Suara yang barusan Kasih dengar adalah suara Xavier. Namun, gadis itu merasa ada yang berbeda dari suara suami bocahnya yang manja dan polos. Suara yang menyebut namanya itu terdengar lebih dewasa dan tegas.'Apa itu? Apakah itu benar-benar suara Xavi?' gumam gadis itu bertanya-tanya dalam hati."Baiklah kalau begitu. Saya akan menyelesaikannya untuk Anda, Tuan. Silakan pulang untuk menemui Nona Kasih," sahut Johan. Kasih bersiap saat mendengar suara Johan. Jadi memang benar yang baru saja berbicara adalah suami bocahnya."Oh iya. Besok hari Sabtu, aku ingin liburan dua hari dan mengajak Kasih bersamaku. Jadi, mumpung kantor belum terlalu sibuk, aku ingin menenangkan diri bersamanya," ucap Xavier kemudian. Kasih kali ini lamat-lamat mendengarnya. Dia yakin Xavier menjauh dari pintu menuju ke jendela kaca."Baik, Tuan. Saya akan memerintahkan orang untuk membantu Tuan dan Nona liburan," sahut Johan dengan sopan."Bagus. Sekarang kamu boleh pergi. Dan ... Terima kasih," ucap Xavier sem
Pagi hari di hari berikutnya, Kasih dan Xavier langsung melaksanakan perjalanan mereka menuju ke sebuah tempat yang telah direncanakan. Mereka berdua akan berlibur satu hari satu malam setelah masalah dengan Jeremy selesai."Jadi, kita mau ke mana, Xavi?" tanya Kasih penasaran. Pasalnya ia tadi harus mengepak pakaian ganti satu koper kecil dengan Xavier. Dan Xavier tak mau memberi tahu ke mana tujuan mereka pergi.Pria tampan dan gagah itu hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari istrinya."Jawablah, Xavi. Kita mau liburan ke mana?" tanya gadis itu mendesak suaminya agar bicara jujur.Xavier hanya cengengesan. "Rahasia!""Ih ...."Mobil pun terus melaju, sementara Kasih belum juga diberi tahu tujuan mereka. Mobil menjauh dari pusat kota menuju ke tempat yang cukup jauh. Hingga kurang lebih satu jam kemudian, mereka tiba di sebuah hotel di tepi pantai."Jadi kita mau nginep di hotel?" tanya Kasih sembari menatap suaminya yang kini menggenggam tangannya dengan lembut.Pria itu membalas
Tatapan gadis itu begitu sendu. Kasih ingin mengakui bahwa ia sudah tidak perawan lagi. Namun rasa takut kembali menyelinap dalam benaknya, rasa takut akan ditinggalkan."Kenapa Sisi diam saja? Apa Sisi beneran sakit?" Xavier meletakkan punggung tangannya pada kening Kasih, tengah memeriksa suhu gadis itu.Kasih menggeleng pelan kemudian menggenggam tangan besar itu. "Aku nggak papa, kok ...."Mengungkapkan keadaan seperti ini tidaklah mudah, apa lagi pada suami bocahnya yang mungkin tidak akan langsung paham. Saat rasa khawatir dan cemas terus menghantui pikiran Kasih, di satu sisi lain hatinya juga ingin jujur dan terbuka pada suaminya.Kini, di hadapan pria polos yang begitu menyayanginya, kasih merasa tak tahan lagi untuk menyimpan rahasia ini lebih lama.'Aku harus memberi tahu Xavi. Aku juga harus menjelaskannya jika dia nggak paham. Setidaknya dia adalah suami sahku dan kami akan segera berpisah setelah dia mendapatkan ingatannya kembali ....' tekad gadis itu dalam hati."Xavi
Kasih merasa cemburu ketika melihat dua wanita dengan bikini seksi duduk di sebelah suaminya yang polos. Bahkan keduanya mulai menyentuh Xavier. Dan pria tampan dengan kaos hitam pendek itu menatap ke arah istrinya yang datang dengan raut emosi. Xavier malah memasang senyuman ke arah Kasih. Sementara gadis itu kini sudah berdiri di hadapan mereka bertiga. "Apa yang kalian lakukan?" tanya gadis itu dengan kedua alis saling bertaut. Kedua wanita penggoda itu menatap gadis cantik dengan kaos merah muda dan celana panjang. Lalu jangan lupakan dua es krim di kedua tangannya. "Siapa kamu?" Salah satu wanita dengan bikini warna merah menatap tajam ke arah Kasih. "Justru kamu yang siapa?" Kasih mencoba memberanikan diri. Ia tentu saja tak mau suaminya diganggu. "Cih. Pergilah, jelek!" usir wanita yang satunya. Kasih menaikkan kedua alisnya. Jika dilihat, tubuh kedua wanita itu memang benar-benar seksi dan ... montok. Namun Kasih harus segera mengusir dan menjauhkan mereka dari su
Xavier diam saat mendengar pengakuan dari istri kecilnya. Hal ini membuat Kasih kembali gelisah. Gadis itu bahkan menggigit bibir bawahnya."Maaf, Xavi. Jika kamu nggak mengerti, aku akan menjelaskannya ... Sebelumnya aku pernah berhubungan dengan seorang pria, tapi ... Aku sama sekali tak mencintainya. Aku ... Aku bahkan tak mengenal pria itu. Aku dijebak, Xavi ...." ungkap Kasih dengan perasaan campur aduk. Dia bahkan memilih menunduk untuk menghindar dari tatapan polos suaminya.Suasana benar-benar berubah menjadi sunyi. Xavier yang tak langsung memberikan respon membuat perasaan bersalah Kasih semakin besar. Gadis itu pun menunduk dalam-dalam."Maafkan aku karena membuatmu kecewa, Xavi ... Maaf ... Kamu boleh membenciku seumur hidupmu," ucap Kasih dengan air mata yang mulai terjatuh. Terdengar embusan napas pelan. Lalu Kasih merasakan sentuhan lembut dan hangat di kedua bahunya. Gadis itu memberanikan diri untuk mendongak saat ia merasakan sentuhan suaminya.Tanpa diduga, Xavier
"Ka-kamu ...." Kasih menatap tak percaya pada wajah tampan suaminya."Bagaimana kamu tahu hal seperti itu?" tanya Kasih lagi. Terlihat jelas bahwa gadis itu merasa malu sendiri.Xavier hanya tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang rapi. "Hehehe ...."Gadis itu mulai curiga. Dia tatap lekat-lekat wajah Xavier yang telihat polos itu. Kedua tangannya kemudian menangkup wajah tampan Xavier."Kamu nggak belajar yang aneh-aneh lagi, kan?" tanya Kasih."Enggak, kok. Kan Xavi cuma pengen jadi suami yang baik. Termasuk memberikan nafkah batin ke istri, yaitu Sisi!" jelasnya terlihat senang.Kasih mempercayai ucapan suaminya. Saat mereka sedang menikmati waktu kebersamaan, langit sudah semakin gelap di luar sana. Menambah suasana menjadi semakin romantis."Jadi, Sisi jangan menolaknya. Xavi hanya ingin berbulan madu seperti pasangan suami istri normal. Malam ini Xavi nggak mau kalau hanya menyusu saja," adunya terlihat menggemaskan.Kasih hanya diam. Dia sudah cukup malu untuk mendengark
Cahaya mentari menerobos malu-malu melewati celah-celah tirai putih. Seorang gadis cantik yang masih muda mulai menggeliatkan tubuhnya secara perlahan. Namun gerakannya terpaksa terhenti karena merasakan adanya kekangan di tubuhnya."Eummmhhh," lenguhnya pelan.Saat Kasih membuka kedua matanya, ia dapati wajah tampan suaminya yang begitu tampan tengah menatapnya. Pria itu tersenyum lalu mengeratkan pelukannya."Selamat pagi, Sisi," sapa Xavier dengan lembut.Wajah Kasih langsung merona merah. Ia kembali teringat dengan aktivitas panasnya malam tadi bersama suami bocahnya."Ahh. Eummm." Gadis itu hanya bergumam karena malu. Ia memilih menyembunyikan wajahnya dari hadapan Xavier."Kenapa, Sisi? Apakah Xavi jelek?" tanya pria itu sembari meraih tangan sang istri.Xavier mendekatkan wajahnya tepat di hadapan wajah Kasih. Membuat gadis dalam dekapannya itu semakin malu.'Apa dia nggak merasa malu setelah malam tadi? Sungguh menyebalkan,' rutuk Kasih dalam hati.SrukXavier tiba-tiba menemp
Pagi itu Xavier kembali meneguk manisnya madu. Di dalam kamar mandi, dirinya terus menggagahi istri kecilnya. Kasih pun memasrahkan dirinya pada sang suami. Baginya ia ingin melayani Xavier sepenuh hati sebelum pria itu mendapatkan ingatannya kembali."Ahhh, Xavi ...." Kasih mendesah saat Xavier menjamahnya dengan penuh gairah. "Ahhh." Pria tampan itu menyahut dengan desahan.Di saat seperti ini, Xavier sama sekali tak terlihat seperti bocah. Justru pria itu terlihat seperti pria dewasa yang sehat dan normal. Bahkan ia juga bisa memanjakan wanitanya dengan lembut. Sehingga membuat Kasih tidak takut saat bercinta dengannya."Xavi ...." Lagi-lagi Kasih memanggil nama suaminya ketika pria itu membalikkan tubuhnya sehingga membelakangi Xavier. Pria itu pun memeluknya dari belakang dan mulai menyatukan tubuh mereka. Gerakan Xavier seirama dengan tubuh Kasih yang bergerak maju mundur. Pria itu memeluk serta mencium bibir mungil Kasih yang terus mendesahkan namanya."Kamu cantik sekali ...
"Sayang ...." Sapaan lembut itu menyadarkan Kasih dari lamunannya. Wanita itu pun menoleh dan mendapati sang suami yang sudah kembali."Ah, Xavi ...." sahut Kasih yang terlihat gugup."Ada apa?" tanya pria itu.Xavier kembali duduk di samping Kasih, ia menaikkan sebelah alisnya, saat menyadari ada yang aneh dengan istrinya. Namun, Kasih hanya tersenyum."Ada apa? Apakah ada yang mengganggumu? Katakan siapa dan bagaimana orangnya?" tanya Xavier sembari meraih tangan Kasih dan menggenggamnya dengan lembut.Kasih menggeleng. "Nggak ada apa-apa, kok. Nggak ada yang menggangguku juga," jawabnya sembari tersenyum lagi."Benarkah?""Iya, Xavi. Sudahlah sebaiknya kamu makan dulu," ucap Kasih sembari menunjuk piring suaminya yang masih penuh."Baiklah kalau kamu bilang begitu." Xavier menurut dan segera menyantap makanannya.Sementara itu, di dalam hati Kasih ingin menanyakan sejuta pertanyaan mengenai hubungan Xavier dan Erika sebelumnya. Ia menikah dengan Xavier karena perjanjian dan berlanj
Seorang wanita cantik yang seusia dengan Xavier tersenyum ramah. Wanita itu menatap Xavier dan juga wanita cantik bertubuh mungil yang menggandeng tangan direktur Zeen Corporation."Erika," sahut Xavier dengan ekspresi datarnya yang khas. Memang senyumannya khusus diberikan pada Kasih saja.Kasih pun mengangguk sopan untuk menyapa. Gerakannya sungguh terlihat anggun. Erika kemudian memerhatikan wanita cantik yang tampak masih begitu muda."Selamat datang, kamu pasti istrinya Xavier," ucap Erika ramah."Iya ...." jawab Kasih sembari tersenyum manis.Erika membalas senyuman Kasih. Lalu wanita itu mengulurkan tangan kanannya. "Aku Erika, dulu aku temannya suamimu," ucapnya ramah.Kasih menyambut uluran tangan tersebut. "Saya Kasih," ucapnya."Nama yang bagus. Kamu benar-benar pintar memilih istri, Xavier. Tapi kenapa kalian nggak mengadakan pesta?" tanya Erika yang kemudian menarik tangannya kembali."Ah ... Itu ...." Kasih bingung memberikan jawabannya."Kami hanya mengadakan intimate w
Beberapa hari telah berlalu. Di kediaman Xavier dan Kasih sudah mulai kembali tenang. Kali ini Xavier tak akan membiarkan siapa pun menyentuh keluarganya."Kakek dengar kamu diculik, Kasih. Bagaimana keadaanmu?" tanya Wibowo di sela-sela makan malam yang diadakan di kediaman Xavier."Aku baik-baik saja, Kek," sahut Kasih sembari tersenyum."Benarkah?""Iya. Kakek jangan khawatir. Xavi selalu menjagaku dengan baik. Bahkan pelakunya sudah ditangkap," jawab wanita cantik itu."Syukurlah kalau begitu." Wibowo terlihat lega mendengarnya. Pria itu kemudian menatap sang cucu."Kakek tidak perlu khawatir. Orang-orang yang telah berani menyentuh Kasih sudah berada di tempat yang benar," ujarnya dengan tatapan tegasnya.Wibowo mengangguk. "Kakek percaya padamu, Xavier. Kamu ternyata benar-benar mirip dengan ayahmu. Sampai akhir hayat pun William melindungi ibumu dengan baik. Meski akhirnya takdir berkata lain dan Tuhan mempersatukan mereka di tempat yang baru," paparnya teringat dengan sang put
Xavier pulang dari kantornya dengan ekspresi lesu. Pria itu langsung mencari sang istri yang tengah duduk di taman belakang, menikmati suasana sore yang indah."Sayang," panggil Xavier yang berjalan mendekati istrinya."Ah ... Xavi ...." sahut Kasih dengan senyuman cerah yang langsung menghangatkan hati sang pria dingin."Aku mencarimu, ternyata kamu di sini," ucap pria tampan itu yang kemudian duduk di sebelah Kasih."Aku hanya sedang menikmati waktu senggang ku, Xavi. Dan kamu sudah mandi?""Kenapa? Apa kamu mau memandikanku?" goda Xavier. Pria itu kemudian memeluk dan mencium pipi Kasih dengan lembut."Haha. Kamu kan sudah besar, Xavi.""Iya, iya. Aku sudah besar. Dan sebentar lagi aku akan memiliki anak denganmu," bisiknya sembari mengusap lembut perut Kasih yang terasa semakin membesar."Iya. Semoga anak kita sehat, ya, Xavi?""Aamiin."Kasih menoleh menatap wajah suaminya. "Tapi sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa wajahmu terlihat murung?" tanyanya sembari mengusap pipi Xavier d
Kejadian penculikan tersebut membuat Xavier semakin posesif pada istrinya. Pria itu kini meminta orang kepercayaannya untuk mengawasi Kasih di mana pun wanita itu berada."Pokoknya jangan sampai kalian mengalihkan perhatian kalian dari istriku! Kalian harus bisa melindunginya! Aku juga sudah membayar kalian untuk bekerja dengan benar!" tegas Xavier sebelum pria itu memasuki mobilnya."Baik, Tuan," jawab dua orang bodyguard yang diberi tugas dengan patuh."Xavi ... Apakah masih lama?" tanya Kasih yang sudah duduk menunggu di dalam mobil."Ah. Tidak. Aku segera ke sana," ucap Xavier. Lalu pria itu kembali menatap kedua bodyguard-nya. "Dan satu hal lagi. Tangkap orang yang bekerja sama dengan perempuan kurang ajar itu!""Baik, Tuan."Setelah mendengar jawaban dari dua bodyguard-nya, Xavier segera masuk ke dalam mobil. Pria itu akan memastikan istrinya baik-baik saja saat tiba di kampus. Untuk sementara, Xavier masih mencari keberadaan pelaku lain di balik penculikan istrinya. Setidaknya
Kasih mencoba melepaskan ikatannya. Sejak tadi ia tidak melawan karena takut pada keadaan kehamilannya. Namun ternyata Arina memilih nekat."Jangan macam-macam!" seru Kasih."Kenapa? Kamu takut? Nyatanya suami kamu nggak dateng, tuh. Lagian ... Siapa juga yang mau sama cewek bekas," cela Arina merendahkan sepupu tirinya lagi."Ughhh ...."Gadis itu berjalan semakin mendekat. Saat itu juga, tanpa mereka berdua sadari, datanglah segerombolan orang."Berhenti di situ!" Suara tegas dan dingin itu terdengar dari arah pintu masuk.Xavier datang tepat waktu. Pria itu pun berlari menerjang Arina dan berhasil menjauhkannya dari Kasih yang masih terikat."Argh!" Arina memekik kesakitan saat tubuhnya yang lebih kecil didorong dengan kuat. Lalu datanglah beberapa orang lagi yang mulai menangkapnya."Lepas!" teriaknya mencoba melepaskan diri.Sementara Xavier berhasil melepaskan istrinya dan segera menggendong wanita itu dengan kedua tangannya."Bawa dia dan kita akan memberikan hukuman yang setim
"Tahan Nona Kasih dan mintalah orang di rumah untuk membawakan mobil lain ...." pinta sang sopriypribadi Xavier. Dari suaranya terdengar ia sedang kesakitan."A-apa?! Jadi yang barusan ...." gumam sang bodyguard mulai panik. "Sial!" umpatnya."Selamatkan Nona Kasih ...." ucap sang sopir lagi."Baiklah. Kamu juga bertahanlah dan minta bantuan yang lain. Aku akan segera menghubungi yang lainnya untuk mencari mobil itu dan menyelamatkan Nona!" serunya.Setelah mendapatkan laporan tersebut, mereka segera mencari keberadaan mobil sang Nona Muda. Laporan pun terdengar sampai ke telinga Xavier dengan cepat."Berengsek! Aku tidak akan mengampuni siapa pun yang melukai istriku! Segera tangkap orang itu!" titah Xavier dengan amarah yang memuncak.Pria tampan itu segera bangkit dari tempat duduknya untuk ikut mencari keberadaan Kasih. Beberapa anak buahnya pun dikerahkan untuk mencari keberadaan mobil yang ditugaskan untuk menjemput sang istri."Sialan! Bagaimana bisa kalian kecolongan seperti i
"Sisi, ini hari terakhir kamu ujian, kan?" tanya Xavier saat dia dan Kasih sedang bersiap di dalam kamar."Iya. Kenapa?" tanya wanita itu sembari mengepang rambutnya yang panjang dan hitam.Xavier berjalan mendekat. Pria itu kemudian berlutut di samping sang istri yang sedang duduk di depan meja rias."Nanti malam kita makan di restoran biasa, ya?" ajak pria itu dengan senyuman lembut yang memesona.Kasih segera memasang pita merah muda di ujung rambutnya. Wanita itu pun tersenyum tak kalah manis. "Iya.""Bagus." Xavier meraih tangan sang istri dan menempelkannya pada salah satu pipi. Diciumnya telapak tangan yang halus itu dengan lembut."Xavi ... Kamu kebiasaan, deh," protes Kasih merasa geli. Ada rasa basah di telapak tangannya."Memangnya kenapa? Aku hanya melakukan ini denganmu," sahut Xavier yang kemudian mencium punggung tangan istrinya."Dasar, Om!" ejek wanita itu.Salah satu alis Xavier terangkat. "Apa maksudmu meledekku lagi, ha? Apa kamu sengaja mau dihukum pagi ini dan ng
"Tapi harganya ...." gumam Kasih, tak bisa berhenti memikirkan harga perhiasan yang baru saja diberikan suaminya. Dia merasa takut karena perhiasan itu terlalu mahal baginya.Xavier hanya terkekeh melihat reaksi istri kecilnya yang terlihat begitu lucu dalam kebingungan. "Jangan khawatir, Sayang," ujarnya dengan lembut. "Aku tidak akan jatuh miskin hanya dengan membelikanmu kalung dan anting ini. Lagi pula, perhiasan ini sebenarnya tak ada apa-apanya dibanding jasamu yang telah menyelamatkan nyawaku sebanyak dua kali."Terbayanglah dalam benak Kasih saat ia memberanikan diri menolong Xavier dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Serta saat ia dengan nekat merebut racun pada minuman Xavier dan meneguknya."Tapi aku ikhlas melakukannya ...." sahut Kasih. Dia tak suka jika suaminya hanya berbuat baik karena ingin membalas budi saja."Iya, aku mengerti. Jadi jangan sungkan, Sisi. Mintalah padaku apa pun yang kamu mau. Aku pasti akan menurutinya," ucap Xavier sembari memeluk Kasih