Share

Bab 80 (a)

Penulis: Puput Pelangi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-06 22:45:47

Innalhamdalillah nasta'inuhu wanastaghfiruh wana'udzubillahi min sururi anfusina wamin sayyiati a'malina ....

Furqon dengan fasih dan energik memberi sambutan di atas podium panggung Aula Gedung B yang menjadi tempat terselenggaranya acara organisasinya.

Para tamu undangan dan peserta acara telah duduk di tempatnya masing-masing. Begitu juga para panitia. Semua standby menempati masing-masing posisinya.

"Masyaallah. Betapa indahnya ciptaan-Mu, ya Allah. Jika berkenan, mohon sandingkanlah hamba dengan orang yang sepertinya atau bahkan dirinya. Hamba akan sangat sangat sangat mensyukurinya, ya Robb."

Telinga Feiza gatal mendengar gumaman seorang gadis yang duduk tepat di baris belakangnya, salah satu peserta di acara ormawa Furqon yang Feiza tidak tahu bagaimana rupanya. Sebab, ia yang duduk di kursi tamu ketua atau delegasi himpunan mahasiswa tentu harus menoleh untuk melihat sosok gadis itu.

"Aduh, Siti Markonah. Aamiin, deh, meski doa kita sama. Aku juga mau punya cowok kay
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 80 (b)

    "Kukira ada sedikit bantuan Pak Pres Furqon, Tum Feiza, HMJ PGMI bisa pinjam Aula Gedung Pascasarjana?" "Ahaha." Feiza tertawa. "Tidak ada, Tum," geleng Feiza lirih. "Entah bagaimana, mas wakilku yang bergerak dan mendapatkan izinnya." Milhan diam menatap Feiza dengan tatapan tak terbaca. "Kalau Tum Milhan benar-benar penasaran, silakan tanya sendiri ke Fahmi. Fahmi suka banget kalau ada yang ngajakin ngopi." Lagi, Milhan menatap Feiza dengan tatapan tak terbacanya. "Oh, iya, Tum Feiza," sahutnya kemudian tak berselang lama disusul senyuman. "Iya, Tum," balas Feiza ikut tersenyum. "Maaf, Tum, kalau mungkin pertanyaanku sedikit mengganggu," ucap Milhan tiba-tiba. "Mengganggu? Enggak. Kenapa, Tum?" Feiza menyahut heran. "Sebetulnya aku pribadi merasa penasaran. Biasa ... rasa penasaran rekan seperjuangan ormawa kepada aktivis ormawa lainnya yang memiliki tupoksi sama di lembaganya." Feiza mengangguk kecil mendengar pernyataan Milhan. Laki-laki itu masih melanjutkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 81

    "Jadi, acara sampean nanti jam berapa, Tum?" "Eh?" Feiza yang sempat mematung tersadar setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan laki-laki yang ada di sampingnya. "Iya, Tum?" Feiza balik bertanya menatap Milhan, si penanya. Secara tidak langsung meminta agar laki-laki itu bersedia mengulangi pertanyaannya. Milhan tersenyum kecil. "Jadi, acara sampean nanti jam berapa, Tum Feiza?" Laki-laki itu mengulangi pertanyaannya lagi dengan senang hati. "Oh. Setelah ini, Tum." Feiza membalas sambil mengulas senyum. "Setelah Bu Dekan pergi dari acara DEMA." "Oh ...." Milhan menganggukkan kepalanya. "Jadi, karena itu Tum Feiza memilih datang sendiri ke acara ini? Sekalian menunggu Bu Dekan?" "He he. Iya, Tum Milhan. Sekalian menjemput Bu Dekan. Kalau bisa sekali dayung dua pulau terlampau, mengapa tidak bukan?!" "Ha ha ha ha." Milhan tertawa sembari mengangguk-anggukkan kep

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 82

    "Feiza? Kenapa?!" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Nisa yang bertemu Feiza di lobi Gedung B lantai dasar. Gadis itu memang hendak menghampiri Feiza tadinya. Berniat menjemput perempuan yang menjabat sebagai ketua umum himpunan mahasiswa mereka itu di Aula Gedung B yang ada di lantai 6 untuk kembali ke acara HMJ mereka sendiri yang diselenggarakan di Aula Gedung Pascasarjana. Namun, ketika Nisa sedang menunggu antrean lift turun, ia malah mendapati sosok Feiza muncul dari atas tangga dengan mata berairnya. Feiza tampak berjalan seorang diri menuruni tangga. Dengan cepat, Nisa pun berjalan menghampiri teman cantiknya itu setelah menyerukan namanya. "Nisa?!" Feiza yang dihampiri Nisa langsung menampilkan wajah terkejut. "Kamu kenapa, Fe?" Nisa kembali berseru sembari mencekal lengan kiri Feiza. "Matamu sembab," lanjutnya khawatir. Cepat, Feiza pun mengelap kedua kelopak matanya yang memang masih berair. "Ah, nggak kenapa-napa kok. Tadi efek ngantuk aja. Kamu tahu, kan, ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 83

    Perasaan Feiza berkecamuk. Campur aduk.Jujur, ia merasa tidak baik-baik saja melihat pemandangan Furqon yang duduk berdampingan dengan Ziyana Nafisa.Seperti ada kobaran api yang menjalari hatinya dan siap menghanguskan dirinya.Bagaimana Furqon dan Ziyana Nafisa saling tatap saat berbicara, bagaimana Ziyana Nafisa tertawa, atau bagaimana gadis cantik itu yang sesekali memukul atau menepuk lengan Furqon.Semua itu ... terasa sangat menjengkelkan.Feiza tidak ingin melihatnya. Namun, kedua matanya berkhianat dan selalu menatap ke arah yang sama. Tempat Furqon duduk bersama Ziyana Nafisa."Kenapa, Fe?" tanya Nisa yang tiba-tiba sudah duduk di samping Feiza. Arah pandangannya ikut ke arah mata Feiza memandang, dan tak lama, dahi gadis itu menampilkan kerutan."Kamu lihatin Pak Pres sama si Mbak Duta Ziyana, ya?" gumam Nisa yang sebetulnya hanya pertanyaan retoris. Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena segala sesuatunya sudah jelas.Feiza tetap diam karena ia sebenarnya tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 84

    "Ke depannya jangan seperti itu lagi, Zi," gumam Furqon pelan bernada memperingatkan.Gadis cantik di sampingnya yang sejak tadi bermain ponsel, menjepret pantulan dirinya yang berdiri bersisian dengan Furqon pada dinding kaca cermin lift segera menghentikan aktivitas mengambil gambarnya itu guna menatap laki-laki jangkung yang ada di sampingnya."Seperti itu yang bagaimana, Pres?" sahut Ziyana.Furqon kini menatap tajam ke arah Ziyana dengan wajah datarnya.Tidak ada siapa-siapa di dalam lift itu selain mereka berdua."Di acara HMJ PGMI tadi," celetuk laki-laki itu menjawab pertanyaan Ziyana.Ya, keduanya memang baru saja menghadiri acara yang digelar HMJ PGMI. Dan kini, Furqon dan Ziyana hendak kembali ke tempat acara organisasi mereka sendiri setelah berpamitan."Di acara HMJ PGMI?" ucap Ziyana pelan mengulangi kalimat yang diucapkan Furqon dengan nada tanya, bertanya pada dirinya sendiri. "Ngapunten, Gus. Aku ndak ngerti apa yang njenengan maksud," gumam gadis itu lagi sembari kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 85

    Sepanjang hari Feiza berusaha menahan dirinya. Meski diselimuti perasaan kesal dan kalut, perempuan cantik itu tetap bersikap seperti biasa dan tidak membiarkan sedikitpun emosi kesedihan mengambil alih dirinya. Sebab, Feiza adalah seorang ketua organisasi. Lembaga yang dipimpinnya sedang menyelenggarakan acara, maka Feiza harus mengesampingkan perasaan pribadinya agar tidak ada pengurus HMJ PGMI-nya yang terdampak negatif karena urusan pribadi dan masalahnya. Perempuan itu harus profesional. Sampai acara lembaga eksekutifnya itu selesai, disusul evaluasi juga agenda-agenda pascaacara yang lain usai dilakukan, Furqon belum juga membalas pesan Feiza. Bahkan sekadar membacanya. Hal itu membuat Feiza ingin menelepon Furqon secara langsung. Namun, ia menahan diri melakukan itu karena besar kemungkinan apa yang dilakukannya itu akan mengganggu. Ketika nekat mengirimi Furqon pesan Feiza tidak memperhitungkannya, suaminya itu pasti sibuk luar biasa jika dibandingkan dengan dirinya. "Fei

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 86 (a)

    Jangan kau garisi jarakmu dengan aku Sebab kita satu Andai kau tahu - F -***"Sekarang apa lagi yang kamu inginkan, Feiza?" tanya Furqon dengan nada lelah.Beberapa waktu lalu Furqon mendatangi indekos Feiza. Setelah istrinya itu keluar, keduanya pergi dari area indekos tersebut menuju perumahan di mana kontrakan Furqon berada.Kini keduanya berada di ruang tengah rumah kontrakan itu yang sudah lama sepi tak ditinggali keduanya.Feiza yang tidak pernah datang ke sana karena keinginannya, dan Furqon yang sejak ketidakhadiran Feiza, pulang hanya untuk mandi atau mengambil barang dan tidak pernah menetap untuk mengistirahatkan diri.Keduanya duduk dengan jarak.Feiza di ujung sebelah kanan sofa panjang ruang keluarga, sedangkan Furqon duduk di ujung sebelah kirinya.Beberapa lama jeda tercipta sejak Furqon mengacungkan tanya.Hening.Tak ada suara.Furqon enggan mengulangi pertanyaannya, sedangkan di sisi lain, Feiza tetap diam tidak juga menjawab apa yang sudah dikatakan Furqon.Beb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 86 (b)

    "Ada apa? Kenapa minta maaf tiba-tiba?" bisik Furqon yang kembali melayangkan tanya. Namun, kini bernada lembut dengan suara rendahnya. Diperlakukan seperti itu, tangis Feiza makin pecah dalam seketika. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya. Feiza yang sebelumnya menangis tanpa suara langsung terisak-isak dalam tangisnya. "Aku salah, Mas," kata Feiza. "Aku berdosa banyak ke njenengan," lanjutnya. "Maafin semua kesalahanku, Mas. Maafin aku .... Maafin aku ... hiks hiks hiks hiks," isak Feiza menangis pilu. Tak lama, Furqon mengeratkan pelukannya kepada Feiza, sedangkan Feiza, perempuan itu juga perlahan melingkarkan kedua tangannya ke tubuh tegap Furqon sama eratnya. Beberapa saat berlalu. Isak tangis Feiza mulai mereda. Feiza kemudian yang pertama menguraikan pelukannya. Sembari mendongak memandang wajah Furqon, Feiza meraih tangan kanan Furqon dan menggenggamnya dengan kedua tangan. "Aku minta maaf ya, Mas?" pintanya untuk ke sekian kali penuh permohonan. Saat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 104

    "Assalamualaikum. Ada apa, Furqon?" ucap Bu Nyai Farah ketika mengangkat telepon sang putra. "....""Gimana?""...."Feiza tidak dapat mendengar jawaban Furqon sebab Bu Nyai Farah tidak me-loud speaker panggilan teleponnya."Zahra? Zahra sedang sama Umi, Le. Kenapa?""...."Setelah diam beberapa saat mendengar sahutan Furqon lagi, Bu Nyai Farah kini menatap lurus ke arah Feiza. "Kamu bawa HP, Nduk?" ujarnya sembari menjauhkan ponsel dari sisi kepala."Bawa, Umi. Ada apa?" balas Feiza lalu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempang kecil miliknya yang ditaruhnya di atas meja."Furqon bilang kamu ndak bisa dihubungi, Zahra. Katanya dia habis nelepon kamu."Cepat, Feiza pun menyalakan ponselnya itu.Benar. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Furqon sejak setengah jam yang lalu.Feiza tidak menyadarinya karena ia mengatur ponselnya dalam mode silent alias diam.Ketika membuka aplikasi perpesanan, Furqon juga mengirim beberapa pesan untuk Feiza.Gus Furqon: Sedang apa Fe? Angkat

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 103

    Feiza memberengut melihat tampilan ruang obrolannya dengan Furqon.Masalahnya satu. Ia belum selesai bicara, tapi Furqon memilih mengakhiri panggilan telepon mereka.Perempuan itu menghela napas berusaha mengusir kekesalan lalu membaringkan diri di atas tempat tidur kamar sang suami."Semoga nggak ada hal buruk yang terjadi," gumamnya lirih.Tak berselang lama, ia menghela napasnya lagi dengan lebih keras lalu bangkit berdiri, membawa kakinya melangkah ke sekeliling kamar sembari mengamati segala piranti yang ada di dalam kamar Furqon.Detik ini bukan kali pertamanya berada di ruangan berukuran cukup besar dengan AC itu. Sudah yang kedua kali. Namun, Feiza baru merasa nyaman pada kesempatan kali ini.Pasalnya ketika pertama kali, Feiza masih belum bisa menerima status pernikahannya dengan Furqon yang terlalu tiba-tiba. Selain itu, Furqon hanya orang asing yang dalam keseharian cukup menyebalkan menurut penilaiannya.Tentu Feiza merasa tidak nyaman karena segala situasinya. Termasuk be

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 102

    Drtt ... Drtt .... Sebuah pesan kembali masuk ke dalam ponsel Feiza. Gus Furqon: Balas Fe Pesan itu dari Furqon, suaminya. Drtt ... Drtt .... Pesan Furqon masuk lagi. Gus Furqon: Kenapa dari tadi cuma dibaca Fe? Drtt ... Drtt .... Gus Furqon: Kamu sedang apa? Feiza mengulas senyum kecil membacanya. Furqon ini ternyata pribadi yang masuk golongan orang tidak sabaran. Sebenarnya, tidak juga, sih. Namun, Feiza merasa begitu karena Furqon yang sejak tadi memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan serupa perihal di mana dan apa yang sedang dilakukan Feiza. Salah Feiza juga sebenarnya karena tidak segera membalas. Namun, bagaimana lagi? Feiza sebetulnya hendak membalas, tapi ada saja yang harus ia lakukan bersama Bu Nyai Farah sang ibu mertua, hingga sejak tadi, pesan Furqon terpaksa perempuan cantik itu abaikan. Drtt ... Drtt ....Feiza baru saja mengaktifkan keypad ponselnya, hendak mengetik pesan balasan ketika pesan Furqon kembali datang.Gus Furqon: Aku rindu kamuBibir

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 101

    Nurul Faizah Az-Zahra POV"Ada lagi yang mau kamu beli, Nduk?" tanya Umi kepadaku setelah kami berkeliling dengan banyak belanjaan yang dibeli Umi dan kini dibawakan oleh Kang Malik dengan kedua tangannya—yang mana sebagian besar belanjaan itu diperuntukkan Umi Farah untukku.Cepat, tentu aku segera menggelengkan kepala. "Tidak, Umi. Sudah tidak ada," jawabku mantap."Beneran?""Nggeh, Umi." Aku merekahkan senyuman mencoba meyakinkan."Ha ha ha ha ha." Umi langsung menggelakkan tawa yang terdengar begitu renyah dan menyenangkan di telinga. "Ya sudah. Sekarang, kalau begitu mari kita pulang!"Aku kembali tersenyum. Senang. "Nggeh, Umi," balasku."Kang Malik, ayo kita pulang!" ujar Umi kemudian, ganti kepada Kang Malik yang berdiri di belakang kami."Ah, enggeh. Baik, Bu Nyai." Laki-laki yang menurutku masih seumuran dengan Gus Furqon itu mengangguk.Sedetik setelahnya, kami sama-sama mengayunkan tungkai kaki kami pergi menuju jalan keluar plaza."Umi, sebentar," ucapku tak lama setelah

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 100

    Nurul Faizah Az-Zahra POVSepanjang perjalanan, Umi terus mengajakku berbicara, hingga mobil sedan yang disopiri salah satu santri putra abdi ndalem pesantren keluarga Gus Furqon yang baru kutahu namanya Kang Malik—karena Umi memanggilnya begitu tadi ketika keduanya berbincang sebentar—membelokkan mobil yang kami naiki masuk ke dalam area pesantren.Setelah beberapa waktu menempuh perjalanan, kami telah tiba di pondok pesantren asuhan Umi dan Abah Gus Furqon di Kediri.Saat itu aku baru sadar, aku sama sekali tidak membawa masker sekarang, sehingga wajahku tidak dapat kusembunyikan.Bukankah beberapa santri sudah pernah melihat wajahku sebelumnya ketika diajak Umi salat berjemaah di musala pondok putri?Ya, jawabannya adalah iya. Namun, ketika itu mereka pasti hanya melihatnya sekilas. Setidaknya itu yang aku yakini. Dan lagi pula, saat itu di ruangan tertutup sehingga meski ada yang melihat, mestinya tidak banyak.Berbeda jauh jika melihatku di ruang terbuka. Di halaman ndalem kesepu

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 99

    "Zahra," panggil Bu Nyai Farah halus pada Feiza yang kini duduk manis di sampingnya pada kursi penumpang belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam yang melaju di jalan raya. "Nggeh, Mi?" balas Feiza segera. Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya. "Ada yang mau Umi tanyakan?" Jantung Feiza langsung berdebar-debar. "Ta-tanya apa, Umi?" balas Feiza pelan dengan perasaan yang entah mengapa menjadi was-was dalam seketika. Bu Nyai Farah mendekatkan dirinya ke arah Feiza—hal yang membuat jantung Feiza semakin berdebar tidak karuan—lantas berbisik pelan ke telinga menantunya itu. "Umi perhatikan wajah kamu sedikit pucat, Zahra. Sedang tidak enak badan?" Feiza merasa kembali dikejutkan. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Bu Nyai Farah kepadanya. Namun, sebab apa yang diduga, dipikirkan, dan ditakutkannya ternyata meleset. Perempuan cantik itu diam-diam menghela napasnya dengan penuh kelegaan. Pikiran buruk yang sebelumnya bercokol di kepalanya tidak terjadi. Bu Nyai Farah t

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 98

    "Masyaallah, cantiknya putri menantuku ...." Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya sembari terpana memandang Feiza yang muncul dari dapur dengan sebuah nampan kecil berisi tiga buah cawan teh hangat di tangannya. "Monggo diminum dulu, Umi," ucap Feiza sembari menyajikan teh yang baru dibuatnya itu ke atas meja. "Iya, Zahra." Bu Nyai Farah menganggukkan kepala lalu meraih cawan teh yang ada di depannya yang baru saja disajikan Feiza kemudian pelan menyeruputnya. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bu Nyai Farah sebelum meminum cairan berwarna kecokelatan itu. "Enak, Nduk." Kemudian pujinya. "He he, terima kasih, Umi." Bu Nyai Farah menganggukkan kepalanya sekali. Kedua netranya menatap sang menantu dalam-dalam. "Kamu terlihat lebih cantik dari yang terakhir kali Umi lihat, Zahra." Tak lama, Bu Nyai Farah kembali melempar pujian untuk Feiza yang kini sudah duduk di sebuah sofa yang tepat berada di depan perempuan paruh baya itu. "Aamiin. Umi bisa saja he he," ucap Feiza. "

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 97

    "Iya, aku memang ngeselin, Feiza. Tapi cuma ke kamu aku seperti ini," ucap Furqon sembari menatap Feiza dalam-dalam. Tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kanan istrinya itu perlahan. "Kamu pasanganku. Mungkin memang jodohnya, laki-laki tengil dan menyebalkan sepertiku menikah dengan perempuan galak dan keras kepala seperti kamu."Plak!"Aduh!"Tanpa aba-aba, Feiza memukul lengan Furqon yang ada di depannya dengan tangan kirinya."Sakit, Sayang," lirih Furqon menatap dalam Feiza sembari menampilkan ringisan di wajah tampannya."Rasain," balas Feiza dengan wajah cemberut."Ha ha." Furqon kembali tertawa melihat wajah istrinya yang menurutnya terkesan lucu itu. "Sayang banget aku sama kamu," lirihnya lalu mengecup tangan kanan Feiza yang ada di genggamannya."Katanya aku galak?" desau Feiza."Iya, tapi aku sayang.""Berarti nyebelin dong? Kenapa masih sayang?""Karena ngangenin," balas Furq

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status