Share

Bab 38

Penulis: Puput Pelangi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-06-13 10:29:23

Hari kedua. Feiza langsung berkutat di dapur pagi-pagi sekali selesai salat Subuh berjemaah dengan Furqon. Ia tidak ingin mengingat kejadian semalam dan mencoba menghindar dari suaminya itu.

Ketika sarapan, Feiza juga memilih duduk berjarak dengan Furqon. Dibiarkannya Furqon mengambil sendiri sarapannya sedang Feiza pura-pura sibuk dengan ponselnya. Ia juga cepat-cepat menyelesaikan sarapannya dan memilih pergi ke kampus lebih dulu. Meski seharusnya, Feiza baru memiliki jam perkuliahan pukul sembilan nanti. Furqon ditinggalnya sendiri.

"Lho, bukannya kelas kamu baru jam sembilan?" tanya Furqon ketika Feiza berpamitan tepat pukul tujuh.

Feiza tentu tidak heran mendengar pertanyaan Furqon. Laki-laki itu memang tahu jadwal perkuliahan Feiza. Bahkan, sepertinya hafal di luar kepala.

"Iya, Gus, he he. Hari ini aku ada urusan, Gus. Jadi mau berangkat pagi." Feiza mencari alasan.

"Urusan apa?"

"Itu. Masalah pencalonan. Aku mau ke BC PGM
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Fe kmu jangan mau d rayu sama Furqon tuk mlm pertama sebelum kmu resmi nikah negara juga kmu masi sibuk2 nya kuliah tuk menjadin BHM' nanti klo kmu dh unboxing sama Furqon pas kmu dh menjadi ketua kmu hamil mlh jadi berabe ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 39

    "Njenengan mau bicara apa, Gus?" tanya Feiza begitu dirinya mendudukkan diri di samping Furqon yang duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Seperti yang Furqon minta, Feiza langsung pulang ke kontrakan Furqon begitu kelasnya usai dan tiba di kontrakan itu sepuluh menit kemudian. "Aku mau minta maaf," kata Furqon. "M-maaf kenapa?" Feiza sedikit gugup mendengar Furqon yang tiba-tiba meminta maaf kepadanya. "Kejadian semalam." Feiza langsung diam. "Aku harus ninggalin kamu tanpa penjelasan apa-apa." Feiza tidak tahu harus merespons bagaimana kata-kata Furqon yang kini menatap intens ke arahnya. Kejadian semalam, ya? Mengenai Furqon yang menghukumnya? Mengenai Furqon yang akan menciumnya? Atau ... mengenai Furqon yang memang akan mengajak Feiza melakukan malam pertama seperti apa yang Feiza pikirkan sebelumnya?

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-14
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 40 (a)

    "Feiza," panggil Furqon tiba-tiba. "Iya, Gus?" sahut Feiza. "Soal malam pertama, aku nggak akan minta sampai kamu siap." Feiza langsung terkesiap. Uhuk uhuk uhuk! Tak lama kemudian, gadis itu terbatuk. "Fe, kamu nggak pa-pa?" Furqon yang panik melihat Feiza yang tiba-tiba terbatuk tepat di depannya langsung memegang punggung dan lengan istrinya itu penuh perhatian. "Kuambilkan air, ya?" tawarnya. Lalu tanpa menunggu jawaban Feiza, Furqon hendak berdiri dari tempat duduknya. Namun, Feiza mencegahnya. "Ndak perlu, Gus. Aku nggak pa-pa," ucap Feiza menahan Furqon yang ada di sampingnya dengan memegang sebelah tangannya. "Beneran?" "Iya, Gus." Keduanya saling berpandangan. Feiza p

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-15
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 40 (b)

    "Feiza. Kamu nggak gerah pakai kerudung terus?" tanya Furqon yang membuat Feiza langsung menoleh ke arah laki-laki itu dengan pelototan.Sehabis Magrib, Feiza langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam untuk mereka.Melihat kedua mata Feiza membola menatapnya, Furqon langsung tertawa. "Maksudku ... kamu nggak sumpek pakai kerudung seperti itu sambil masak. Aku ngelihatnya kayaknya ribet banget." Laki-laki itu mendekat kemudian mengelap keringat di pelipis Feiza dengan tisu yang diambilnya dari meja dapur.Feiza terhenyak mendapat perlakuan yang tiba-tiba seperti itu."Kamu keringetan," kata Furqon menatap intens Feiza menjelaskan tindakan yang baru dilakukannya.Sungguh, Furqon memang benar-benar merasa sumpek dan risih melihat Feiza memasak sambil berkali-kali membetulkan kerudung segi empat yang dipakainya. Pasalnya, Feiza bahkan tidak mengikat atau melilitkan kerudungnya itu ke leher sebagaimana lumrahnya perempuan berkerudun

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-16
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 41

    Feiza menyelesaikan acara memasaknya, dan kini, dirinya dan Furqon sudah duduk manis di balik meja makan, menyantap makan malam mereka berupa sepiring nasi dengan balado terong dan ikan mujair gorengan Feiza sebagai lauk. Feiza dan Furqon duduk bersebelahan. Sebenarnya, Feiza duduk di kursi yang tempatnya ada di seberang kursi yang biasanya Furqon duduki agar mereka tidak duduk berdampingan. Namun, rupanya, Furqon malah memilih duduk di samping Feiza. Feiza yang sudah terlanjur duduk tentu tidak mungkin bergeser guna pindah lagi. Selain olahan masakan yang menjadi makan malam, bakso kanji yang baru saja Feiza buat juga terhidang cantik di mangkuk besar atas meja. Lengkap dengan saus kacang yang dibuatnya juga. Selain itu, ada kecap dan saus sambal pula di atas meja berbahan kayu jati itu. Feiza dan Furqon makan dengan khidmat, sampai ... Ting tong~

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-17
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 42

    "Feiza." Feiza merasakan sedikit goncangan lembut di tubuhnya bersamaan dengan indra perungunya yang mendengar ada seseorang yang menyebut namanya. "Fe." Kedua mata gadis itu akhirnya terbuka perlahan. Lalu hal pertama yang dilihat indra penglihatannya adalah wajah tampan Furqon yang duduk tepat di tepian ranjang sampingnya. "Kamu belum salat Isya," guman laki-laki itu menatap Feiza. Feiza meregangkan badannya sedikit lalu bertanya dengan suaranya yang terdengar sedikit serak. "Jam berapa sekarang, Gus?" Furqon mengulas senyum sebelum menjawab, "Jam setengah satu." Feiza yang masih berbaring di ranjang mengumpulkan kesadaran langsung membelalakkan kedua mata mendengar itu. "Apa?" Gadis itu bangun dan terduduk dengan buru-buru. "Udah jam setengah satu?" gumamnya lantas melihat jam dinding yang menunjukkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-18
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 43

    Setelah menghabiskan kurang lebih dua jam perjalanan, Feiza akhirnya sampai di halaman depan rumahnya, kediaman sederhana milik ayah dan ibunya. Gadis itu segera turun dari atas kendaraan yang dinaikinya lalu mengulas senyum sembari menghela napas pendek. Semoga saja kedua orang tuanya tidak terkejut melihat kedatangan Feiza. Sebab, gadis itu kali ini pulang tanpa bilang-bilang alias tanpa memberi kabar. "Ayo, Feiza. Kita masuk." Furqon yang menyusul Feiza turun dari mobil bersuara. Ya, kali ini Feiza pulang ke rumahnya dengan laki-laki jangkung itu, suaminya. "Hm." Feiza mengangguk, menghela napas sekilas lalu mengayunkan langkah menuju rumah bersama Furqon. Feiza tidak tahu bagaimana mendefinisikan perasaannya sekarang. Pasalnya, ia memang senang bisa pulang dan bertemu kedua orang tuanya di akhir pekannya. Namun, Furqon yang ikut bersamanya bukan hal yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-19
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 44

    Semua ini benar-benar gila! Feiza berakhir duduk berdua dengan Furqon di ranjang kamarnya dengan situasi yang seolah memojokkan Feiza untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada laki-laki jangkung berwajah rupawan itu. Ibu Feiza tidak main-main. Beliau benar-benar menyiapkan atau katakan saja menghias kamar Feiza seperti kamar pengantin sesuai ujarannya sebelumnya. Tidak sepenuhnya, sih. Namun, taburan bunga mawar di atas ranjang Feiza dan bau wangi melati dan kenanga yang menguar di sana. Apa itu namanya? Feiza tidak tahu harus disembunyikan di mana wajahnya. Semua ini benar-benar membuat gadis bermata mongoloid itu malu. Lalu kabar buruknya, Ibu Feiza sepertinya sengaja mengunci kamarnya. Dan yang paling buruk dari yang terburuk, ibu dan ayahnya sempat mengobrol dengan Furqon tadi. Feiza tidak dilibatkan secara langsung. Mendekat untuk curi dengar saja selalu dihalau oleh sang ibu. Namun, Feiza tahu, obrolan ketiganya pasti

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-20
  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 45

    Nurul Faizah Az-Zahra POVGus Furqon berubah. Setelah kejadian malam itu, aku merasa ia mulai menjaga jarak dariku. Benar-benar menjaga jarak. Biasanya, ia akan sangat rajin mengirimku pesan. Sekarang mulai jarang.Seperti hari ini, saat aku membawakan bekal makan siang untuknya. Meski seperti biasanya, Mas Salim yang kumintai tolong untuk mengambilnya, Gus Furqon tidak mengucapkan terima kasih di ruang obrolan kami yang sudah beberapa hari ini sepi.Aku bukannya berharap ucapan terima kasih darinya. Sama sekali tidak! Namun, mengingat ia yang biasa mengucapkan terima kasih untuk hal-hal kecil yang kulakukan untuknya, dan lantas tiba-tiba berubah seperti itu tentu membuatku merasa aneh. Seperti ... ada sesuatu yang mengganjal, ada sesuatu yang hilang.Gus Furqon juga tidak lagi mengambil gambar masakanku untuk dijadikannya instra story. Padahal aku sangat ingat sekali, pertama kali ia kubuatkan bekal makan siang, Gus Furqon menjadikannya cerita di

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-21

Bab terbaru

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 99

    "Zahra," panggil Bu Nyai Farah halus pada Feiza yang kini duduk manis di sampingnya pada kursi penumpang belakang sebuah mobil sedan berwarna hitam yang melaju di jalan raya. "Nggeh, Mi?" balas Feiza segera. Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya. "Ada yang mau Umi tanyakan?" Jantung Feiza langsung berdebar-debar. "Ta-tanya apa, Umi?" balas Feiza pelan dengan perasaan yang entah mengapa menjadi was-was dalam seketika. Bu Nyai Farah mendekatkan dirinya ke arah Feiza—hal yang membuat jantung Feiza semakin berdebar tidak karuan—lantas berbisik pelan ke telinga menantunya itu. "Umi perhatikan wajah kamu sedikit pucat, Zahra. Sedang tidak enak badan?" Feiza merasa kembali dikejutkan. Bukan karena pertanyaan yang diajukan Bu Nyai Farah kepadanya. Namun, sebab apa yang diduga, dipikirkan, dan ditakutkannya ternyata meleset. Perempuan cantik itu diam-diam menghela napasnya dengan penuh kelegaan. Pikiran buruk yang sebelumnya bercokol di kepalanya tidak terjadi. Bu Nyai Farah t

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 98

    "Masyaallah, cantiknya putri menantuku ...." Bu Nyai Farah mengembangkan senyumnya sembari terpana memandang Feiza yang muncul dari dapur dengan sebuah nampan kecil berisi tiga buah cawan teh hangat di tangannya. "Monggo diminum dulu, Umi," ucap Feiza sembari menyajikan teh yang baru dibuatnya itu ke atas meja. "Iya, Zahra." Bu Nyai Farah menganggukkan kepala lalu meraih cawan teh yang ada di depannya yang baru saja disajikan Feiza kemudian pelan menyeruputnya. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap Bu Nyai Farah sebelum meminum cairan berwarna kecokelatan itu. "Enak, Nduk." Kemudian pujinya. "He he, terima kasih, Umi." Bu Nyai Farah menganggukkan kepalanya sekali. Kedua netranya menatap sang menantu dalam-dalam. "Kamu terlihat lebih cantik dari yang terakhir kali Umi lihat, Zahra." Tak lama, Bu Nyai Farah kembali melempar pujian untuk Feiza yang kini sudah duduk di sebuah sofa yang tepat berada di depan perempuan paruh baya itu. "Aamiin. Umi bisa saja he he," ucap Feiza. "

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 97

    "Iya, aku memang ngeselin, Feiza. Tapi cuma ke kamu aku seperti ini," ucap Furqon sembari menatap Feiza dalam-dalam. Tangan kanannya bergerak menggenggam tangan kanan istrinya itu perlahan. "Kamu pasanganku. Mungkin memang jodohnya, laki-laki tengil dan menyebalkan sepertiku menikah dengan perempuan galak dan keras kepala seperti kamu."Plak!"Aduh!"Tanpa aba-aba, Feiza memukul lengan Furqon yang ada di depannya dengan tangan kirinya."Sakit, Sayang," lirih Furqon menatap dalam Feiza sembari menampilkan ringisan di wajah tampannya."Rasain," balas Feiza dengan wajah cemberut."Ha ha." Furqon kembali tertawa melihat wajah istrinya yang menurutnya terkesan lucu itu. "Sayang banget aku sama kamu," lirihnya lalu mengecup tangan kanan Feiza yang ada di genggamannya."Katanya aku galak?" desau Feiza."Iya, tapi aku sayang.""Berarti nyebelin dong? Kenapa masih sayang?""Karena ngangenin," balas Furq

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 96

    Assalamualaikum warahmatullah .... Assalamualaikum warahmatullah .... Usai salat, Furqon mengangkat kedua tangannya ke udara, memimpin doa kemudian langsung berbalik menoleh ke arah Feiza yang ada di belakangnya. "Mas." Feiza mendekat lalu meraih tangan Furqon dan menciumnya. Furqon merekahkan senyum. Tangan kirinya yang bebas tidak dicium Feiza bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri yang masih berbalutkan kain mukena. "Aku akan rindu kamu, Fe," tutur Furqon. Selesai bersalaman, Feiza menegakkan duduknya lagi dan sedikit mendongakkan kepala agar dapat menatap lurus wajah tampan Furqon yang ada di hadapannya. "Cuma dua hari, Mas," sahut Feiza. "Iya. Tapi aku akan sekarat merinduimu." "Ha ha ha ha." Feiza langsung memecahkan tawa mendengar itu. "Gombal banget, sih, Mas," tukasnya. Furqon kembali memasang senyum menatap perempuan yang ada di depannya. "Itu kenyataannya, Fe. Aku akan kangen banget sama kamu." "Chessy, ih. Gombal," respons Feiza sekali lagi. "Nggak p

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (b)

    Furqon masih diam tidak mengatakan apa-apa. "Aku masih kangen kamu padahal, Feiza," sahut Furqon akhirnya ketika bersuara. "Tapi aku juga nggak bisa nolak Umi tadi," lanjutnya. Feiza memasang senyum tipis, berusaha mengajak Furqon tersenyum juga bersamanya. "Cuma dua hari aja kok, Mas. Nggak lama," hibur perempuan itu. "Kita masih bisa hubungan, telepon atau mungkin video call." "Hm." Furqon menyahut dengan wajah sendu. Ia mengalihkan tatapannya dari Feiza lalu melanjutkan acara makannya yang sejak tadi sebetulnya tanpa selera. "Njenengan kurang suka ayam panggangnya?" tanya Feiza setelah memperhatikan cara makan Furqon. "Mau kumasakin sesuatu yang lain?" Furqon segera menoleh dan memberikan gelengan. "Nggak usah." Feiza mengangguk. Ia terus memperhatikan bagaimana Furqon makan sembari menyantap m

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 95 (a)

    "Assalamualaikum. Feiza." Feiza baru saja selesai menunaikan ibadah salat Magribnya ketika Furqon terdengar mengucap salam dan memanggil namanya dari luar. Segera, perempuan itu pun melipat mukena dan sajadahnya lantas memasangnya di hanger kayu lalu mengantungnya di gagang lemari baju. "Feiza ...." Sekali lagi Furqon terdengar menyerukan nama Feiza. "Iya, Mas." Feiza keluar kamar dan menghampiri Furqon. "Waalaikumussalam." Ia menjawab salam Furqon yang tadi lalu khidmat mencium tangan sang suami. "Barang pesananku mana?" tanya Feiza lalu memperhatikan Furqon yang ada di depannya. "Ini. Sudah kubeli," balas Furqon, menenteng dua buah kresek berukuran sedang di tangan kirinya. Dua bungkus es degan beserta sedotannya di kresek yang lebih kecil dan dua kotak nasi di kresek satunya. Dua-duanya kresek bening sehingga siapa pun bisa melihat dengan jelas apa yang Furqon bawa. "Yeay! Makasih, Mas," seru Feiza girang lalu mengambil alih makanan dan minuman yang sudah dibawaka

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 94

    Fahmi PGMI-A Feiza mengernyitkan keningnya melihat nama siapa yang tertera di layar ponselnya. "Fahmi? Kenapa tiba-tiba nelepon?" gumamnya kemudian mengangkat panggilan teman sekelas sekaligus wakil ketuanya di ormawa himpunan mahasiswa itu. "Assalamu'alaikum, Fahmi. Ada apa?" tanya Feiza tanpa berbasa-basi meskipun posisinya adalah si penerima telepon. "Wa'alaikumussalam." Dengan suara beratnya, Fahmi menyahut dari seberang. "Feiza," ucap Fahmi. "Apa?" Feiza merespons. "Aku sekarang ada di depan kosan kamu." Kedua bola mata Feiza langsung melotot mendengar perkataan Fahmi itu. "Hah? Ngapain?" Terkejut, tanya Feiza. Fahmi terdengar terkekeh lirih di seberang sana. "Lagian aku lagi nggak ada di kos, Mi." Feiza menambahi. "Ngapain kamu ke kosanku?" Perempuan cantik itu terdengar menggerutu. "Loh, beneran nggak ada di kos?" Fahmi melempar tanya dengan nada santai. "Hm. Iya," jawab Feiza pendek. "Padahal ada suatu hal yang mau kubicarain sama kamu, Fe." Feiza diam tidak lang

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 93

    Gus Furqon: Istriku ingin dibawakan sesuatu?Bibir Feiza langsung melengkungkan senyum membaca pesan terakhir yang dikirimkan suaminya itu.Istriku ... betapa manisnya Furqon menyebut dirinya. Disebut begitu saja Feiza sudah merasa bahagia. Ada jutaan kupu-kupu yang menari di perutnya.Dan omong-omong soal keinginan dibawakan sesuatu. Ya, Feiza memang sedang ingin sesuatu.Segera Feiza pun mengetik balasan untuk pesan suaminya itu.Feiza: Mau es deganTanggapan Furqon pun segera datang.Gus Furqon: Iya. Ada lagi?Bibir Feiza semakin merekahkan senyuman cantiknya. Perempuan itu pun mengetik lagi di keypad ponsel Android-nya.Feiza: Lagi pengen makan ayam panggang maduFeiza: Pasti enak MasDrtt ... Drtt ....Furqon kembali langsung merespons.Furqon: Oke nanti pulang kubawakanFeiza mereaksi pesan terakhir Furqon dengan emoticon cinta lantas mematikan ponsel dan menghela napasnya."Huft .... Untung aja Gus Furqon belum baca," risik Feiza perihal pertanyaan memalukannya yang bertanya me

  • Menikah Tapi Tak Serumah   Bab 92

    "Gus Furqon! Ada apa? Tumben njenengan nggak bisa dihubungi dari pagi? Apa yang terjadi, Gus? Kenapa baru ngampus siang?"Salim langsung memberondong Furqon dengan pertanyaan begitu laki-laki jangkung putra kiainya itu muncul di hadapannya."Semua baik-baik saja kan, Gus?" lanjut Salim masih melempar tanya.Menatap Salim yang ada di depannya, Furqon merekahkan senyum lebar lantas menepuk-nepuk lengan temannya itu. "Semuanya baik-baik saja, Lim," ujarnya.Salim mengerutkan keningnya. "Betulan, Gus?" tanyanya tak yakin. "Bagaimana dengan Neng Feiza?" lanjutnya tanpa suara setelah menengok kiri dan kanannya."Hn." Furqon mengangguk sebagai jawaban pertanyaan Salim yang pertama lantas mendekat ke arah Salim dan berbisik pelan, "Biasa. Urusan rumah tangga. Jomlo seperti kamu nggak akan paham."Salim langsung terkekeh lalu tersenyum lebar mendengar itu. "Siap, Gus. Syukur alhamdulillah kalau begitu."Furqon manggut lagi dengan senyum cerahnya kemudian mengedarkan pandang ke sekeliling ruang

DMCA.com Protection Status