Selena tak bisa berkutik lagi. Ia lantas melingkarkan tangannya di leher Justin. Tautan itu semakin panas kala tubuh keduanya sudah sama-sama polos. Untuk pertama kalinya kedua tubuh yang memanas itu saling menempel. Hingga tak sadar jika tubuhnya sudah polos hanya dengan sekali tarikan.Selena menarik diri kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Justin. Mengatur napasnya yang hampir habis itu."Hhhh!" Selena menutupi bagian dadanya dengan kedua tangannya. "Mas. Kamu habis ngapain aku?" tanyanya dengan mata yang terlihat begitu panik.Justin menarik tangan Selena secara perlahan. "Biarkan aku memandang tubuh indah istriku ini. Jangan halangi dengan tangan mungil kamu ini.""Ta-tapi ... kamu mau ngapain?""Yaa mau berhubungan lah. Gimana sih! Jangan polos-polos amat jadi perempuan, Sayang. Sini ... biar aku puaskan. Janji, gak akan kasar-kasar.""Beneran? Gak akan bikin aku kapok?"Justin mengangguk yakin. "Iya, Sayang. Aku jamin, kamu bakal ketagihan. Biar langsung jadi juga. Habis dat
Justin—dengan segala kepercayaan dirinya memuji dirinya dan juga sang istri. Yakin jika suatu saat nanti memiliki anak akan menciptakan anak yang tampan dan juga cantik.Selesai berendam, Selena dan Justin memilih untuk makan siang terlebih dahulu. Karena waktu sudah menunjuk angka dua siang.“Sarapan sekalian makan siang. Kamu harus makan yang bergizi, nggak boleh kebanyakan makanan fast food. Aku gak mau nanti anak aku kurang gizi.”Selena memutar bola matanya dengan pelan. “Mas! Kayak udah bikin berkali-kali aja. Emangnya itu si cebong bakal langsung jadi?”Justin mengangguk. “Tidak butuh melakukan hubungan berkali-kali. Kalau dalam satu kali tembakan lolos, akan langsung jadi. Jangan salah ya, Sayang. Banyak di luaran sana yang hamil hanya dalam satu tembak.”Selena manggut-manggut. “Pake pengaman aja bisa hamil,” sindirnya kemudian.Justin lantas menatap dengan datar wajah istrinya itu. “Yaa jangan bahas yang dulu juga, Sayang.”“Hanya kasih pengalaman. Yaa kamu juga nggak sadar
Selena menatap Justin dengan dalam. Mendengarkan cerita Justin tentang keluarganya yang sempat diremehkan oleh keluarga besar dari Antony.“Kamu pun sudah menikahi wanita biasa seperti aku, Mas,” ucap Selena dengan pelan.Justin mengangguk dan mengulas senyumnya. “Aku gak peduli, Sayang. Baik dari keluarga sederhana maupun mewah, kalau buat aku merasa nyaman dan sangat mencintai, kenapa tidak?”Selena menerbitkan senyumnya dengan manis. “Terima kasih sudah mau menerima wanita biasa seperti aku. Yang kadang seringkali membuat kamu jengkel dan melawan.”Justin mengusap pucuk rambut perempuan itu dengan lembut. “Because i love you. Apa pun itu, aku akan menerimanya. Cerewetnya kamu, bawelnya kamu, emosinya kamu, dan semuanya.“Karena kamu sudah menerima masa lalu yang amat buruk itu. Kenapa aku tidak bersyukur dan mau menerima semua yang ada dalam diri kamu? Biar balance. Supaya nggak ada yang namanya egois dalam rumah tangga kita.”Selena menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Justi
“Elo … gobloknya keterlaluan, Justin. Acara begituan malah divideo. Mau jadi bintang film biru, lo?” Kevin geleng-geleng kepala sembari menatap Justin dengan malas.Justin menunduk tak berbicara apa pun. Sementara Kevin memijat keningnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Pernikahan elo baru dilaksanakan kemarin. Dan elo ngasih hadiah tak terduga pada Selena. Video elo sama Grace, kenapa bisa ketahuan oleh Selena?” tanya Kevin kembali.Justin menggelengkan kepalanya dengan pelan. “Ada yang kirim video itu ke gue, Kevin. Dan Selena yang ambil paketnya. Terus dilihat sama dia," ucapnya dengan pelan."Yang bikin gue kecewa sama elo adalah kenapa elo kepikiran buat rekam adegan gila elo itu? Disuruh Grace atau elo sendiri yang ingin. Lama-lama udah kayak gigolo lo, Justin. Bener-bener elo, yaa!"Kevin menatap Justin yang masih tak tahu lagi harus berbuat apa. "Gue juga sama kayak elo, nggak sempurna. Bahkan gue sering dicap bodoh oleh istri gue sendiri. Tapi, gue nggak separah el
Sudah satu minggu berlalu. Dengan segala upaya Justin lakukan akan tetap dicintai Selena. Tak mudah bagi Justin menaklukan hati Selena yang mudah berubah arah itu.Walau seringkali disakiti, ia juga mudah untuk memaafkan. Namun, itu hanya berlaku jika kesalahan Justin masih di batas normal.Kini, kedua pasangan itu tengah menikmati masa bulan madu di Hawaii yang tadinya sempat tertunda karena Selena yang tiba-tiba demam tinggi.“Udah nggak demam lagi, kan?” tanya Justin sembari meraba kening istrinya itu.“Nggak, Mas. Kalau masih demam, kita gak akan ada di sini,” jawab Selena ketus.Justin lantas terkekeh. “Bisa demam gini. Kaget, yaa?”Selena mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan suaminya itu. “Jangan ledek aku ya, Mas. Kalau berani ledek, jangan harap aku mau ngasih!”“Maaf, Sayang. Janji nggak akan ledek lagi. Dari satu minggu setelah kita menikah, belum pernah naik lagi. Hanya sekali di hotel di pagi hari itu.”“Terus?”Justin mengendikan bahunya. “Harusnya sih hari ini menikma
Menarik tubuh perempuan itu hingga menempel dengannya. Dengan tangan satunya bergelayangan di atas gundukan kenyal milik Selena.Justin menarik diri. Menjatuhkan kepalanya di dada Selena sembari mengatur napasnya yang tersengal. Lalu, meraup benda kenyal itu secara bergantian.Menciptakan desahan dan pekikan yang dikeluarkan oleh Selena. Sudah biasa dengan perlakuan Justin, perempuan itu begitu menikmati sentuhan Justin hingga lupa diri di mana ia berada kini.“I want it,” bisik Justin dengan suara penuh nafsu. Kemudian membuka celananya dan menyatukan diri dengan Selena yang kini tengah duduk di atasnya.Melajukan temponya cukup kencang hingga desahan sudah tak bisa dikontrol lagi. Menjambak rambut Justin yang tengah meraup secara bergantian asset berharga milik Selena.Hingga sepuluh menit kemudian, Justin sudah mencapai puncaknya. Memompa tubuh Selena dengan sangat cepat hingga peluh itu keluar dengan derasnya di bawah sana.Suara napas dari kedua pasangan yang sedang semangat-sema
"Tidak. Kondisi kandungan istri Anda baik-baik saja dan tentunya sangat sehat. Hanya saja, ada sesuatu yang belum kita deteksi dan tidak bisa saya putuskan sekarang.""Tapi apa itu, Dok? Bukan penyakit aneh yang istri saya derita 'kan, Dok?""Bukan, Pak Justin. Anda jangan berpikiran negatif dulu, okay!""Namanya juga khawatir, Dok."Dokter Felix mengulas senyumnya dengan lebar sembari menepuk bahu Justin. "Selamat ya, Pak Justin. Sebentar lagi akan menjadi ayah."Jangan nganu setiap hari, yaa. Biarkan janinnya tumbuh dengan baik. Bila ingin nganu, diwajibkan seminggu tiga kali. Tidak boleh lebih!"Justin menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Baik, Dok. Apa pun yang harus saya lakukan dan harus saya pantang, akan saya lakukan."Dokter Felix menganggukkan kepalanya. "Oke sip. Calon ayah yang baik untuk anaknya dan suami yang baik untuk istrinya."Justin tersenyum bangga mendengar ucapan Dokter Felix yang memujinya tadi. Ia merasa sudah berhasil menjadi suami yang baik untuk Selena.
Giandra menggeleng pelan. “Bukan. Gue nggak tahu pastinya. Dia hanya kasih tahu gue kalau dia udah dapat pengganti Andrian yang memiliki kinerja yang baik juga seperti Andrian.”“Oh begitu. Besok gue mau ke kantor Kevin. Sekalian kenalan.”Giandra mengangguk. “Ya udah kalau gitu. Gue buru-buru. Diandra sendirian di rumah soalnya.”Justin pun mengangguk kemudian melambaikan tangannya pada Giandra kemudian menghilang dari pandangannya.Justin menghela napasnya dengan pelan. “Udah hamil juga ternyata,” gumamnya kemudian mengambil beberapa dus susu ibu hamil untuk Selena.“Kenapa? Nggak rela, Bu Diandra hamil anaknya Pak Giandra?” tanya Selena dengan ketus.Justin lantas menggelengkan kepalanya dengn cepat. “Nggak, Sayang. Malahan aku senang karena sebentar lagi Diandra akan menjadi seorang ibu.”“Yakiiiinn?” tanyanya seolah tak percaya pada suaminya itu.Justin mengangguk pasti. “Seyakin-yakinnya!”Mata Selena menatap manik mata Justin kemudian membuang muka lantaran malas melihat suamin
Justin mengangguk setuju. “Kamu bener, Jasmine. Si Kevin bakal rugi kalau nggak mau Gita dijodohin sama anakku. Orang ganteng-ganteng gini. Iya, nggak?”Jasmine terkekeh sembari menganggukkan kepalanya. “Yang ini namanya siapa, Pak? Kan, sudah ada di sini.”“Anak yang pertama yang mana, yaa?” tanya Justin. Ia pun bingung mana anak pertama dan anak kedua.“Yang pertama yang sedang diberi ASI, Pak. Yang ini anak kedua,” kata perawat memberi tahu Justin.“Awas! Jangan sampai keliru. Wajahnya nggak mirip banget kok, Mas. Yang pertama lebih mirip kamu.”Justin menggaruk rambutnya kembali. Ia masih belum bisa membedakan kedua anaknya itu. Kemudian memberikan cengiran kepada istrinya itu.“Nanti beli baju dikasih nama masing-masing. Pesan dua ratus jenis baju beda-beda. Terus border, biar nggak keliru. Aku belum bisa membedakan mana yang pertama dan mana yang kedua,” ucapnya jujur.Selena menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah kocak suaminya itu. “Terserah kamu aja!”Justin kembali m
Rosita menganggukkan kepalanya dengan pelan. “Iya, Pa. Semoga nggak gila kayak papanya aja.”Kini, Antony tak bisa menahan tawanya. Mentertawakan Justin, kapan lagi. Sementara orang yang sedang mereka bicarakan tidak peduli bahkan tidak menyadari.“Justin!” panggil Antony kemudian.Justin menatap sang papa dengan malas. “Ada apa sih, Pa?” tanyanya dengan lemas.“Nama anak-anak kamu, sudah kamu siapkan?”Justin mengangguk pelan. “Udah. Kasih tau kalau Selena udah bangun.”“Dua jam lagi bangun, Justin. Kamu hitung saja. Tebakan Papa pasti bener.”Justin tak peduli. Yang ia pedulikan kini menatap Selena agar tidak tertinggal saat Selena membuka matanya.Kevin dan Jasmine baru saja tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari orang tua Justin mengenai Selena yang sudah melahirkan kedua anaknya itu. Sementara orang tua Selena masih di jalan menuju rumah sakit."Belum sadar juga?" tanya Kevin kepada ada kedua orang tua Justin. Karena ia tahu Justin tidak akan menjawab pertanyaannya.Ros
Pria itu lantas mengecup kening sang istri. “Kita akan segera melihat bayi-bayi kita. Walaupun harus melakukan perawatan terlebih dahulu di ikubator. “Selena mengulas senyum tipis. “Jangan ke mana-mana, Mas. Temani aku saat operasi nanti.”“Of course, Sayang. Aku akan menemani kamu sampai si twins keluar. Kamu jangan khawatir. Sebelum kamu meminta, aku sudah berniat akan menemani kamu.”Hati Selena sangat tenang mendengarnya. Ia kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Justin. “Terima kasih untuk cinta dan sayang kamu, Mas Justin. Kamu adalah alasan aku untuk bertahan dan berjuang untuk bayi kembar kita.”Justin mengusapi perut buncit Selena dengan lembut. “Anak-anak, Papa. Kita akan segera bertemu. Jangan buat Mama sakit lagi ya, Sayang-sayangnya Papa.”Selena mengulas senyum tipis kala mendengar percakapan Justin dengan bayi-bayi di dalam perutnya.“Maaf ya, Mas. Aku hanya bisa memberi kamu dua anak. Nggak akan bisa lagi kasih kamu anak lagi,” ucap Selena dengan pelan.Justin terseny
Justin menutup wajahnya dengan kedua tangannya sembari menangis sesenggukan. Pun dengan Selena. Lebih berduka karena kehilangan Diandra yang belum sempat berbaikan itu.“Justin! Selena! Di mana Diandra?”Kevin dan Jasmine baru tiba di rumah sakit setelah mendengar kabar dari Selena.“Kenapa kalian menangis? Apa yang terjadi dengan Diandra?” tanya Kevin kembali. Kemudian menoleh ke arah Dokter Felix. “Ada apa dengan Diandra, Dok?”Dokter Felix menghela napas pelan. “Bu Diandra sudah pergi menyusul kakaknya, Pak Kevin.”Kevin menganga. Begitu juga dengan Jasmine. Kevin tersenyum pasi seolah tak percaya dengan ucapan Dokter Felix.“Anda sedang bercanda? Diandra baik-baik saja, Dok! Mana mungkin pergi!” ucap Kevin tak percaya.Dokter mengangguk-anggukan kepalanya. “Saya paham. Kalian semua pasti tidak akan percaya dengan ucapan saya jika tidak melihat langsung jasad Bu Diandra yang masih berada di dalam.”Kevin menoleh ke arah pintu ruang operasi. Kemudian masuk ke dalam dengan tergesa-ge
Justin mengendikan bahunya. "Hanya Giandra yang tahu. Walaupun aku bilang nggak siap, ternyata Giandra siap. Mungkin bisa kamu tanyakan saja pada Giandra langsung.""Nggak mau!""Ya udah kalau nggak mau. Aku gak maksa juga."Selena mengerucutkan bibirnya kemudian menoleh ke arah Diandra. Perempuan itu ternyata melihat kehadiran mereka. "Mas?" panggilnya kemudian."Heung? Kenapa, Sayang?"Selena menunjuk Diandra. "Dia sudah terlanjur melihat kita. Sebaiknya kita masuk ke dalam, Mas. Setidaknya memberi semangat untuk perjuangannya."Justin menoleh ke arah Diandra kemudian menatap Selena kembali. "Ayok!" Justin menggenggam tangan Selena lalu masuk ke dalam ruangan persalinan Diandra.Pria itu menepuk bahu Giandra yang tengah duduk di samping Diandra. "Udah bukaan berapa?" tanya Justin kemudian."Baru dua," ucapnya dengan pelan.Justin manggut-manggut. Sementara Selena menghampiri Diandra yang tengah menahan rasa sakit. Namun, tak bersuara sedikit pun. Hanya mengulas senyumnya kepada Sele
Giandra menghela napas pelan. "Dari mamanya. Amanda datang ke rumah gue sambil bawa Gino. Kasih tau ke Diandra kalau itu anak gue. Bahkan, dia berani tes DNA kalau gue gak mau mengakuinya."Justin menaikkan alisnya sebelah. "Apa maksudnya si Amanda datang ke rumah? Elo gak pernah nengokin anak elo sih! Jadi marah kan, si Amanda."Giandra menelan salivanya. "Gue gak pernah tengok Gino karena ada Fery. Dia yang bilang kalau gue udah gak punya urusan lagi sama Gino. Ya udah, gue menuruti perintah si Fery. Tapi, ternyata dia jebak gue."Justin manggut-manggut. Ia paham maksud arti dari kata menjebak. Karena pada akhirnya Amanda datang ke rumahnya, membawa Gino yang akhirnya membuat Diandra murka karena tidak tahu menau perihal Giandra memiliki anak dari perempuan lain."Terus, kondisi rumah tangga elo gimana sekarang?" tanya Justin kembali.Giandra mengendikan bahunya. "Dari awal Diandra memang gak pernah cinta sama gue. Gue yang udah jatuh cinta sama dia. Bisa dianggap kalau cinta itu be
Kevin memiringkan kepalanya menatap Justin. “Ketemu Diandra di toko donnut? Beliin Selena?”Justin mengangguk. “Iyalah. Buat siapa lagi!”Kevin tersenyum miring. “Ketemu Diandra, terus nyapa elo? Biasanya gak pernah nyapa sama sekali bahkan kata elo udah kayak warga negara asing? Cukup aneh. Mau minta maaf kali, ke elo.”“Minta maaf kok gak bilang waktu ketemu.”“Siapa tahu lupa.”“Mana mungkin lupa. Minta maaf itu harus pake niat. Otomatis pasti akan keinget terus.”“Ya udah. Gue juga gak tahu alasannya kenapa. Yang penting elo bersikap biasa aja sama Diandra.”Justin menghela napas pelan. “Kalau dia mau damai sama gue, semuanya selesai. Tapi, kalau damainya karena lagi berantem sama Giandra, patut dicurigai.”“Pinter! Jangan sampai elo tergoda oleh bujuk rayunya Diandra. Selena jauh lebih baik dari dia. Diandra juga baik. Tapi, istri elo saat ini Selena, bukan Diandra. Dia hanya masa lalu elo. Jangan goyah hanya karena tahu Diandra lagi marahan sama lakinya.”Justin menganggukkan ke
Kini, kondisi Selena sudah terlihat sedikit lebih baik. Hanya main sekali tidak masalah menurutnya.Selena menganggukkan kepalanya. “Silakan, Mas Justin!” ucapnya dengan lembut.Justin lantas mengecup kening Selena dan mengulas senyumnya. “Terima kasih, Sayang. Aku janji, hanya kelembutan yang akan aku lakukan padamu.”Selena mengangguk. “I trust you!”Justin pun memulainya. Membuka seluruh pakaian yang ia kenakan. Kemudian pakaian Selena. Penetrasi terlebih dahulu tentunya. Walau sinyal itu sudah terpancar begitu terang, Justin tidak akan selonong boy begitu saja.Memanjakan istri juga harus. Agar menggapai kenikmatan masing-masing. Tak ingin egois adalah salah satu sikap Justin yang paling baik jika dalam hal berhubungan intim.**Pagi hari telah tiba. Terik matahari mulai menyinari bumi. Mengintip di balik tirai jendela, mencoba masuk ke dalam tirai jendela kamar. Tidur terlelap setelah pergumulan semalam yang menurut Selena begitu indah.Penuh dengan kelembutan sesuai dengan janji
Justin menghela napasnya. “Surat ini … sengaja dia kasih ke kamu agar kamu membalas cinta dia? Selama ini kamu pura-pura cinta sama aku, padahal mencintai Andrian. Begitu?”Jelas perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan cepat. Tangannya beradu karena harus mencari alasan yang logis agar Justin tidak marah padanya.“Lalu apa, Selena?” tanya Justin dengan suara menekan.Selena menghela napas pelan. “Maaf, Mas. Aku hanya ingin menyimpannya sebagai kenang-kenangan dari dia. Nggak ada lagi selain itu. Soal cinta, aku hanya mencintai kamu. Nggak ada lagi selain kamu.”Selena menatap Justin agar pria itu tahu, dia sedang berbicara dengan serius. Agar Justin paham dan mengurungkan niatnya untuk memarahinya.Justin memang tak berani memarahi Selena dalam keadaan hamil seperti ini. Yang dia lakukan hanya memutus kalung tersebut kemudian membuangnya dengan kasar ke lantai.Mata Selena hanya bisa menatap kalung yang kini sudah hancur itu. Sementara Justin pergi dari kamar tersebut. Namun, saa