Langkah panjang Xavier memasuki ruang rapat. Semua orang langsung fokus menatap kehadirannya. Atmosfer seketika berubah dari tenang menjadi menegangkan secara tiba-tiba.'Bagaimana dia bisa sampai di sini? Bukankah mereka sudah membereskannya?' geram Jeremy dalam hati. Namun pria itu harus tetap bersikap tenang di hadapan orang penting."Pak Xavier," sapa perwakilan dari investor yang mengenali sang direktur.Xavier tersenyum tipis. Lalu Kasih dengan sigap menarik kursi untuknya."Terima kasih," ucap Xavier sebelum duduk dan pria itu juga menarikkan kursi untuk istrinya. Sementara Johan kini duduk di sisi lain sang bos."Selamat pagi, Pak Xavier," sapa pria tersebut dengan ramah. Sementara telihat jelas tiga orang lainnya tengah kaget karena kehadiran sang direktur secara tiba-tiba. Bahkan tak terlihat bahwa direktur itu amnesia."Pagi, Pak Gerald," jawab Xavier dengan senyuman tipisnya."Senang bertemu dengan Anda, Pak. Perwakilan Anda juga sangat baik dalam menyambut saya," ucap Ger
Kembalinya sang direktur yang dikabarkan dengan berita miring kini membuat para petinggi perusahaan mulai khawatir. Pasalnya ada Johan, seorang asisten yang kompeten dan bisa diandalkan kembali dengan membawa kabar baik.Pasangan atasan dan bawahan itu merupakan pasangan yang ditakuti. Lalu di antara mereka ada Kasih, istri kecil sang direktur yang menjadi penasihat bagi Xavier."Jadi ... Kapan kita akan mengunjungi Kakek?" tanya Kasih.Xavier menggerak-gerakkan bibirnya dengan tingkah yang lucu. "Emmm. Xavi pengen ketemu Kakek, tapi kan masalah ini belum selesai," jawabnya.Kasih menghela napas. "Apa kamu nggak kangen sama Kakek? Kemarin kan katanya mau ketemu Kakek.""Iya, sih. Cuma di sana pasti ada Jerry. Kan Jerry jahat. Apa lagi kita nggak tahu Kakek dirawat di mana ...." cicit Xavier dengan bibir mengerucut.Kasih memeluk suaminya. Ia sadar pria itu pasti terpukul karena kakak sepupunya yang diduga sengaja ingin mencelakai dirinya."Sabar, Xavi. Kita akan segera menangkap penja
Kasih dan Xavier segera bergegas menuju rumah sakit untuk menemui Johan yang sedang dirawat. Detak jantung Kasih semakin kencang seiring langkahnya mendekati ruang rawat Johan. Bagaimana tidak? Pria itu merupakan satu-satunya orang yang bisa dia andalkan untuk membantunya dan Xavier.'Semoga Kak Johan baik-baik saja,' batin Kasih khawatir.Ketika sampai di kamar Johan, mereka menemukan bahwa pria itu masih belum sadar dari obat bius. Mereka pun menemui seorang dokter yang menanganinya."Dok, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Kak Johan bisa kecelakaan?" tanya Kasih dengan nada khawatir. Tatapan matanya begitu kalut."Begini, setelah kita periksa lebih lanjut, Johan ternyata bukan korban kecelakaan lalu lintas, Nona." Sang dokter mulai menjawab sembari menatap dua orang di hadapannya."Lalu kenapa, Dok?" tanya Kasih ingin tahu. Pasalnya mereka dihubungi pihak rumah sakit dengan alasan Johan yang kecelakaan."Begini." Sang dokter menarik napas dalam-dalam. "Pak Johan waktu saya periksa
Kasih menatap suami bocahnya yang terlihat mulai mengantuk dalam pelukannya. Pria itu lagi-lagi meminta menyusu padanya."Tidurlah, Xavi," ucap Kasih dengan lembut. Dalam hati gadis itu juga mengkhawatirkan keadaan kakek mertuanya. Bagaimana pun juga, ia ingin mengetahui di mana keberadaan sang kakek mertua. Kasih takut jika Kakek Wibowo juga celaka.Karena Johan harus mendapatkan perawatan akibat luka tusuknya, Kasih mulai bingung menyerahkan benda titipan Sintia."Sisi kenapa?" tanya Xavier sembari mendongak menatap wajah cemas sang istri.Kasih tersenyum kemudian mengusap-usap rambut Xavier. "Aku nggak papa. Tidurlah, Xavi.""Kalau Sisi khawatir soal Jerry, tenang saja. Jo sudah mengutus orang untuk menyelidikinya," papar Xavier. Seolah pria itu tahu kegelisahan sang istri.Kasih menatap wajah polos suaminya. "Baiklah. Semoga saja jika benar Kak Jeremy dalang di balik semua ini, kita bisa segera menangkapnya.""Hm. Itu pasti."*Tanpa Kasih sadari, Xavier dan Johan sudah memerintah
Berkat rekaman video dari Sintia, Johan dan anak buahnya dapat memproses kejahatan Jeremy. Kini mereka semakin serius untuk menangkap Jeremy beserta mengungkap kejahatannya."Dia adalah salah satu anak buah Pak Jeremy. Dia mengaku pernah memberikan racun pada Anda, Tuan," ucap Johan sembari menunjuk pada seorang wanita berusia tiga puluh tahunan.Kasih mengamati wajah wanita tersebut. Lalu gadis itu menunjuk tepat di wajahnya. "Kamu kan yang di restoran itu! Jadi kamu orang suruhannya Kak Jeremy?!"Wanita itu memilih diam. Lalu Xavier menatap tajam ke arahnya."Jawab! Gara-gara kamu Sisi kesakitan!" sentak pria itu mengagetkan orang-orang yang bersamanya, termasuk Kasih."Ah. Sisi ... Kamu nggak papa, kan?" tanya pria tampan itu kemudian sembari menatap wajah istri kecilnya.Kasih menggeleng pelan. "Aku nggak papa, Xavi ....""Huh! Untung saja Sisi selamat. Asal kamu tahu, Sisi sudah menyelamatkan aku ... dua kali!" seru Xavier sembari menunjukkan kedua jarinya."Sekarang jawablah den
"Jadi, ceritakan pada Kakek apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Wibowo sembari menatap cucu dan cucu menantunya yang kini menemani dirinya.Keadaan pria tua itu berangsur-angsur mulai membaik dan ceria. Apa lagi ketakutannya akan pengkhianatan sang cucu menantu ternyata tak terbukti. Kini mereka bertiga sedang menunggu barang-barang Wibowo dikemas sebelum kembali ke negara asal mereka.Kasih tersenyum saat mendengar pertanyaan dari pria tua itu. Dia menoleh menatap suaminya lebih dulu. Lalu Xavier mengangguk, memberikan izin pada istrinya untuk bercerita."Sebenarnya ... Ada banyak hal yang ingin Kasih sampaikan ke Kakek. Tapi ... Kasih akan menyampaikan sebagiannya dulu. Yang pasti, kami sudah mengetahui pelaku yang dengan sengaja membuat Xavier dan Kak Johan celaka," papar gadis cantik itu."Begitu, ya? Ceritakan pada Kakek. Yang terpenting adalah bahwa kamu benar-benar gadis yang baik, Kasih ...." ucap Wibowo sembari tersenyum lembut pada gadis cantik itu.Xavier tiba-tiba memeluk
Kasih buru-buru menarik suaminya menjauh dari Jeremy. Ia tatap tajam pria tampan namun penuh tatapan sendu itu. Wajah ramah dan pesona Jeremy ternyata hanya menutupi sifat buruknya yang sebenarnya.Dalam hati, Kasih bergumam, 'Ternyata, wajah yang terlihat ramah saja tidaklah cukup untuk menjamin kebaikan sifat seseorang.'Jeremy kemudian melontarkan kata-kata yang penuh penghinaan, "Kamu terlalu posesif, Gadis Bodoh. Tapi suatu saat kamu pasti akan kecewa padanya." Pria itu menatap Kasih dengan ekspresi meremehkan yang menusuk hati.Mendengar penghinaan tersebut, Kasih menggenggam tangan suaminya dengan erat."Jangan banyak bicara. Cepat jalan!" ucap seorang petugas sembari mendorong tubuh Jeremy.Di tempat yang tak jauh dari sana, Haris menatap penuh amarah ke arah keponakannya yang baru saja membuat putranya harus mendekam di dalam jeruji besi.Sementara itu, ibu kandung Jeremy pun tidak dapat menahan air mata yang menetes begitu saja saat mendengar berita bahwa putranya harus beru
Suara yang barusan Kasih dengar adalah suara Xavier. Namun, gadis itu merasa ada yang berbeda dari suara suami bocahnya yang manja dan polos. Suara yang menyebut namanya itu terdengar lebih dewasa dan tegas.'Apa itu? Apakah itu benar-benar suara Xavi?' gumam gadis itu bertanya-tanya dalam hati."Baiklah kalau begitu. Saya akan menyelesaikannya untuk Anda, Tuan. Silakan pulang untuk menemui Nona Kasih," sahut Johan. Kasih bersiap saat mendengar suara Johan. Jadi memang benar yang baru saja berbicara adalah suami bocahnya."Oh iya. Besok hari Sabtu, aku ingin liburan dua hari dan mengajak Kasih bersamaku. Jadi, mumpung kantor belum terlalu sibuk, aku ingin menenangkan diri bersamanya," ucap Xavier kemudian. Kasih kali ini lamat-lamat mendengarnya. Dia yakin Xavier menjauh dari pintu menuju ke jendela kaca."Baik, Tuan. Saya akan memerintahkan orang untuk membantu Tuan dan Nona liburan," sahut Johan dengan sopan."Bagus. Sekarang kamu boleh pergi. Dan ... Terima kasih," ucap Xavier sem
"Sayang ...." Sapaan lembut itu menyadarkan Kasih dari lamunannya. Wanita itu pun menoleh dan mendapati sang suami yang sudah kembali."Ah, Xavi ...." sahut Kasih yang terlihat gugup."Ada apa?" tanya pria itu.Xavier kembali duduk di samping Kasih, ia menaikkan sebelah alisnya, saat menyadari ada yang aneh dengan istrinya. Namun, Kasih hanya tersenyum."Ada apa? Apakah ada yang mengganggumu? Katakan siapa dan bagaimana orangnya?" tanya Xavier sembari meraih tangan Kasih dan menggenggamnya dengan lembut.Kasih menggeleng. "Nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada yang menggangguku juga," jawabnya sembari tersenyum lagi."Benarkah?""Iya, Xavi. Sudahlah sebaiknya kamu makan dulu," ucap Kasih sembari menunjuk piring suaminya yang masih penuh."Baiklah kalau kamu bilang begitu." Xavier menurut dan segera menyantap makanannya.Sementara itu, di dalam hati Kasih ingin menanyakan sejuta pertanyaan mengenai hubungan Xavier dan Erika sebelumnya. Ia menikah dengan Xavier karena perjanjian dan berlanj
Seorang wanita cantik yang seusia dengan Xavier tersenyum ramah. Wanita itu menatap Xavier dan juga wanita cantik bertubuh mungil yang menggandeng tangan direktur Zeen Corporation."Erika," sahut Xavier dengan ekspresi datarnya yang khas. Memang senyumannya khusus diberikan pada Kasih saja.Kasih pun mengangguk sopan untuk menyapa. Gerakannya sungguh terlihat anggun. Erika kemudian memerhatikan wanita cantik yang tampak masih begitu muda."Selamat datang, kamu pasti istrinya Xavier," ucap Erika ramah."Iya ...." jawab Kasih sembari tersenyum manis.Erika membalas senyuman Kasih. Lalu wanita itu mengulurkan tangan kanannya. "Aku Erika, dulu aku temannya suamimu," ucapnya ramah.Kasih menyambut uluran tangan tersebut. "Saya Kasih," ucapnya."Nama yang bagus. Kamu benar-benar pintar memilih istri, Xavier. Tapi kenapa kalian nggak mengadakan pesta?" tanya Erika yang kemudian menarik tangannya kembali."Ah ... Itu ...." Kasih bingung memberikan jawabannya."Kami hanya mengadakan intimate w
Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put
Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d
Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya
Kasih mencoba melepaskan ikatannya. Sejak tadi ia tidak melawan karena takut pada keadaan kehamilannya. Namun ternyata Arina memilih nekat."Jangan macam-macam!" seru Kasih."Kenapa? Kamu takut? Nyatanya suami kamu nggak dateng, tuh. Lagian ... Siapa juga yang mau sama cewek bekas," cela Arina merendahkan sepupu tirinya lagi."Ughhh ...."Gadis itu berjalan semakin mendekat. Saat itu juga, tanpa mereka berdua sadari, datanglah segerombolan orang."Berhenti di situ!" Suara tegas dan dingin itu terdengar dari arah pintu masuk.Xavier datang tepat waktu. Pria itu pun berlari menerjang Arina dan berhasil menjauhkannya dari Kasih yang masih terikat."Argh!" Arina memekik kesakitan saat tubuhnya yang lebih kecil didorong dengan kuat. Lalu datanglah beberapa orang lagi yang mulai menangkapnya."Lepas!" teriaknya mencoba melepaskan diri.Sementara Xavier berhasil melepaskan istrinya dan segera menggendong wanita itu dengan kedua tangannya."Bawa dia dan kita akan memberikan hukuman yang setim
"Tahan Nona Kasih dan mintalah orang di rumah untuk membawakan mobil lain ...." pinta sang sopriypribadi Xavier. Dari suaranya terdengar ia sedang kesakitan."A-apa?! Jadi yang barusan ...." gumam sang bodyguard mulai panik. "Sial!" umpatnya."Selamatkan Nona Kasih ...." ucap sang sopir lagi."Baiklah. Kamu juga bertahanlah dan minta bantuan yang lain. Aku akan segera menghubungi yang lainnya untuk mencari mobil itu dan menyelamatkan Nona!" serunya.Setelah mendapatkan laporan tersebut, mereka segera mencari keberadaan mobil sang Nona Muda. Laporan pun terdengar sampai ke telinga Xavier dengan cepat."Berengsek! Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang melukai istriku! Segera tangkap orang itu!" titah Xavier dengan amarah yang memuncak.Pria tampan itu segera bangkit dari tempat duduknya untuk ikut mencari keberadaan Kasih. Beberapa anak buahnya pun dikerahkan untuk mencari keberadaan mobil yang ditugaskan untuk menjemput sang istri."Sialan! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti i
"Sisi, ini hari terakhir kamu ujian, kan?" tanya Xavier saat dia dan Kasih sedang bersiap di dalam kamar."Iya. Kenapa?" tanya wanita itu sembari mengepang rambutnya yang panjang dan hitam.Xavier berjalan mendekat. Pria itu kemudian berlutut di samping sang istri yang sedang duduk di depan meja rias."Nanti malam kita makan di restoran biasa, ya?" ajak pria itu dengan senyuman lembut yang memesona.Kasih segera memasang pita merah muda di ujung rambutnya. Wanita itu pun tersenyum tak kalah manis. "Iya.""Bagus." Xavier meraih tangan sang istri dan menempelkannya pada salah satu pipi. Diciumnya telapak tangan yang halus itu dengan lembut."Xavi ... Kamu kebiasaan, deh," protes Kasih merasa geli. Ada rasa basah di telapak tangannya."Memangnya kenapa? Aku hanya melakukan ini denganmu," sahut Xavier yang kemudian mencium punggung tangan istrinya."Dasar, Om!" ejek wanita itu.Salah satu alis Xavier terangkat. "Apa maksudmu meledekku lagi, ha? Apa kamu sengaja mau dihukum pagi ini dan ng
"Tapi harganya ...." gumam Kasih, tak bisa berhenti memikirkan harga perhiasan yang baru saja diberikan suaminya. Dia merasa takut karena perhiasan itu terlalu mahal baginya.Xavier hanya terkekeh melihat reaksi istri kecilnya yang terlihat begitu lucu dalam kebingungan. "Jangan khawatir, Sayang," ujarnya dengan lembut. "Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan membelikanmu kalung dan anting ini. Lagi pula, perhiasan ini sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding jasamu yang telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali."Terbayanglah dalam benak Kasih saat ia memberanikan diri menolong Xavier dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Serta saat ia dengan nekat merebut racun pada minuman Xavier dan meneguknya."Tapi aku ikhlas melakukannya ...." sahut Kasih. Dia tak suka jika suaminya hanya berbuat baik karena ingin membalas budi saja."Iya, aku mengerti. Jadi jangan sungkan, Sisi. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau. Aku pasti akan menurutinya," ucap Xavier sembari memeluk Kasih