamu tahu soal itu?" tanya Wibowo sembari melirik ke arah Kasih. Lalu ia langsung mendapatkan jawabannya."Oh
Malam itu Xavier merengkuh Kasih dalam pelukannya. Diciumnya bibir ranum Kasih yang terasa lembut dan juga telah menjadi candu baginya."Terima kasih karena telah membatalkan permintaan ceraimu itu, Sisi," ucap Xavier sembari menangkup wajah cantik sang istri yang kali ini tanpa riasan apa pun."Justru aku yang makasih karena kamu masih mau percaya padaku, Xavi," balas Kasih ikut menangkup wajah tampan suaminya."Maafkan aku karena aku mengajukan persyaratan seperti itu sebelum menikah denganmu," lanjutnya."Aku mengerti," sahut Xavier. Tatapan pria itu begitu lembut saat memandang kedua mata bening Kasih yang penuh dengan ketulusan dan kebaikan."Aku benar-benar beruntung diselamatkan oleh wanita sepertimu, Ibu Peri," ucap pria itu lagi.Kasih menautkan kedua alisnya. "Berhentilah memanggilku Ibu Peri. Aku bukan Ibu Peri, Xavi ...." protesnya.Xavier terkekeh pelan dengan suara tawanya yang terdengar berat dan seksi. "Tapi kamu akan menjadi Ibu Peri untuk anak-anak kita nanti.""Apa,
"Sayang ...." Sapaan lembut itu menyadarkan Kasih dari lamunannya. Wanita itu pun menoleh dan mendapati sang suami yang sudah kembali."Ah, Xavi ...." sahut Kasih yang terlihat gugup."Ada apa?" tanya pria itu.Xavier kembali duduk di samping Kasih, ia menaikkan sebelah alisnya, saat menyadari ada yang aneh dengan istrinya. Namun, Kasih hanya tersenyum."Ada apa? Apakah ada yang mengganggumu? Katakan siapa dan bagaimana orangnya?" tanya Xavier sembari meraih tangan Kasih dan menggenggamnya dengan lembut.Kasih menggeleng. "Nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada yang menggangguku juga," jawabnya sembari tersenyum lagi."Benarkah?""Iya, Xavi. Sudahlah sebaiknya kamu makan dulu," ucap Kasih sembari menunjuk piring suaminya yang masih penuh."Baiklah kalau kamu bilang begitu." Xavier menurut dan segera menyantap makanannya.Sementara itu, di dalam hati Kasih ingin menanyakan sejuta pertanyaan mengenai hubungan Xavier dan Erika sebelumnya. Ia menikah dengan Xavier karena perjanjian dan berlanj
Seorang wanita cantik yang seusia dengan Xavier tersenyum ramah. Wanita itu menatap Xavier dan juga wanita cantik bertubuh mungil yang menggandeng tangan direktur Zeen Corporation."Erika," sahut Xavier dengan ekspresi datarnya yang khas. Memang senyumannya khusus diberikan pada Kasih saja.Kasih pun mengangguk sopan untuk menyapa. Gerakannya sungguh terlihat anggun. Erika kemudian memerhatikan wanita cantik yang tampak masih begitu muda."Selamat datang, kamu pasti istrinya Xavier," ucap Erika ramah."Iya ...." jawab Kasih sembari tersenyum manis.Erika membalas senyuman Kasih. Lalu wanita itu mengulurkan tangan kanannya. "Aku Erika, dulu aku temannya suamimu," ucapnya ramah.Kasih menyambut uluran tangan tersebut. "Saya Kasih," ucapnya."Nama yang bagus. Kamu benar-benar pintar memilih istri, Xavier. Tapi kenapa kalian nggak mengadakan pesta?" tanya Erika yang kemudian menarik tangannya kembali."Ah ... Itu ...." Kasih bingung memberikan jawabannya."Kami hanya mengadakan intimate w
Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put
Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d
Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya
Kasih mencoba melepaskan ikatannya. Sejak tadi ia tidak melawan karena takut pada keadaan kehamilannya. Namun ternyata Arina memilih nekat."Jangan macam-macam!" seru Kasih."Kenapa? Kamu takut? Nyatanya suami kamu nggak dateng, tuh. Lagian ... Siapa juga yang mau sama cewek bekas," cela Arina merendahkan sepupu tirinya lagi."Ughhh ...."Gadis itu berjalan semakin mendekat. Saat itu juga, tanpa mereka berdua sadari, datanglah segerombolan orang."Berhenti di situ!" Suara tegas dan dingin itu terdengar dari arah pintu masuk.Xavier datang tepat waktu. Pria itu pun berlari menerjang Arina dan berhasil menjauhkannya dari Kasih yang masih terikat."Argh!" Arina memekik kesakitan saat tubuhnya yang lebih kecil didorong dengan kuat. Lalu datanglah beberapa orang lagi yang mulai menangkapnya."Lepas!" teriaknya mencoba melepaskan diri.Sementara Xavier berhasil melepaskan istrinya dan segera menggendong wanita itu dengan kedua tangannya."Bawa dia dan kita akan memberikan hukuman yang setim
"Tahan Nona Kasih dan mintalah orang di rumah untuk membawakan mobil lain ...." pinta sang sopriypribadi Xavier. Dari suaranya terdengar ia sedang kesakitan."A-apa?! Jadi yang barusan ...." gumam sang bodyguard mulai panik. "Sial!" umpatnya."Selamatkan Nona Kasih ...." ucap sang sopir lagi."Baiklah. Kamu juga bertahanlah dan minta bantuan yang lain. Aku akan segera menghubungi yang lainnya untuk mencari mobil itu dan menyelamatkan Nona!" serunya.Setelah mendapatkan laporan tersebut, mereka segera mencari keberadaan mobil sang Nona Muda. Laporan pun terdengar sampai ke telinga Xavier dengan cepat."Berengsek! Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang melukai istriku! Segera tangkap orang itu!" titah Xavier dengan amarah yang memuncak.Pria tampan itu segera bangkit dari tempat duduknya untuk ikut mencari keberadaan Kasih. Beberapa anak buahnya pun dikerahkan untuk mencari keberadaan mobil yang ditugaskan untuk menjemput sang istri."Sialan! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti i
"Sisi, ini hari terakhir kamu ujian, kan?" tanya Xavier saat dia dan Kasih sedang bersiap di dalam kamar."Iya. Kenapa?" tanya wanita itu sembari mengepang rambutnya yang panjang dan hitam.Xavier berjalan mendekat. Pria itu kemudian berlutut di samping sang istri yang sedang duduk di depan meja rias."Nanti malam kita makan di restoran biasa, ya?" ajak pria itu dengan senyuman lembut yang memesona.Kasih segera memasang pita merah muda di ujung rambutnya. Wanita itu pun tersenyum tak kalah manis. "Iya.""Bagus." Xavier meraih tangan sang istri dan menempelkannya pada salah satu pipi. Diciumnya telapak tangan yang halus itu dengan lembut."Xavi ... Kamu kebiasaan, deh," protes Kasih merasa geli. Ada rasa basah di telapak tangannya."Memangnya kenapa? Aku hanya melakukan ini denganmu," sahut Xavier yang kemudian mencium punggung tangan istrinya."Dasar, Om!" ejek wanita itu.Salah satu alis Xavier terangkat. "Apa maksudmu meledekku lagi, ha? Apa kamu sengaja mau dihukum pagi ini dan ng
"Tapi harganya ...." gumam Kasih, tak bisa berhenti memikirkan harga perhiasan yang baru saja diberikan suaminya. Dia merasa takut karena perhiasan itu terlalu mahal baginya.Xavier hanya terkekeh melihat reaksi istri kecilnya yang terlihat begitu lucu dalam kebingungan. "Jangan khawatir, Sayang," ujarnya dengan lembut. "Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan membelikanmu kalung dan anting ini. Lagi pula, perhiasan ini sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding jasamu yang telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali."Terbayanglah dalam benak Kasih saat ia memberanikan diri menolong Xavier dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Serta saat ia dengan nekat merebut racun pada minuman Xavier dan meneguknya."Tapi aku ikhlas melakukannya ...." sahut Kasih. Dia tak suka jika suaminya hanya berbuat baik karena ingin membalas budi saja."Iya, aku mengerti. Jadi jangan sungkan, Sisi. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau. Aku pasti akan menurutinya," ucap Xavier sembari memeluk Kasih