Share

21 | Terbangun di Rumah Sakit

“Apa yang kamu lakukan pada Rayyi? Kenapa kamu mengurungnya di kamar mandi?”

“Berisik, Pak, berisik! Seharian dia menanyakanmu, pengen ketemu. Kamu enggak punya ponsel pula, jadi susah kuhubungi.”

“Kan sudah kubilang, telepon temanku! Kami bekerja sepanjang akhir pekan di lokasi proyek konstruksi.”

“Ah, malas aku! Mending jalan-jalan sama teman-teman buat keperluan reuni minggu depan.”

Suara-suara itu lesap bersama bayang-bayang yang mengabur; digantikan bebunyian lain yang lebih tak beraturan. Sayup-sayup, muncul suara perempuan yang meningkahi kebisingan itu. Memanggil namanya dalam cemas.

“Rayyi, sebentar lagi kita keluar,” bisiknya lirih. “Pintu lift akan dibuka. Tetap fokuskan perhatianmu pada suaraku, oke? Aku enggak akan ke mana-mana.”

Di antara kesadaran yang mengawang dan tubuh yang dibasahi peluh, Rayyi hanya bisa mengangguk lemah. Perlahan, dia juga merasakan ada jemari lembut yang menggenggamnya erat.

“Untuk yang di dalam, tolong mundur. Kami akan membuka pintu.” Perintah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status