Share

Bab 83

Penulis: Puput Pelangi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-15 07:15:01

Perasaan Feiza berkecamuk. Campur aduk.

Jujur, ia merasa tidak baik-baik saja melihat pemandangan Furqon yang duduk berdampingan dengan Ziyana Nafisa.

Seperti ada kobaran api yang menjalari hatinya dan siap menghanguskan dirinya.

Bagaimana Furqon dan Ziyana Nafisa saling tatap saat berbicara, bagaimana Ziyana Nafisa tertawa, atau bagaimana gadis cantik itu yang sesekali memukul atau menepuk lengan Furqon.

Semua itu ... terasa sangat menjengkelkan.

Feiza tidak ingin melihatnya. Namun, kedua matanya berkhianat dan selalu menatap ke arah yang sama. Tempat Furqon duduk bersama Ziyana Nafisa.

"Kenapa, Fe?" tanya Nisa yang tiba-tiba sudah duduk di samping Feiza. Arah pandangannya ikut ke arah mata Feiza memandang, dan tak lama, dahi gadis itu menampilkan kerutan.

"Kamu lihatin Pak Pres sama si Mbak Duta Ziyana, ya?" gumam Nisa yang sebetulnya hanya pertanyaan retoris. Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena segala sesuatunya sudah jelas.

Feiza tetap diam karena ia sebenarnya tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Puput Pelangi
Sudah update yaa Kak Aamiin semoga ke depannya bisa nggak lama2 hihi
goodnovel comment avatar
Puput Pelangi
Avv terima kasiih Kak
goodnovel comment avatar
Puput Pelangi
Iyaa Mbak wkwkwk Biar tau rasa
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 84

    "Ke depannya jangan seperti itu lagi, Zi," gumam Furqon pelan bernada memperingatkan.Gadis cantik di sampingnya yang sejak tadi bermain ponsel, menjepret pantulan dirinya yang berdiri bersisian dengan Furqon pada dinding kaca cermin lift segera menghentikan aktivitas mengambil gambarnya itu guna menatap laki-laki jangkung yang ada di sampingnya."Seperti itu yang bagaimana, Pres?" sahut Ziyana.Furqon kini menatap tajam ke arah Ziyana dengan wajah datarnya.Tidak ada siapa-siapa di dalam lift itu selain mereka berdua."Di acara HMJ PGMI tadi," celetuk laki-laki itu menjawab pertanyaan Ziyana.Ya, keduanya memang baru saja menghadiri acara yang digelar HMJ PGMI. Dan kini, Furqon dan Ziyana hendak kembali ke tempat acara organisasi mereka sendiri setelah berpamitan."Di acara HMJ PGMI?" ucap Ziyana pelan mengulangi kalimat yang diucapkan Furqon dengan nada tanya, bertanya pada dirinya sendiri. "Ngapunten, Gus. Aku ndak ngerti apa yang njenengan maksud," gumam gadis itu lagi sembari kem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 85

    Sepanjang hari Feiza berusaha menahan dirinya. Meski diselimuti perasaan kesal dan kalut, perempuan cantik itu tetap bersikap seperti biasa dan tidak membiarkan sedikitpun emosi kesedihan mengambil alih dirinya. Sebab, Feiza adalah seorang ketua organisasi. Lembaga yang dipimpinnya sedang menyelenggarakan acara, maka Feiza harus mengesampingkan perasaan pribadinya agar tidak ada pengurus HMJ PGMI-nya yang terdampak negatif karena urusan pribadi dan masalahnya. Perempuan itu harus profesional. Sampai acara lembaga eksekutifnya itu selesai, disusul evaluasi juga agenda-agenda pascaacara yang lain usai dilakukan, Furqon belum juga membalas pesan Feiza. Bahkan sekadar membacanya. Hal itu membuat Feiza ingin menelepon Furqon secara langsung. Namun, ia menahan diri melakukan itu karena besar kemungkinan apa yang dilakukannya itu akan mengganggu. Ketika nekat mengirimi Furqon pesan Feiza tidak memperhitungkannya, suaminya itu pasti sibuk luar biasa jika dibandingkan dengan dirinya. "Fei

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 86 (a)

    Jangan kau garisi jarakmu dengan aku Sebab kita satu Andai kau tahu - F -***"Sekarang apa lagi yang kamu inginkan, Feiza?" tanya Furqon dengan nada lelah.Beberapa waktu lalu Furqon mendatangi indekos Feiza. Setelah istrinya itu keluar, keduanya pergi dari area indekos tersebut menuju perumahan di mana kontrakan Furqon berada.Kini keduanya berada di ruang tengah rumah kontrakan itu yang sudah lama sepi tak ditinggali keduanya.Feiza yang tidak pernah datang ke sana karena keinginannya, dan Furqon yang sejak ketidakhadiran Feiza, pulang hanya untuk mandi atau mengambil barang dan tidak pernah menetap untuk mengistirahatkan diri.Keduanya duduk dengan jarak.Feiza di ujung sebelah kanan sofa panjang ruang keluarga, sedangkan Furqon duduk di ujung sebelah kirinya.Beberapa lama jeda tercipta sejak Furqon mengacungkan tanya.Hening.Tak ada suara.Furqon enggan mengulangi pertanyaannya, sedangkan di sisi lain, Feiza tetap diam tidak juga menjawab apa yang sudah dikatakan Furqon.Beb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 86 (b)

    "Ada apa? Kenapa minta maaf tiba-tiba?" bisik Furqon yang kembali melayangkan tanya. Namun, kini bernada lembut dengan suara rendahnya. Diperlakukan seperti itu, tangis Feiza makin pecah dalam seketika. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya. Feiza yang sebelumnya menangis tanpa suara langsung terisak-isak dalam tangisnya. "Aku salah, Mas," kata Feiza. "Aku berdosa banyak ke njenengan," lanjutnya. "Maafin semua kesalahanku, Mas. Maafin aku .... Maafin aku ... hiks hiks hiks hiks," isak Feiza menangis pilu. Tak lama, Furqon mengeratkan pelukannya kepada Feiza, sedangkan Feiza, perempuan itu juga perlahan melingkarkan kedua tangannya ke tubuh tegap Furqon sama eratnya. Beberapa saat berlalu. Isak tangis Feiza mulai mereda. Feiza kemudian yang pertama menguraikan pelukannya. Sembari mendongak memandang wajah Furqon, Feiza meraih tangan kanan Furqon dan menggenggamnya dengan kedua tangan. "Aku minta maaf ya, Mas?" pintanya untuk ke sekian kali penuh permohonan. Saat i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 87

    Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar Allahu akbar Feiza terbangun dalam pelukan hangat Furqon saat sayup-sayup telinganya mendengar azan Subuh berkumandang. Jantung perempuan cantik itu langsung berdebar-debar. Sudah lama dirinya dan Furqon tidak begini. Dalam posisi yang sangat intens seperti ini. Selain hangat tubuhnya, Feiza bahkan bisa merasakan napas teratur Furqon di sekujur badannya. Pasalnya, dapat dikatakan bahwa Feiza memang tidur di atas tubuh Furqon karena apa yang terjadi di antara mereka semalam. Keduanya saling berbagi kehangatan lewat dekapan hingga sama-sama terlelap di atas sofa ruang keluarga, tempat yang sama saat Feiza dan Furqon duduk berdua kemudian disusul Feiza yang mengungkapkan permintaan maaf dengan tulusnya. Sofa panjang itu terlalu sempit untuk tidur keduanya. Oleh karenanya, Furqon membiarkan Feiza tidur dengan posisi sebagian badan yang ada di atas tubuhnya masih dalam pelukannya. Menatap Furqon, diam-diam Feiza mengulas senyuman. Perla

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 88 (a)

    Tok tok tok! "Feiza." Tok tok tok! "Fe. Masih lama?" Feiza yang masih berada dalam bilik kamar mandi langsung terkejut mendengar ketukan pintu yang disusul suara Furqon itu. Sejak kapan suaminya itu menyusulnya masuk ke dalam kamar? Padahal seingat Feiza, ia belum lama berada di dalam kamar mandi guna membersihkan diri. Mengapa sudah ada Furqon di depan pintu kayunya kini? Tok tok tok! "Feiza?" Furqon kembali mengetuk pintu sembari menyerukan nama Feiza. "Kamu masih di dalam?" tanya Furqon lalu mengetuk pintu seperti sebelumnya. Feiza yang sadar dirinya masuk ke kamar mandi tanpa membawa baju ganti langsung panik seketika. Terlebih, baju yang tadi dipakainya sudah dimasukkannya ke dalam keranjang pakaian kotor yang ada di dalam kamar mandi. Ia tentu tidak bisa memakainya lagi. Jadi, Feiza harus mengenakan apa untuk keluar setelah ini? Selembar handuk putih yang ada di hanger kamar mandi? Gila. Hal itu tentu sama sekali tidak bisa menjadi rekomendasi sebagai sesuatu yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 88 (b)

    Cklek. Pintu kamar mandi berayun terbuka. Feiza keluar dari baliknya dengan handuk putih yang menutup tubuhnya sebatas dada hingga paha bagian dalamnya. Furqon yang ada di depan pintu langsung terpaku menatap penampilan Feiza yang seperti itu. Kedua matanya enggan berkedip dengan kerongkongan yang diam-diam menelan cairan saliva. Istrinya ini benar-benar terlihat menggoda. "A-ada apa, Mas?" tanya Feiza memegangi kain handuknya yang ada pada bagian dada. "Gih, katanya mau mandi?" ucap perempuan itu lagi. "Oh. Iya." Furqon yang masih belum berkedip mengangguk tak berselang lama. "Ya sudah. Permisi, Mas. Aku mau lewat," tutur Feiza menundukkan kepalanya agar tidak saling pandang dengan Furqon, meminta suaminya itu menyingkir agar tidak menghalangi jalan Feiza sebab Furqon berdiri tepat di hadapannya. Kembali menelan air ludahnya, Furqon menggeser badannya. Membiarkan Feiza berjalan melewatinya menuju pintu lemari, sedangkan Furqon curi-curi pandang ke arah Feiza beberapa k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 89

    Ciuman itu begitu tiba-tiba.Feiza yang membelalakkan kedua matanya karena terkejut hanya bisa diam selama beberapa lama. Membiarkan bibir lembut Furqon menyapa labium miliknya.Saat Furqon menjeda ciumannya guna mengambil pasokan udara, ia memundurkan sedikit kepalanya dan menatap Feiza sekilas dengan mata berkabut.Keduanya saling pandang.Dari kedua pasang mata itu, seolah ada aliran listrik yang sama-sama menyengat.Tak lama, Furqon kembali menebas jarak yang ada di antara mereka, menyentuh tengkuk Feiza, dan kembali mencium bibir istrinya.Selama beberapa saat Feiza hanya diam seperti tadi. Namun, tak lama ia pun membalas ciuman itu.Waktu seolah melambat lantas berhenti berdetak.Feiza tidak tahu kapan dan bagaimana, tiba-tiba ia sudah ada di bawah Furqon di atas tempat tidur mereka. Mukenanya sudah tanggal entah di mana dan rambut panjangnya telah terurai.Begitu pun Furqon. Ia sudah tidak memaka

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 99

    "Zahra," panggil Bu Nyai Farah halus pada Feiza yang kini duduk manis di sampingnya pada kursi penumpang belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam yang melaju di jalan raya. "Nggeh, Mi?" balas Feiza segera. Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya. "Ada yang mau Umi tanyakan?" Jantung Feiza langsung berdebar-debar. "Ta-tanya apa, Umi?" balas Feiza pelan dengan perasaan yang entah mengapa menjadi was-was dalam seketika. Bu Nyai Farah mendekatkan dirinya ke arah Feiza—hal yang membuat jantung Feiza semakin berdebar tidak karuan—lantas berbisik pelan ke telinga menantunya itu. "Umi perhatikan wajah kamu sedikit pucat, Zahra. Sedang tidak enak badan?" Feiza merasa kembali dikejutkan. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Bu Nyai Farah kepadanya. Namun, sebab apa yang diduga, dipikirkan, dan ditakutkannya ternyata meleset. Perempuan cantik itu diam-diam menghela napasnya dengan penuh kelegaan. Pikiran buruk yang sebelumnya bercokol di kepalanya tidak terjadi. Bu Nyai Farah t

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 98

    "Masyaallah, cantiknya putri menantuku ...." Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya sembari terpana memandang Feiza yang muncul dari dapur dengan sebuah nampan kecil berisi tiga buah cawan teh hangat di tangannya. "Monggo diminum dulu, Umi," ucap Feiza sembari menyajikan teh yang baru dibuatnya itu ke atas meja. "Iya, Zahra." Bu Nyai Farah menganggukkan kepala lalu meraih cawan teh yang ada di depannya yang baru saja disajikan Feiza kemudian pelan menyeruputnya. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bu Nyai Farah sebelum meminum cairan berwarna kecokelatan itu. "Enak, Nduk." Kemudian pujinya. "He he, terima kasih, Umi." Bu Nyai Farah menganggukkan kepalanya sekali. Kedua netranya menatap sang menantu dalam-dalam. "Kamu terlihat lebih cantik dari yang terakhir kali Umi lihat, Zahra." Tak lama, Bu Nyai Farah kembali melempar pujian untuk Feiza yang kini sudah duduk di sebuah sofa yang tepat berada di depan perempuan paruh baya itu. "Aamiin. Umi bisa saja he he," ucap Feiza. "

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 97

    "Iya, aku memang ngeselin, Feiza. Tapi cuma ke kamu aku seperti ini," ucap Furqon sembari menatap Feiza dalam-dalam. Tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kanan istrinya itu perlahan. "Kamu pasanganku. Mungkin memang jodohnya, laki-laki tengil dan menyebalkan sepertiku menikah dengan perempuan galak dan keras kepala seperti kamu."Plak!"Aduh!"Tanpa aba-aba, Feiza memukul lengan Furqon yang ada di depannya dengan tangan kirinya."Sakit, Sayang," lirih Furqon menatap dalam Feiza sembari menampilkan ringisan di wajah tampannya."Rasain," balas Feiza dengan wajah cemberut."Ha ha." Furqon kembali tertawa melihat wajah istrinya yang menurutnya terkesan lucu itu. "Sayang banget aku sama kamu," lirihnya lalu mengecup tangan kanan Feiza yang ada di genggamannya."Katanya aku galak?" desau Feiza."Iya, tapi aku sayang.""Berarti nyebelin dong? Kenapa masih sayang?""Karena ngangenin," balas Furq

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (b)

    Furqon masih diam tidak mengatakan apa-apa. "Aku masih kangen kamu padahal, Feiza," sahut Furqon akhirnya ketika bersuara. "Tapi aku juga nggak bisa nolak Umi tadi," lanjutnya. Feiza memasang senyum tipis, berusaha mengajak Furqon tersenyum juga bersamanya. "Cuma dua hari aja kok, Mas. Nggak lama," hibur perempuan itu. "Kita masih bisa hubungan, telepon atau mungkin video call." "Hm." Furqon menyahut dengan wajah sendu. Ia mengalihkan tatapannya dari Feiza lalu melanjutkan acara makannya yang sejak tadi sebetulnya tanpa selera. "Njenengan kurang suka ayam panggangnya?" tanya Feiza setelah memperhatikan cara makan Furqon. "Mau kumasakin sesuatu yang lain?" Furqon segera menoleh dan memberikan gelengan. "Nggak usah." Feiza mengangguk. Ia terus memperhatikan bagaimana Furqon makan sembari menyantap m

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (a)

    "Assalamualaikum. Feiza." Feiza baru saja selesai menunaikan ibadah salat Magribnya ketika Furqon terdengar mengucap salam dan memanggil namanya dari luar. Segera, perempuan itu pun melipat mukena dan sajadahnya lantas memasangnya di hanger kayu lalu mengantungnya di gagang lemari baju. "Feiza ...." Sekali lagi Furqon terdengar menyerukan nama Feiza. "Iya, Mas." Feiza keluar kamar dan menghampiri Furqon. "Waalaikumussalam." Ia menjawab salam Furqon yang tadi lalu khidmat mencium tangan sang suami. "Barang pesananku mana?" tanya Feiza lalu memperhatikan Furqon yang ada di depannya. "Ini. Sudah kubeli," balas Furqon, menenteng dua buah kresek berukuran sedang di tangan kirinya. Dua bungkus es degan beserta sedotannya di kresek yang lebih kecil dan dua kotak nasi di kresek satunya. Dua-duanya kresek bening sehingga siapa pun bisa melihat dengan jelas apa yang Furqon bawa. "Yeay! Makasih, Mas," seru Feiza girang lalu mengambil alih makanan dan minuman yang sudah dibawaka

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 94

    Fahmi PGMI-A Feiza mengernyitkan keningnya melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya. "Fahmi? Kenapa tiba-tiba nelepon?" gumamnya kemudian mengangkat panggilan teman sekelas sekaligus wakil ketuanya di ormawa himpunan mahasiswa itu. "Assalamu'alaikum, Fahmi. Ada apa?" tanya Feiza tanpa berbasa-basi meskipun posisinya adalah si penerima telepon. "Wa'alaikumussalam." Dengan suara beratnya, Fahmi menyahut dari seberang. "Feiza," ucap Fahmi. "Apa?" Feiza merespons. "Aku sekarang ada di depan kosan kamu." Kedua bola mata Feiza langsung melotot mendengar perkataan Fahmi itu. "Hah? Ngapain?" Terkejut, tanya Feiza. Fahmi terdengar terkekeh lirih di seberang sana. "Lagian aku lagi nggak ada di kos, Mi." Feiza menambahi. "Ngapain kamu ke kosanku?" Perempuan cantik itu terdengar menggerutu. "Loh, beneran nggak ada di kos?" Fahmi melempar tanya dengan nada santai. "Hm. Iya," jawab Feiza pendek. "Padahal ada suatu hal yang mau kubicarain sama kamu, Fe." Feiza diam tidak lang

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 93

    Gus Furqon: Istriku ingin dibawakan sesuatu?Bibir Feiza langsung melengkungkan senyum membaca pesan terakhir yang dikirimkan suaminya itu.Istriku ... betapa manisnya Furqon menyebut dirinya. Disebut begitu saja Feiza sudah merasa bahagia. Ada jutaan kupu-kupu yang menari di perutnya.Dan omong-omong soal keinginan dibawakan sesuatu. Ya, Feiza memang sedang ingin sesuatu.Segera Feiza pun mengetik balasan untuk pesan suaminya itu.Feiza: Mau es deganTanggapan Furqon pun segera datang.Gus Furqon: Iya. Ada lagi?Bibir Feiza semakin merekahkan senyuman cantiknya. Perempuan itu pun mengetik lagi di keypad ponsel Android-nya.Feiza: Lagi pengen makan ayam panggang maduFeiza: Pasti enak MasDrtt ... Drtt ....Furqon kembali langsung merespons.Furqon: Oke nanti pulang kubawakanFeiza mereaksi pesan terakhir Furqon dengan emoticon cinta lantas mematikan ponsel dan menghela napasnya."Huft .... Untung aja Gus Furqon belum baca," risik Feiza perihal pertanyaan memalukannya yang bertanya me

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 92

    "Gus Furqon! Ada apa? Tumben njenengan nggak bisa dihubungi dari pagi? Apa yang terjadi, Gus? Kenapa baru ngampus siang?"Salim langsung memberondong Furqon dengan pertanyaan begitu laki-laki jangkung putra kiainya itu muncul di hadapannya."Semua baik-baik saja kan, Gus?" lanjut Salim masih melempar tanya.Menatap Salim yang ada di depannya, Furqon merekahkan senyum lebar lantas menepuk-nepuk lengan temannya itu. "Semuanya baik-baik saja, Lim," ujarnya.Salim mengerutkan keningnya. "Betulan, Gus?" tanyanya tak yakin. "Bagaimana dengan Neng Feiza?" lanjutnya tanpa suara setelah menengok kiri dan kanannya."Hn." Furqon mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Salim yang pertama lantas mendekat ke arah Salim dan berbisik pelan, "Biasa. Urusan rumah tangga. Jomlo seperti kamu nggak akan paham."Salim langsung terkekeh lalu tersenyum lebar mendengar itu. "Siap, Gus. Syukur alhamdulillah kalau begitu."Furqon manggut lagi dengan senyum cerahnya kemudian mengedarkan pandang ke sekeliling ruang

DMCA.com Protection Status